Rabu, 18 Mei 2011

miniFF/1S/I'm Not a Child!

Diposting oleh thata eunsun di 17.01
Title     : I’m Not a Child!
Part     : 1/end
Genre : Life
Author : Adhitta_Hyunsun
Cast    :
©     Kim Hyunsun a.k.a author
©     Mr. and Mrs. Kim
©     Kim Ryeowook SuJu

>>>

Yap ff yang splash and go belum selesai tapi udah bikin baru. Gpp yah, sekalian lah aku juga lagi sebel sama umma dan appa, jadi aku bikin f yang ceritanya nggak jauh beda sama hidupku sekarang…

>>>

“Ya appa! Andwae! Aku ingin melanjutkan sekolah ke Universitas Inha! Bukan ke Universitas Kyunghee!” kataku begitu mendengar keinginan appa untuk mendaftarkanku ke Universitas Kyunghee. Tapi apa yang kudapat? Appa menggeleng tegas.

“Ani! Pokoknya kau harus kuliah di sana!” kata appa berkeras. Aku melirik umma. Umma mengangguk saja, menyuruhku menyetujuinya.



“Andwae! Aku ingin kuliah bersama oppa!” kataku lagi dengan lebih keras. Appa menggeleng. Begitu pula dengan umma.

“Kau harus menuruti apa kata appa, jangan membantah,” kata umma membuatku ingin menangis sekarang juga. Kan impian nggak bisa dipaksakan, dasar orang tua egois!

“Appa tak mau tahu, pokoknya kau harus kuliah di sana!” kata appa lalu meninggalkanku sendirian dengan perasaanku yang panas.

>>>

“Wae?” tanya Ryeowook oppa saat mengantarkan makan malamku ke kamar. Aku hanya menggeleng lemah. Ryeowook oppa adalah oppa kandungku dan satu-satunya. Ia adalah oppa yang perhatian, dan hanya ia yang bisa mengerti perasaanku.

“Umma dan appa egois, nggak pernah mau denger apa keinginanku,” jawabku sambil menulis novel di laptopku. Oppa hanya mengelus rambutku dengan lembut dan merangkulku. Ia tersenyum.

“Oppa tahu itu. Tapi mungkin appa ada benarnya juga. Yah, nanti oppa akan coba bicarakan dengan appa,” kata oppa samba tetap memelukku.

“Jinjja??? Gomawo oppa,” kataku sambil memeluk Ryeowook oppa dengan erat. Ia memang oppa yang sangat bisa diandalkan.

“Ne, cheonmane, tapi kau harus makan dulu yah. Sudah jangan menangis lagi,” kata Ryeowook oppa lalu menyuapiku masakannya yang enak itu.

>>>

“Tidak bisa! Pokoknya dia harus kuliah di Kyunghee!” terdengar suara appa yang keras saat Ryeowook oppa berusaha membicarakn masalah kuliahku pada appa. Tampaknya Ryeowook oppa sudah lelah meminta pada appa jadi ia masuk ke kamarku dengan tampang kusut.

“Gwaenchana oppa, gomawo sudah membantuku,” kataku sambil memeluknya. Ia tersenyum kecut padaku.

“Mianhae,” katanya pelan. Aku memeluknya. Yah, inilah kehidupan kami. Selalu dipaksa dan tidak pernah diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat.

>>>

Sudah tiga tahun aku menjalani hidupku di Kyunghee dan bagiku itu sangat membosankan. Dosen yang sama egoisnya dengan appa dan umma, teman yang menyebalkan, sampai tempat yang bagiku taidak nyaman adalah alas an aku tak betah kuliah di sana. Satu lagi, aku kuliah di sini juga karena dipaksa, jadi aku kuliah sama sekali nggak niat. Tugas kececeran, tidur di kelas, di-skors, rame di kelas, nggak merhatikan dosen, telat, bolos, makan permen di kelas, nilai turun, yah itu yang kulakukan selama tiga bulan ini. Tapi apa peduliku? Aku memang nggak suka kuliah di sini jadi jangan salahkan aku jika aku nggak niat sekolah.

“Hyunsun-ah! Sini kau!” panggil appa begitu aku pulang kuliah. Aku menghampiri appa dengan wajah nggak peduli.

“Ne. Wae?”

“Apa saja yang kau lakukan selama ini??? Kau ini niat kuliah nggak sih??? Nilai turun, berkelakuan buruk, sering bolos, terlambat! Mau jadi apa kau ini???” bentak appa begitu aku menghampirinya.

“Emang aku nggak niat. Salah siapa yang memaksaku kuliah di sana?” kataku enteng. Tanpa kusadari, appa marah dan langsung menamparku.

“Dasar anak kurang ajar tak tahu diuntung kau!” kata appa marah. Aku memegangi pipiku yang merah karena ditampar.

“Aww! Appa! Appa pikir aku ini apa??? Aku kan juga ingin menutarakan pendapatku!” kataku lagi dan kai ini pipi kiriku yang jadi sasaran tamparan appa.

“Kau ini! Apa begitu caramu berkata pada appa???”

“Terserah appa!” kataku lalu lari ke kamar. Di tangga aku bertemu umma yang juga menjambak rambutku.

“Kau ini sama sekali nggak sopan Hyunsun-ah! Apa umma pernah mengajarimu seperti itu, huh???” kata umma membuatku makin sumpek.

“Ne! Umma nggak pernah ngajarin, tapi aku belajar sendiri!” kataku langsung kabur begitu jambakan umma terlepas dari rambutku.

>>>

“Ryeowook oppa,” kataku pelan sambil masuk ke kamarnya. Kulihat ia sedang tidur dengan tenang. Aku menyelimutinya dengan selimutnya yang tersingkirkan.

“Ah, Hyunsun-ah? Waeyo?” tanya oppa yang terbangun. Aku memeluknya dengan erat.

“Oppa, jalan-jalan yuk,” ajakku sambil menanti jawabannya.

“Oppa sebenarnya sangat ingin, tapi apa hari ini kau nggak les piano?” tanya oppa sambil melirik jam.

“Yah, baiklah aku les,” kataku lemas. Aku memang minta ijin untuk les piano, tapi sebenarnya aku pergi ke café, sekedar menenangkan pikiran. Aku memesan banyak soju hingga aku mabuk berat. “Ya, yoboseyo” kataku begitu aku menerima panggilan telepon.

“Ya! Neo eodisseo!? Cepat pulang! Umma dan appa marah besar!” kata oppa dengan agak panic. Aku malah tertawa keras.

“Mungkin aku takkan pulang oppa, aku menginap di rumah Anggita,” kataku asal lalu memutus sambungan telepon. Setelah puas dan mabuk, aku pulang ke rumah. Arloji menunjukkan jam 10 malam.

“Kemana saja kau ini!? Pake acara berbohong lagi pada kami!” kata umma langsung menjewer telingaku. Aku hanya merinth pelan.

“Ya! Ini hidupku umma! Jangan paksa aku!” kataku sambil menepis tangan umma dan langsung mengunci pintu kamar sampai pagi. Aku tak makan apapun malam itu kecuali soju yang memenuhi perutku.

>>>

“Ya appa! Aku juga punya mimpi! Jangan sobek kertas itu!” kataku sambil berusaha mengambil kertas yang diambil appa. Kertas yang berisi gambar-gambarku. Penu dengan impianku. Kini kertas itu menjadi sampah yang menghancurkan semua mimpiku.

“Apa katamu? Mimpi? Ya, ini mimpimu! Sampah!” kata appa sambil membuang kertas yang sobek itu ke wajahku. Aku menunduk ke bawah, melihat semua mimpiku yang hancur berantakan.

“Ya appa! Aku ingin jadi komikus sekaligus pelukis! Itu mimpiku!” teriakku.

“Ya! Itu semua nggak berharga dibanding dengan perusahaan appa! Pokoknya kau harus selesaikan kuliahmu setahun lagi dan menggantikan posisi appa di perusahaan! Arrasseo??” kata appa cuek lalu meninggalkan semua runtuhan kertas yang membuatku sakit hati. “Satu lagi, appa takkan menganggapmu anak kalau ka uterus membantah!”

“Terserah!” kataku sambil berlalu ke kamar. Entahlah, sampai kapan aku hidup dalam keadaan seperti ini.

>>>

“Neo eodisseo? Kau sudah makan siang?” tanya umma begitu aku menerima panggilannya. Memangnya aku ini anak umur tujuh tahun apa yang setiap lima menit harus ditelepon???

“Belum,” jawabku singkat dan malas.

“Ya! Nanti cepat pulang, jangan main, dan minum vitaminmu,” kata umma membuatku muak. Ishh, I’m not a child!

>>>

“Ya oppa! Ireona!” kataku panic begitu melihat Ryeowook oppa tak sadrkan diri dengan keadaan urat lehernya putus. Aku menangis. Ada pesan di meja belajarnya yang membuatku terkejut.

Hyunsun-ah, oppa sudah tak kuat lagi. Mianhae aku meninggalkanmu sendririan.
Saranghae Hyunsun-ah…

“Dasar anak babo!” maki umma kesal. Aku begitu kaget melihat reaksi umma yang tak sedih sama sekali.

“Kalian sudah puas melihat anak kalian seperti ini!!!” jeritku. Umma tersenyum mengejek.

“Jika kau berani sekaligus pengecut, lakukanlah hal yang sama dengan oppamu itu,” kata umma. Tanpa terasa aku menampar umma. Umma tampak marah dan balik menamparku.

“Umma jahat!”

“Anak nggak sopan!” kata umma membuatku shock karena dengan cepat ia menarikku ke kamar dan mengunciku dari luar.

>>>

Sudah seminggu ini aku menangis terus sampai mataku bengkak dan aku juga terkurung di kamarku.

“Makan ini!” kata umma sambil menaruh makananku dengan kasar dan kembali mengunci kamarku dari luar. Aku hanya menatap makanan yang tak menggugah selera sama sekali.

Rasanya aku ingin pergi dari rumah ini. Tapi, ottoke? Terlalu ketat penjagaan di rumah ini. Aku bahkan sudah bosan hidup dengan semua ini. Bosan dengan paksaan umma dan appa, kecerewetan umma, dan sebagainya.

Aku memukul kaca riasku sampai pecah. Aku tak peduli dengan kaca yang melukai tanganku. Aku melihat kaca yang sudah berserakan di lantai. Begitu hancur. Berantakan. Tak rapi. Layaknya orang yang berontak. Sama sepertiku. Begitu hancur.

Terlintas di otakku untuk kabur dari rumah ini dengan cara cepat. Perlahan aku mengambil pecahan kaca yang paling tajam dan dengan pelan kugosokkan ke tanganku. Sedikit demi sedikit akhirnya pecahan kaca itu bisa menembus kulitku dan menyentuh uratku.

Aku memejamkan mataku yang terasa basah. Keringat mengalir di seluruh tubuhku yang mulai berkeringat dingin dan kaku. Aku menggigit bibir bawahku yang terasa dingin dan mulai membiru.

Air mataku mulai menetes. Semua yang kualami selama ini mungkin hanya hal yang biasa saja, tapi aku benar-benar merasa risih. Kabur dari rumah percuma, lebih baik kabur dari dunia ini, untuk selamanya.

Aku menghembuskan nafasku yang begitu dingin dan berat. Pecahan kaca itu sudah berhasil merobek urat nadiku. Cairan kental nan hangat mulai membasahi tanganku. Aku tersenyum tipis. Rasa dingin makin mencekam.

Aku menutup mataku perlahan. Nafasku mulai malayang dan detak jantungku berhenti seiring dengan darahku yang megalir makin deras dan nyawaku yang telah dicabut. Oppa, aku menyusulmu…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> THE END <<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Comment yah, jangan lupa, n mianh kalo pendek+gejhe

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Note of Complicated Girl Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei