Title : My Ice Girl
Part : 1
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Kim Hyunsun a.k.a me
~ Nathan Kim a.k.a Kim Ryeowook SuJu
~ Spencer Lee a.k.a Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Aiden Lee a.k.a Lee Donghae SuJu
~ Faith Lee a.k.a CL 2ne1
~ Jeremy Kim a.k.a Kim Jongwoon a.k.a Yesung SuJu
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Sebenarnya aku mau bikin FF tentang EunHae, tapi mianhae ya, aku nggak ada ide dan yang muncul malah ide ini. ^^
Okelah langsung aja ini dia… Cekidot…
Happy reading… ^^
>>>
Aku turun dari mobil hitamku dan bergegas menuju kelas. Seperti biasa, banyak yeoja yang melihatku dan berusaha mendekatiku. Aku tak peduli pada mereka. Jual mahal dikit-lah. Memang begini kehidupan seorang namja yang terkenal di St. Angela International High School *author nggak ngerti sekolah di London, hehehe*.
“Nathan Kim!!!!” panggil seorang namja. Aku menoleh. Rupanya Jeremy yang memanggilku.
“Ne, waeyo?” tanyaku. Ia mengatur nafasnya perlahan.
“Huh, kau ini, kucari kemana-mana rupanya ada di sini,” jawab Jeremy marah-marah. Aku nyengir dengan wajah innocent.
“Aku baru datang, hehehe,” jawabku tetap nyengir dan mengeluarkan wajah super innocent-ku. Ia menghembus nafas panjang.
“Huh, ya sudah, ayo ke kelas. Hmmmm, Sepertinya banyak sekali ya yeoja yang ngefans padamu,” kata Jeremy menggodaku. Aku hanya nyengir.
“Ne, tapi yang menyukaimu juga banyak. Aiden apalagi,” kataku. Ia merangkulku. Sesampainya di kelas, aku disambut oleh Aiden.
“Good morning guys!” kata Aiden. Aku hanya tersenyum. Pandanganku langsung menyapu seluruh kelas.
“Nathan oppa…,” panggil seorang yeoja dengan centil dari luar. Aku menoleh. Ia tersenyum sok imut.
“Hahaha, kena lagi kau digoda seorang hokbae,” kata Aiden. Aiden Lee, ia adalah seorang namja yang sangat romantis, berwajah tampan, kaya, serta pintar. Aku sudah berteman dengannya sejak SMP. Fans-nya di St. Angela sangat banyak. Orang tua Aiden adalah pemilik sebuah butik terkenal di London.
Lalu mengenai Jeremy Kim, ia adalah seorang namja yang cukup aneh. Tapi meski begitu ia sangat pintar di kelas. Fans-nya tak kalah banyak dari Aiden. Ia adalah temanku sejak kecil. Orang tuanya adalah pemilik sebuah restoran yang cukup terkenal di London. Ia sendiri membuka café dengan jerih payahnya sendiri. Orang tuanya sangat bangga dengan Jeremy karena ternyata café miliknya semakin luas dan makin terkenal. Selain itu, Jeremy kini juga memiliki penghasilan sendiri. Tentu saja kedua orang tuanya makin bangga padanya.
Lalu aku sendiri, aku adalah anak tunggal dari keluarga Kim. Orang tuaku adalah pemilik sebuah hotel di London. Hotel milik keluargaku ini cukup terkenal di England. Untuk keamanan, yang boleh menginap di hotel ini harus menunjukkan kartu penduduk mereka. Ini dilakukan agar mereka yang masih berstatus pacar tidak melakukan hal yang macam-macam di hotel milik keluargaku. Jadi pada intinya kami tidak ingin hotel kami dijadikan tempat maksiat *weeee, oppa alim… ^^*.
Sebenarnya aku punya satu sahabat lagi, namanya Spencer Lee. Ia sering dijuluki monkey oleh kawan-kawanku. Ia sangat dekat dengan Aiden, namun ia sudah meninggal empat bulan yang lalu karena kecelakaan yang menimpanya. Aku sangat sedih mendengar hal itu. Padahal ia itu namja yang baik, pintar, meski jorok, hehehehe.
Sangat banyak fans-fansku dan dua temanku itu di St. Angela ini, apalagi setelah kami naik kelas XI. Hufht, banyak hokbae usil yang bertingkah aneh. Sunbae kami juga makin aneh. Yang seangkatan untungnya belum aneh-aneh, hanya aneh. Hahahaha.
Tapi tidak dengan seorang gadis Korea yang pindah kemari sebulan yang lalu bernama Kim Hyunsun. Ia sangat tertutup. Ia teman sekelasku. Ia sepertinya kurang berminat membuka diri dengan kami, anak-anak St. Angela khususnya anak XI-3. Entah ada apa, tetapi ia nggak pernah beedua dengan namja dan dia juga sangat pendiam. Ia memang sering berjalan bersama teman sesama yeoja-nya, namun ia sepertinya hanya dekat dan percaya pada Faith Lee, si ketua kelas yang pintar nge-rap itu. Hmm, ia benar-benar aneh. Hampir tidak pernah berbicara dengan namja.
Jujur saja, aku sangat penasaran dengan Hyunsun. Aku bahkan tak pernah mendengar suaranya. Ia sangat jarang berbicara. Namun yang kutahu ia itu anak orang kaya, ayahnya pemilik apartemen besar di Seoul sedangkaan ibunya bekerja sebagai dosen di sebuah universitas di Seoul. Aku tak heran kalau ia itu sangat pintar.
Hyunsun juga sangat cantik. Wajahnya benar-benar khas Asia. Kulit putihnya benar-benar mulus. Rambut panjang hitam yang menjuntai sepunggung, bibir mungilnya yang merah, serta mata sipit hitamnya yang aku sukai darinya. Jujur saja, aku sangat tertarik dengan yeoja ini.
>>>
“Siapa di antara kalian yang mau ikut drama di prom night untuk dua bulan lagi?” tanya Faith mengumumkan acara prom night yang akan diadakan dua bulan lagi. “Kau mau Nathan-a? Suaramu kan bagus, ottoke kalau kau ikut drama musical ini?” kata Faith lagi.
“Hmm, aku pikir dulu ya,” kataku. “Besok akan kuberi tahu keputusanku,” lanjutku. Faith mengangguk.
“Hmm, Jeremy dan Aiden juga kalau berminat ikutlah. Lalu kau, Hyunsunnie-a, mungkin ini kan penampilan pertamamu jika kau ikut, ottoke??? Ikutlah, aku juga ikut kok,” kata Faith penuh harap. Aku menoleh ke Hyunsun. Banyak namja yang bersemangat menyuruh Hyunsun ikut. Tentu saja, banyak sekali namja yang menyukai Hyunsun. Nggak hanya Hyunsun sih, Faith juga begitu. Aku berharap ia bilang “ne” agar aku bisa mendengar suaranya.
“Hmm, aku pikir dulu ya Faith-a,” kata Hyunsun. Akhirnya ia ngomong juga. Wow, suaranya begitu lembut. Hampir sama seperti suara Jeremy. Tapi yang jelas suara Hyunsun cewek banget.
“Ne, geurraso. Gomawo kau akhirnya bicara juga di depan siswa kelas ini,” goda Faith. Senyum manis yang keluar dari bibir mungil Hyunsun itu membuat jantungku berdetak keras.
“Memang salah ya? Aku juga masih pernah bicara,” katanya pelan lalu ia membaca novelnya. Aku menatapnya. Tanpa kusangka ia lalu menatapku. Pandangannya tajam sekali. Ia hanya menatapku sebentar lalu kembali membaca novelnya. Yeoja aneh, tapi ia benar-benar menarik di mataku.
>>>
~Nathan POV end~
~Hyunsun POV~
Nathan menatapku. Aku balas menatapnya. Kalau dipikir-pikir, ia memang cute. Manis. Bahkan menurutku di antara kedua temannya ia yang paling menyenangkan. Sangat ramai di kelas, heboh, dan pintar. Namun entah mengapa, setap melihatnya, aku selalu teringat seseorang. Itu membuatku semakin sedih.
Aku merasa bersalah pada orang itu. Karena aku, ia pergi. Karena aku ia kehilangan segalanya. Karena aku, ia kehilangan masa depannya. Karena aku pabo, ia jadi menderita. Meski aku menyesal, ia takkan kembali. Dan semua sia-sia.
Tak terasa aku menatap Nathan yang pasti juga berpikiran sama dengan semua orang : aku sangat tertutup. Aku menatapnya dibalik novelku sampai-sampai air mataku mengalir di pipiku. Aish, tak ada gunanya menangis. Ia takkan kembali.
“Hyunsun-sshi,” sapa sebuah suara cempreng yang menggoda. Aku melihat ke arah suara itu. Nathan. Ya, ia menyapaku! Baru kali ini aku mendengar suaranya. Suaranya sangat lucu menurutku. Cempreng dan unik. Aku suka itu.
“Ne,” ujarku singkat. Ia tampak heran. Ia menyingkirkan novelku lalu menarik daguku. Hei, beraninya ia!
“Uljima,” katanya lalu menghapus aliran air di pipiku. Aku kaget. Kelas ini sepi, dan aku baru sadar kalau aku hanya berdua dengan Nathan! Dan baru kali ini aku berdua dengan namja setelah ia pergi.
“Ne,” kataku lalu memalingkan wajahku darinya dan membaca novel lagi. Ia tampaknya heran dengan sikapku. Namun ini memang sifatku.
“Kau ini benar-benar misterius,” kata Nathan pelan lalu memperhatikanku. Tapi entah kenapa, aku merasa biasa saja saat ia menatapku..
“Ne, lantas kau mau apa? Jika kau tak ada perlu denganku, lebih baik kau tinggalkan aku. Kau kan temannya Aiden dan Jeremy,” kataku dingin. Ia tampak sedikit kecewa dengan sikapku.
“Kau memang sedingin es batu, baiklah aku pergi,” kata Nathan lalu pergi meninggalkanku. Lima menit kemudian Faith menghampiriku.
“Ya Hyunsun-a! Baru kali ini aku melihatmu bersama seorang namja! Namja idaman para yeoja pula! Wah, kau beruntung,” cerocos Faith.
“Biasa saja,” jawabku singkat.
“Hei, kau tahu? Kau kan selama ini tak pernah berduaan sama namja! Lagian kau ini memang beruntung, banyak yeoja yang ingin dekat dengan Nathan, si cute boy itu. Dan sayangnya Nathan nggak pernah tertarik sama mereka,” terang Faith.
“Ne, terserah. Tapi aku merasa biasa saja,” kataku. Faith menggelengkan kepalanya. Laalu mengambil novelku.
“Dengar! Mau sampai kapan kau akan terus menutup dirimu seperti itu dan terus menyesali keadaan? Ia takkan kembali, tapi ia pasti sedih melihatmu seperti ini,” kata Faith. Yap, Faith memang sudah tahu semua rahasiaku.
“Molla,” kataku menunduk.
“Hyunsun-a, ini semua murni kecelakaan. Bukan karena kau. Jika kau terus seperti ini, ia pasti sedih. Aku tahu kau masih belum bisa menerimanya karena ini semua di luar rencanamu, tapi aku yakin ini mungkin jalan terbaik,” kata Faith merangkulku. “Memang sulit, tapi kau harus bisa,” kata Faith lagi.
“Faith-a, kau memang yang paling mengerti aku,” kataku menutup wajahku. Lagi, air mata mengalir lagi di pipiku.
>>>
~Hyunsun POV end~
~Nathan POV~
“Hei! Kau ini selalu menghilang!” kata Jeremy kesal. Aku tak terlalu menghiraukan Jeremy jadi aku langsung memakan kentang goring jatah makan siangku.
“Sudahlah, yang penting ia sudah ketemu,” kata Aiden menengahi. “Waeyo dengan dirimu? Akhir-akhir ini kau terlihat berbeda,” tanya Aiden.
“Hmm, Hyunsun-a. Akhirnya aku bisa berdua dengannya tadi di kelas,” jawabku sambil tersenyum senang. “Meski ia memang dingin padaku.”
“Oh, aku sudah lihat itu dan itu baru pertama kali kulihat,” kata Aiden. “Ia tak banyak bicara sepertinya,” lanjutnya.
“Ne. Silent is golden, menurutnya,” kataku terkekeh.
“Hmm, kau suka padanya ya?” goda Jeremy. Aku langsung mengelaknya.
“Aniyo!” jawabku dengan muka merah padam.
“Jangan begitu, aku tahu kau menyukainya. Wow, ia yeoja beruntung,” kata Jeremy disambut pukulan dariku tepat di lengannya.
“Kau ini jangan mengarang cerita dan mendramatisir keadaan ya! Aku hanya ingin tahu tentang dia karena dia sangat berbeda dengan yeoja yang lain. Ia benar-benar menarik perhatian. Cool girl,” kataku memecah tawa Aiden.
“Dia sih ice, bukan cool. Dinginnya udah stadium akhir, hahahaha. Tapi jika kau memang menyukainya, kan nggak apa-apa,” kata Aiden disambut anggukan Jeremy yang ikut tertawa.
“Hmm, memang iya, tapi aku tak peduli. Ia memang dingin, like ice,” kataku memainkan sedotan jus jerukku. Tak lama aku melihat sesosok makhluk cantik masuk ke cafeteria bersama Faith. Yap, tentu saja Hyunsun. Begitu masuk cafeteria, beberapa namja genit mulai menggoda Hyunsun dan Faith. Faith, meski ia begitu, namun ia memang terlihat menarik. Gayanya cool, ia pintar, ketua cheerleaders, pintar nge-rap, kaya, tegas pula. Memang sangat cocok jika bersanding dengan Hyunsun.
“Itu dia yeoja-mu,” kata Jeremy.
“Ne, aku sudah tahu,” kataku cepat. Aku menatap Hyunsun dalam balutan seragamnya : kemeja biru kotak-kotak, rok putih pendek, kaos kaki panjang selutut warna putih, dan sepatu kets warna putih berpadu biru. Ia makin menggoda.
“Wow, kau tembak saja dia,” kata Aiden. Hahaha, Aku ingin tertawa mendengarnya. Bergaul aja susah, apalagi disuruh pacaran???
“Hei, kau ingat tidak??? Bergaul saja susah, apalagi disuruh pacaran,” kataku akhirnya sambil tertawa. Jeremy juga tertawa sedangkan Aiden menertawai dirinya sendiri.
“Oh iya ya! Baboya!” kata Aiden menepuk jidatnya sendiri.
“Guys, kami duduk di sini ya,” kata Faith. Aiden yang juga menyukai Faith jelas memperbolehkannya. Aku mengangguk.
“Ne, gomawo,” kata Hyunsun pelan sambil duduk di sampingku. Kami terdiam beberapa saat sebelum akhirnya…
“Hyunsun-a, kau ini pendiam sekali,” komentar Jeremy terang-terangan. Hyunsun hanya tersenyum manis membuatku bak tersetrum listrik.
“Karena memang tak ada yang harus dibicarakan,” jawab Hyunsun dingin sambil memakan makan siangnya itu. Aku hampir tersedak. Yeoja ini kok gitu ya? Aneh banget.
“Kan bisa ngomongin apa gitu…,” kata Aiden. Hyunsun tersenyum tipis.
“Ya, aku hanya lebih suka diam daripada buang energy untuk bicara yang tidak-tidak,” kata Hyunsun. Aku hampir saja tersedak jus-ku.
“Hmmm, gitu ya? Eh, Faith, aku pikir-pikir aku mau ikut drama musical itu,” kata Aiden. Faith lalu mengeluarkan ponselnya dan mencatat nama Aiden.
“Yakin ya ikut?” kata Faith penuh harap. Aiden mengangguk. Aku pikir Faith ini juga menyukai Aiden. Wajahnya saja memerah begitu.
“Ne, wajahmu memerah,” kata Jeremy usil. Jeremy memang seorang namja yang sangat suka menjaili dan menggoda teman-temannya.
“Ah, aniyo,” kata Faith. Aku lihat Hyunsun tertawa kecil. Wajahnya sangat lucu, seperti anak kecil.
“Hmm, Hyunsun-a, bolehkah aku tanya sesuatu?” tanya Aiden. Hyunsun menatap Faith lalu mengangguk. Aku tak mengerti mengapa ia lakukan hal itu.
“Kau sudah punya pacar?” tanya Aiden lagi. Hyunsun hampir tersedak kentang gorengnya. Ia langsung menatap kami dengan tatapan yang sangat aneh.
“Waeyo? Apa aku harus menjawabnya?” tanya Hyunsun. Sepertinya ia ingin menangis lagi.
“Ah, Hyunsun-a, kami nggak bermaksud membuatmu tersinggung kok. Kami hanya ingin tahu,” kataku kemudian berusaha minta maaf padanya.
“Ne, aku sudah punya pacar,” kata Hyunsun lalu menunduk dan menghabiskan makanannya. Setelah makanannya habis ia pamit mau ke taman. Faith melongo. Sepertinya ia kaget.
“Faith, apa kau menyimpan rahasia Hyunsun? Siapa pacarnya?” tanyaku ingin tahu. Faith hampir tersedak jus limun-nya. Ia berpikir sebentar, dan akhirnya memberi jawaban yang sama sekali nggak kuinginkan.
“Kau akan tahu siapa pacarnya jika memang sudah waktunya,” kata Faith lalu mulai memainkan keypad ponselnya. Sepertinya ia mengirim sms pada seseorang. Bersama dengan itu, Aiden mengangkat ponselnya yang berdering.
“Baiklah jika kau tak mau memberitahuku,” kataku sambil memakan kentang gorengku yang tersisa.
“Hehehe, aku tak bisa mengatakannya sekarang memang. Mianhae. Eh, aku nyusul Hyunsun dulu ya,” kata Faith lalu mengerling nakal ke arah Aiden. Aiden nyengir.
“Waaaa, ada apa ini?” tanyaku setelah Faith pergi.
“Ne, Faith sudah resmi jadi yeojachingu-ku, hahaha,” kata Aiden senang lalu memelukku dan Jeremy bergantian. Aku dan Jeremy pura-pura sesak nafas.
“Ya! Kau seperti yeoja saja main peluk-peluk,” kata Jeremy. Aiden nyengir. Ia lalu merangkulku yang sedang meminum jus-ku.
“Aku bisa saja membantumu mendapatkan Hyunsun,” kata Aiden mengerling padaku. Aku menatapnya.
“Jinjja?? Ottoke caranya?” tanyaku polos.
“Aku kan namjachingu Faith, kau boleh minta bantuan padanya TAPI kau jangan merebut Faith dariku, okey,” jawab Aiden menekan kata tapi. Aku mengangguk setuju.
>>>
~Nathan POV end~
~Hyunsun POV~
Entah mengapa aku merasa sesak saat mereka bertanya apakah aku sudah punya namjachingu apa belum. Aku ingin menangis lagi rasanya.
“Hyunsun-a!!!” panggil seseorang yang suaranya sangat kukenal. Ne, Faith yang memanggilku. “Ada apa?” tanya Faith yang langsung merangkulku.
“Molla, aku merasa aneh. Aku ini masih berstatus yeojachingu-nya kan?” tanyaku balik. Merasa ia bukan mendapat jawaban tapi pertanyaan, ia malah mendengus.
“Hufht, kendalikan pikiranmu. Hmm, kalau begitu, ceritakanlah dari awal saja, karena kau hanya bilang namjachingu-mu itu meninggal empat bulan yang lalu,” kata Faith. Aku mengambil ponselku dari saku bajuku, lalu menatap sebuah foto yang kujadikan wallpaper ponselku. Aku mengamil nafas berat, dan mulai menceritakannya pada Faith.
+++++++++++++++++++++++++++++++TBC+++++++++++++++++++++++++++++
Nah para readers sekalian, mian ya kalo ini merupakan cerita tergejhe yang pernah ada. Hehehe. Hmm, mohon RCL ya readers sekalian, dan ini masih pembukaannya saja. Sekian, kamsahamnida… ^^
Part : 1
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Kim Hyunsun a.k.a me
~ Nathan Kim a.k.a Kim Ryeowook SuJu
~ Spencer Lee a.k.a Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Aiden Lee a.k.a Lee Donghae SuJu
~ Faith Lee a.k.a CL 2ne1
~ Jeremy Kim a.k.a Kim Jongwoon a.k.a Yesung SuJu
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Sebenarnya aku mau bikin FF tentang EunHae, tapi mianhae ya, aku nggak ada ide dan yang muncul malah ide ini. ^^
Okelah langsung aja ini dia… Cekidot…
Happy reading… ^^
>>>
Aku turun dari mobil hitamku dan bergegas menuju kelas. Seperti biasa, banyak yeoja yang melihatku dan berusaha mendekatiku. Aku tak peduli pada mereka. Jual mahal dikit-lah. Memang begini kehidupan seorang namja yang terkenal di St. Angela International High School *author nggak ngerti sekolah di London, hehehe*.
“Nathan Kim!!!!” panggil seorang namja. Aku menoleh. Rupanya Jeremy yang memanggilku.
“Ne, waeyo?” tanyaku. Ia mengatur nafasnya perlahan.
“Huh, kau ini, kucari kemana-mana rupanya ada di sini,” jawab Jeremy marah-marah. Aku nyengir dengan wajah innocent.
“Aku baru datang, hehehe,” jawabku tetap nyengir dan mengeluarkan wajah super innocent-ku. Ia menghembus nafas panjang.
“Huh, ya sudah, ayo ke kelas. Hmmmm, Sepertinya banyak sekali ya yeoja yang ngefans padamu,” kata Jeremy menggodaku. Aku hanya nyengir.
“Ne, tapi yang menyukaimu juga banyak. Aiden apalagi,” kataku. Ia merangkulku. Sesampainya di kelas, aku disambut oleh Aiden.
“Good morning guys!” kata Aiden. Aku hanya tersenyum. Pandanganku langsung menyapu seluruh kelas.
“Nathan oppa…,” panggil seorang yeoja dengan centil dari luar. Aku menoleh. Ia tersenyum sok imut.
“Hahaha, kena lagi kau digoda seorang hokbae,” kata Aiden. Aiden Lee, ia adalah seorang namja yang sangat romantis, berwajah tampan, kaya, serta pintar. Aku sudah berteman dengannya sejak SMP. Fans-nya di St. Angela sangat banyak. Orang tua Aiden adalah pemilik sebuah butik terkenal di London.
Lalu mengenai Jeremy Kim, ia adalah seorang namja yang cukup aneh. Tapi meski begitu ia sangat pintar di kelas. Fans-nya tak kalah banyak dari Aiden. Ia adalah temanku sejak kecil. Orang tuanya adalah pemilik sebuah restoran yang cukup terkenal di London. Ia sendiri membuka café dengan jerih payahnya sendiri. Orang tuanya sangat bangga dengan Jeremy karena ternyata café miliknya semakin luas dan makin terkenal. Selain itu, Jeremy kini juga memiliki penghasilan sendiri. Tentu saja kedua orang tuanya makin bangga padanya.
Lalu aku sendiri, aku adalah anak tunggal dari keluarga Kim. Orang tuaku adalah pemilik sebuah hotel di London. Hotel milik keluargaku ini cukup terkenal di England. Untuk keamanan, yang boleh menginap di hotel ini harus menunjukkan kartu penduduk mereka. Ini dilakukan agar mereka yang masih berstatus pacar tidak melakukan hal yang macam-macam di hotel milik keluargaku. Jadi pada intinya kami tidak ingin hotel kami dijadikan tempat maksiat *weeee, oppa alim… ^^*.
Sebenarnya aku punya satu sahabat lagi, namanya Spencer Lee. Ia sering dijuluki monkey oleh kawan-kawanku. Ia sangat dekat dengan Aiden, namun ia sudah meninggal empat bulan yang lalu karena kecelakaan yang menimpanya. Aku sangat sedih mendengar hal itu. Padahal ia itu namja yang baik, pintar, meski jorok, hehehehe.
Sangat banyak fans-fansku dan dua temanku itu di St. Angela ini, apalagi setelah kami naik kelas XI. Hufht, banyak hokbae usil yang bertingkah aneh. Sunbae kami juga makin aneh. Yang seangkatan untungnya belum aneh-aneh, hanya aneh. Hahahaha.
Tapi tidak dengan seorang gadis Korea yang pindah kemari sebulan yang lalu bernama Kim Hyunsun. Ia sangat tertutup. Ia teman sekelasku. Ia sepertinya kurang berminat membuka diri dengan kami, anak-anak St. Angela khususnya anak XI-3. Entah ada apa, tetapi ia nggak pernah beedua dengan namja dan dia juga sangat pendiam. Ia memang sering berjalan bersama teman sesama yeoja-nya, namun ia sepertinya hanya dekat dan percaya pada Faith Lee, si ketua kelas yang pintar nge-rap itu. Hmm, ia benar-benar aneh. Hampir tidak pernah berbicara dengan namja.
Jujur saja, aku sangat penasaran dengan Hyunsun. Aku bahkan tak pernah mendengar suaranya. Ia sangat jarang berbicara. Namun yang kutahu ia itu anak orang kaya, ayahnya pemilik apartemen besar di Seoul sedangkaan ibunya bekerja sebagai dosen di sebuah universitas di Seoul. Aku tak heran kalau ia itu sangat pintar.
Hyunsun juga sangat cantik. Wajahnya benar-benar khas Asia. Kulit putihnya benar-benar mulus. Rambut panjang hitam yang menjuntai sepunggung, bibir mungilnya yang merah, serta mata sipit hitamnya yang aku sukai darinya. Jujur saja, aku sangat tertarik dengan yeoja ini.
>>>
“Siapa di antara kalian yang mau ikut drama di prom night untuk dua bulan lagi?” tanya Faith mengumumkan acara prom night yang akan diadakan dua bulan lagi. “Kau mau Nathan-a? Suaramu kan bagus, ottoke kalau kau ikut drama musical ini?” kata Faith lagi.
“Hmm, aku pikir dulu ya,” kataku. “Besok akan kuberi tahu keputusanku,” lanjutku. Faith mengangguk.
“Hmm, Jeremy dan Aiden juga kalau berminat ikutlah. Lalu kau, Hyunsunnie-a, mungkin ini kan penampilan pertamamu jika kau ikut, ottoke??? Ikutlah, aku juga ikut kok,” kata Faith penuh harap. Aku menoleh ke Hyunsun. Banyak namja yang bersemangat menyuruh Hyunsun ikut. Tentu saja, banyak sekali namja yang menyukai Hyunsun. Nggak hanya Hyunsun sih, Faith juga begitu. Aku berharap ia bilang “ne” agar aku bisa mendengar suaranya.
“Hmm, aku pikir dulu ya Faith-a,” kata Hyunsun. Akhirnya ia ngomong juga. Wow, suaranya begitu lembut. Hampir sama seperti suara Jeremy. Tapi yang jelas suara Hyunsun cewek banget.
“Ne, geurraso. Gomawo kau akhirnya bicara juga di depan siswa kelas ini,” goda Faith. Senyum manis yang keluar dari bibir mungil Hyunsun itu membuat jantungku berdetak keras.
“Memang salah ya? Aku juga masih pernah bicara,” katanya pelan lalu ia membaca novelnya. Aku menatapnya. Tanpa kusangka ia lalu menatapku. Pandangannya tajam sekali. Ia hanya menatapku sebentar lalu kembali membaca novelnya. Yeoja aneh, tapi ia benar-benar menarik di mataku.
>>>
~Nathan POV end~
~Hyunsun POV~
Nathan menatapku. Aku balas menatapnya. Kalau dipikir-pikir, ia memang cute. Manis. Bahkan menurutku di antara kedua temannya ia yang paling menyenangkan. Sangat ramai di kelas, heboh, dan pintar. Namun entah mengapa, setap melihatnya, aku selalu teringat seseorang. Itu membuatku semakin sedih.
Aku merasa bersalah pada orang itu. Karena aku, ia pergi. Karena aku ia kehilangan segalanya. Karena aku, ia kehilangan masa depannya. Karena aku pabo, ia jadi menderita. Meski aku menyesal, ia takkan kembali. Dan semua sia-sia.
Tak terasa aku menatap Nathan yang pasti juga berpikiran sama dengan semua orang : aku sangat tertutup. Aku menatapnya dibalik novelku sampai-sampai air mataku mengalir di pipiku. Aish, tak ada gunanya menangis. Ia takkan kembali.
“Hyunsun-sshi,” sapa sebuah suara cempreng yang menggoda. Aku melihat ke arah suara itu. Nathan. Ya, ia menyapaku! Baru kali ini aku mendengar suaranya. Suaranya sangat lucu menurutku. Cempreng dan unik. Aku suka itu.
“Ne,” ujarku singkat. Ia tampak heran. Ia menyingkirkan novelku lalu menarik daguku. Hei, beraninya ia!
“Uljima,” katanya lalu menghapus aliran air di pipiku. Aku kaget. Kelas ini sepi, dan aku baru sadar kalau aku hanya berdua dengan Nathan! Dan baru kali ini aku berdua dengan namja setelah ia pergi.
“Ne,” kataku lalu memalingkan wajahku darinya dan membaca novel lagi. Ia tampaknya heran dengan sikapku. Namun ini memang sifatku.
“Kau ini benar-benar misterius,” kata Nathan pelan lalu memperhatikanku. Tapi entah kenapa, aku merasa biasa saja saat ia menatapku..
“Ne, lantas kau mau apa? Jika kau tak ada perlu denganku, lebih baik kau tinggalkan aku. Kau kan temannya Aiden dan Jeremy,” kataku dingin. Ia tampak sedikit kecewa dengan sikapku.
“Kau memang sedingin es batu, baiklah aku pergi,” kata Nathan lalu pergi meninggalkanku. Lima menit kemudian Faith menghampiriku.
“Ya Hyunsun-a! Baru kali ini aku melihatmu bersama seorang namja! Namja idaman para yeoja pula! Wah, kau beruntung,” cerocos Faith.
“Biasa saja,” jawabku singkat.
“Hei, kau tahu? Kau kan selama ini tak pernah berduaan sama namja! Lagian kau ini memang beruntung, banyak yeoja yang ingin dekat dengan Nathan, si cute boy itu. Dan sayangnya Nathan nggak pernah tertarik sama mereka,” terang Faith.
“Ne, terserah. Tapi aku merasa biasa saja,” kataku. Faith menggelengkan kepalanya. Laalu mengambil novelku.
“Dengar! Mau sampai kapan kau akan terus menutup dirimu seperti itu dan terus menyesali keadaan? Ia takkan kembali, tapi ia pasti sedih melihatmu seperti ini,” kata Faith. Yap, Faith memang sudah tahu semua rahasiaku.
“Molla,” kataku menunduk.
“Hyunsun-a, ini semua murni kecelakaan. Bukan karena kau. Jika kau terus seperti ini, ia pasti sedih. Aku tahu kau masih belum bisa menerimanya karena ini semua di luar rencanamu, tapi aku yakin ini mungkin jalan terbaik,” kata Faith merangkulku. “Memang sulit, tapi kau harus bisa,” kata Faith lagi.
“Faith-a, kau memang yang paling mengerti aku,” kataku menutup wajahku. Lagi, air mata mengalir lagi di pipiku.
>>>
~Hyunsun POV end~
~Nathan POV~
“Hei! Kau ini selalu menghilang!” kata Jeremy kesal. Aku tak terlalu menghiraukan Jeremy jadi aku langsung memakan kentang goring jatah makan siangku.
“Sudahlah, yang penting ia sudah ketemu,” kata Aiden menengahi. “Waeyo dengan dirimu? Akhir-akhir ini kau terlihat berbeda,” tanya Aiden.
“Hmm, Hyunsun-a. Akhirnya aku bisa berdua dengannya tadi di kelas,” jawabku sambil tersenyum senang. “Meski ia memang dingin padaku.”
“Oh, aku sudah lihat itu dan itu baru pertama kali kulihat,” kata Aiden. “Ia tak banyak bicara sepertinya,” lanjutnya.
“Ne. Silent is golden, menurutnya,” kataku terkekeh.
“Hmm, kau suka padanya ya?” goda Jeremy. Aku langsung mengelaknya.
“Aniyo!” jawabku dengan muka merah padam.
“Jangan begitu, aku tahu kau menyukainya. Wow, ia yeoja beruntung,” kata Jeremy disambut pukulan dariku tepat di lengannya.
“Kau ini jangan mengarang cerita dan mendramatisir keadaan ya! Aku hanya ingin tahu tentang dia karena dia sangat berbeda dengan yeoja yang lain. Ia benar-benar menarik perhatian. Cool girl,” kataku memecah tawa Aiden.
“Dia sih ice, bukan cool. Dinginnya udah stadium akhir, hahahaha. Tapi jika kau memang menyukainya, kan nggak apa-apa,” kata Aiden disambut anggukan Jeremy yang ikut tertawa.
“Hmm, memang iya, tapi aku tak peduli. Ia memang dingin, like ice,” kataku memainkan sedotan jus jerukku. Tak lama aku melihat sesosok makhluk cantik masuk ke cafeteria bersama Faith. Yap, tentu saja Hyunsun. Begitu masuk cafeteria, beberapa namja genit mulai menggoda Hyunsun dan Faith. Faith, meski ia begitu, namun ia memang terlihat menarik. Gayanya cool, ia pintar, ketua cheerleaders, pintar nge-rap, kaya, tegas pula. Memang sangat cocok jika bersanding dengan Hyunsun.
“Itu dia yeoja-mu,” kata Jeremy.
“Ne, aku sudah tahu,” kataku cepat. Aku menatap Hyunsun dalam balutan seragamnya : kemeja biru kotak-kotak, rok putih pendek, kaos kaki panjang selutut warna putih, dan sepatu kets warna putih berpadu biru. Ia makin menggoda.
“Wow, kau tembak saja dia,” kata Aiden. Hahaha, Aku ingin tertawa mendengarnya. Bergaul aja susah, apalagi disuruh pacaran???
“Hei, kau ingat tidak??? Bergaul saja susah, apalagi disuruh pacaran,” kataku akhirnya sambil tertawa. Jeremy juga tertawa sedangkan Aiden menertawai dirinya sendiri.
“Oh iya ya! Baboya!” kata Aiden menepuk jidatnya sendiri.
“Guys, kami duduk di sini ya,” kata Faith. Aiden yang juga menyukai Faith jelas memperbolehkannya. Aku mengangguk.
“Ne, gomawo,” kata Hyunsun pelan sambil duduk di sampingku. Kami terdiam beberapa saat sebelum akhirnya…
“Hyunsun-a, kau ini pendiam sekali,” komentar Jeremy terang-terangan. Hyunsun hanya tersenyum manis membuatku bak tersetrum listrik.
“Karena memang tak ada yang harus dibicarakan,” jawab Hyunsun dingin sambil memakan makan siangnya itu. Aku hampir tersedak. Yeoja ini kok gitu ya? Aneh banget.
“Kan bisa ngomongin apa gitu…,” kata Aiden. Hyunsun tersenyum tipis.
“Ya, aku hanya lebih suka diam daripada buang energy untuk bicara yang tidak-tidak,” kata Hyunsun. Aku hampir saja tersedak jus-ku.
“Hmmm, gitu ya? Eh, Faith, aku pikir-pikir aku mau ikut drama musical itu,” kata Aiden. Faith lalu mengeluarkan ponselnya dan mencatat nama Aiden.
“Yakin ya ikut?” kata Faith penuh harap. Aiden mengangguk. Aku pikir Faith ini juga menyukai Aiden. Wajahnya saja memerah begitu.
“Ne, wajahmu memerah,” kata Jeremy usil. Jeremy memang seorang namja yang sangat suka menjaili dan menggoda teman-temannya.
“Ah, aniyo,” kata Faith. Aku lihat Hyunsun tertawa kecil. Wajahnya sangat lucu, seperti anak kecil.
“Hmm, Hyunsun-a, bolehkah aku tanya sesuatu?” tanya Aiden. Hyunsun menatap Faith lalu mengangguk. Aku tak mengerti mengapa ia lakukan hal itu.
“Kau sudah punya pacar?” tanya Aiden lagi. Hyunsun hampir tersedak kentang gorengnya. Ia langsung menatap kami dengan tatapan yang sangat aneh.
“Waeyo? Apa aku harus menjawabnya?” tanya Hyunsun. Sepertinya ia ingin menangis lagi.
“Ah, Hyunsun-a, kami nggak bermaksud membuatmu tersinggung kok. Kami hanya ingin tahu,” kataku kemudian berusaha minta maaf padanya.
“Ne, aku sudah punya pacar,” kata Hyunsun lalu menunduk dan menghabiskan makanannya. Setelah makanannya habis ia pamit mau ke taman. Faith melongo. Sepertinya ia kaget.
“Faith, apa kau menyimpan rahasia Hyunsun? Siapa pacarnya?” tanyaku ingin tahu. Faith hampir tersedak jus limun-nya. Ia berpikir sebentar, dan akhirnya memberi jawaban yang sama sekali nggak kuinginkan.
“Kau akan tahu siapa pacarnya jika memang sudah waktunya,” kata Faith lalu mulai memainkan keypad ponselnya. Sepertinya ia mengirim sms pada seseorang. Bersama dengan itu, Aiden mengangkat ponselnya yang berdering.
“Baiklah jika kau tak mau memberitahuku,” kataku sambil memakan kentang gorengku yang tersisa.
“Hehehe, aku tak bisa mengatakannya sekarang memang. Mianhae. Eh, aku nyusul Hyunsun dulu ya,” kata Faith lalu mengerling nakal ke arah Aiden. Aiden nyengir.
“Waaaa, ada apa ini?” tanyaku setelah Faith pergi.
“Ne, Faith sudah resmi jadi yeojachingu-ku, hahaha,” kata Aiden senang lalu memelukku dan Jeremy bergantian. Aku dan Jeremy pura-pura sesak nafas.
“Ya! Kau seperti yeoja saja main peluk-peluk,” kata Jeremy. Aiden nyengir. Ia lalu merangkulku yang sedang meminum jus-ku.
“Aku bisa saja membantumu mendapatkan Hyunsun,” kata Aiden mengerling padaku. Aku menatapnya.
“Jinjja?? Ottoke caranya?” tanyaku polos.
“Aku kan namjachingu Faith, kau boleh minta bantuan padanya TAPI kau jangan merebut Faith dariku, okey,” jawab Aiden menekan kata tapi. Aku mengangguk setuju.
>>>
~Nathan POV end~
~Hyunsun POV~
Entah mengapa aku merasa sesak saat mereka bertanya apakah aku sudah punya namjachingu apa belum. Aku ingin menangis lagi rasanya.
“Hyunsun-a!!!” panggil seseorang yang suaranya sangat kukenal. Ne, Faith yang memanggilku. “Ada apa?” tanya Faith yang langsung merangkulku.
“Molla, aku merasa aneh. Aku ini masih berstatus yeojachingu-nya kan?” tanyaku balik. Merasa ia bukan mendapat jawaban tapi pertanyaan, ia malah mendengus.
“Hufht, kendalikan pikiranmu. Hmm, kalau begitu, ceritakanlah dari awal saja, karena kau hanya bilang namjachingu-mu itu meninggal empat bulan yang lalu,” kata Faith. Aku mengambil ponselku dari saku bajuku, lalu menatap sebuah foto yang kujadikan wallpaper ponselku. Aku mengamil nafas berat, dan mulai menceritakannya pada Faith.
+++++++++++++++++++++++++++++++TBC+++++++++++++++++++++++++++++
Nah para readers sekalian, mian ya kalo ini merupakan cerita tergejhe yang pernah ada. Hehehe. Hmm, mohon RCL ya readers sekalian, dan ini masih pembukaannya saja. Sekian, kamsahamnida… ^^
0 komentar:
Posting Komentar