Title : Angel and Demons in Me
Part : 4
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
- Lee Sangwoo a.k.a Siti Syifazalia
- Lee Donghae SuJu
- Park Jungsoo a.k.a Leeteuk SuJu
- Jessica Jung SNSD
- Choi Siwon SuJu
- Taeyon SNSD
- Sooyoung SNSD
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Happy reading ya chingudeul…
^^
:)
“Sangwoo-a, waeyo?” tanya Donghae mendekatiku. Aku tak berani melangkah sedikitpun. “Waeyo kau selingkuh dengannya!?!?” tanya Donghae sambil menunjuk Siwon yang berdiri di belakangnya.
“Oppa, mianhae…,” jawabku lirih. Donghae berusaha mengontrol emosinya. Ia mencengkram lenganku.
“Waeyo Sangwoo-a? Jebal, aku hanya ingin tahu alasanmu,” kata Donghae dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya Siwon tak rela, ia mendekati Donghae dan melepaskan cengkraman Donghae dariku. Tak kusangka Donghae malah semakin emosi.
“Hei kau ini kasar sekali pada yeoja,” kata Siwon meremehkan. Donhae langsung mengepalkan tangannya.
“Kau ini kurang ajar sekali! Rasakan ini!” kata Donghae menonjok wajah Siwon hingga jatuh.
“Oppa!!! Hentikan!!!” kataku mulai merlerai mereka berdua. Aku memeluk tubuh Donghae agar ia tak melayangkan pukulan lagi.
“Ayo Donghae-a! Hajar aku lagi! Pengecut!” kata Siwon. Aku benar-benar tak habis pikir ternyata semua malah menjadi seperti ini. Aku mendekati Siwon dan menamparnya. Siwon dan Donghae tampak kaget.
“Aku memang yeoja babo! Tak seharusnya aku mau menjadi yeojachingu-mu,” kataku sambil menangis. Aku benar-benar lelah menghadapi ini semua.
“Lalu sebenarnya kau ini mencintai siapa??? Sangwoo-a, apakah ini balasanmu pada cintaku??? Aku benar-benar mencintaimu Sangwoo-a. Jebal, jadilah milikku,” kata Siwon sambil emegangi pipinya yang ditonjok Donghae. Aku menggeleng.
“Aniyo!!!” teriakku sambil menutup wajahku lalu menatap Donghae. “Oppa mianhae, aku terlalu babo untuk mengikuti semua ini. Jeongmal mianhae oppa,” kataku sambil terus menangis. Donghae lalu memelukku dengan lembut dan membelaiku.
“Sangwoo-a, jika kau memang bahagia dengan Siwon, aku akan merelakanmu bersamanya meski semua terasa sakit. Sekarang aku ingin tahu, kau pilih siapa? Aku atau dia?” kata Donghae setelah melepaskan pelukannya. Aku menatap mereka berdua. Dengan nafas sesak karena aku menangis, aku mulai bicara.
“Kalian adalah orang yang memang kusayangi, dan kini aku sadar, hartamu tak bisa membuatku bahagia. Meski kau ini kaya kau tak bisa membeliku. Aku pilih...,” kataku membuat mereka penasaran. Aku berusaha tersenyum meski sulit karena aku benar-benar frustasi. “Donghae oppa,” kataku. Donghae tersenyum dan memelukku.
“Ne, geuraeyo, chukkae. Semoga kau bahagia bersamanya,” kata Siwon tersenyum lalu meninggalkanku berdua dengan Donghae.
“Oppa, jeongmal mianhae. Mungkin kalau aku tak menuruti temanku aku takkan seperti ini,” kataku pelan. Donghae berusaha menenangkanku.
“Sudahlah jagi, tenang. Aku nggak akan memarahimu. Sekarang kita ke café saja, dan aku ingin dengar ceritamu,” kata Donghae lalu menggandeng tanganku lembut menuju café favoritnya. Tuhan, ia sangat baik padaku meski ia tahu aku pernah menghianatinya. Tuhan aku menyesal menghianatinya. Aku berharap aku bisa membayar semua kesalahnku poada Donghae oppa.
:)
“Jadi begitu,” kata Donghae setelah aku menceritakan semuanya. Aku mengangguk. Setelah semua kuceritakan entah mengapa rasanya semua bebanku hilang.
“Ne, dan sekarang semua keputusan ada di tanganmu,” kataku memegang tangannya yang hangat. “Kau mau putus denganku aku rela kok,” kataku lagi.
“Kau ini bicara apa sih. Sudahlah, yang sudah biarlah berlalu. Aku sudah tahu kalau kau pasti punya alasan atas ini semua meski kini kau baru sadar apa yang kau lakukan itu salah,” kata Donghae meremas jemariku dengan lembut. Air mata menitk dari mataku. Donghae menghapusnya.
“Ne oppa. Jeongmal gomawo karena kau mau menerimaku apa adanya lagi meski kau tahu aku pernah melakukan kesalahan,” kataku. Ia tersenyu manis.
“Semua orang pasti pernah bersalah kan? Nggak ada manusia yang sempurna yang tak pernah melakukan sebuah kesalahan,” kata Donghae membelai pipiku. Aku tersenyum haru. Ia begitu baik. Aku berjanji aku akan selalu bersamanya.
“Ne kau benar,” kataku. Tiba-tiba Donghae menatapku tajam. Ia serius sekali sepertinya. Aku mulai merinding.
“Sangwoo-a, will you marry me?” kata Donghae lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi cincin perak yang lucu. Aku sangat terkejut.
“Oppa, kau serius?” tanyaku hampir tak percaya. Ia mengangguk mantap.
“Tentu saja,” kata Donghae lalu melingkarkan cincin itu ke jari manisku. “Saranghae, Sangwoo-a,” katanya.
“Na do saranghae oppa. Aku mau menikah denganmu,” kataku. Sekejap air muka Donghae berubah menjadi sangat bahagia. Ia memelukku dan mengecup keningku
“Gomawo, tapi aku nggak janji ya bisa bikin pesta meriah untuk pernikahan kita,” kata Donghae pelan.
“Ya oppa! Sederhana saja! Tak perlu pesta yang mahal! Kau tahu, yang sangat penting adalah cara kita untuk mengahadapi hidup setelah pernikahan kita, bukan pestanya,” katakua. Donghae tertawa dan mengacak-acak rambutku. Ya, kini aku sadar kalau cinta tak bisa digantikan dengan uang. Seberapa kaya dia, tapi jika kau tak mencintainya, maka kau takkan merasakan kebahagiaan yang kau inginkan bersamanya. Cinta dan kebahagiaan lebih penting daripada uang dan harta yang melimpah.
:)
“Sangwoo-a kau pulang?” tanya Sooyoung lalu menyuguhiku teh hangat. Aku mengangguk dan meneguk teh manis itu.
“Ne,” kataku. “Aku punya cerita untukmu,” kataku tersenyum senang. Sooyoung tertawa dan mendekatiku.
“Ya Sangwoo-a! Ceritakan! Ottoke???” kata Sooyoung bersemangat.
“Ne, aku putus dengan Siwon, dan aku akan menikah dengan Donghae,” kataku senang sambil menunjukkan cincin yang melingkar di jemariku pada Sooyoung. Sooyoung bertepuk tangan.
“Ya, chukkae! Hmmm, lalu ottoke nasib Siwon?”
“Aku tak tahu dan tak ingin mengetahuinya,” jawabku singkat. Aku tak mau mengenalnya lagi. Ia hampir saja menghancurkan hubunganku dengan Donghae. Jadi lebih baik aku tak berurusan lagi dengannya.
“Hmmm, Sangwoo-a, aku mau memperkenalkan seseorang padamu,” kata Sooyoung. Tibaa-tiba pintu apartemenku diketuk dan Sooyoung segera membukanya. “Sangwoo-a, ini Leeteuk, dia namjachingu-ku,” kata Sooyoung lalu menyuruh Leeteuk masuk.
“Jinjja???” kataku tak percaya. Sumpah aku sangat kaget mengetahui kalau Leeteuk kini menjalin hubungan special dengan Sooyoung.
“Ne, aku berpacaran dengan Sooyoung tadi pagi. Aku mengantar Donghae kemari untuk menemuimu, dan aku bingung karena ia lari begitu saja bersamamu. Aku berusaha mencari kau dan ia, namun malah bertemu denganSooyoung,” kata Leeteuk. Oh, jadi tadi pagi Leeteuk mengantar Donghae. “Chukkae karena kau kini kembali denagn Donghae,” kata Leeteuk lagi.
“Ne oppa, gomawo,” kataku. “Kau kenal Sooyoung darimana?”
“Aku kan bekerja di café milik Leeteuk,” jawab Sooyoung enteng. Mwo?? Jadi café itu milik Leeteuk.
“Ne, dia benar,” kata Leeteuk. “Hei, tapi berjanjilah padaku, kau takkan hianati Donghae lagi. Ia sudah kuanggap dongsaeng kandungku sendiri, jadi jangan menyakitinya atau kau akan berurusan denganku,” ancam Leeteuk. Aku tertawa.
“Tentu saja aku takkan mengulangi kesalahan yang sama,” kataku. “Aku janji,” lanjutku. Leeteuk tersenyum puas.
“Baiklah jika begitu.”
“Hmm, bersenang-senanglah kawan, aku mau ke kamar,” kataku berinisiatif untuk meninggalkan mereka berdua. Di kamar aku memandangi foto-fotoku bersama Donghae dan Sooyoung. Ada Taeyon juga. Namun mataku terpaku pada setumpuk kertas di mejaku. Itu adalah artikel yang kutulis untuk Flame magazine. Tiba-tiba ponselku berbunyi.
From: Monster Jerksicca *mianhae SONE*
Annyeong, ottoke dengan artikel-nya? Aku akan pulang besok, rupanya aku hanya tiga hari di sini.
Jessica sms aku? Wow, dapat angin apa diaa hingga ia mengirim sms padaku??? Namun hal ini membuatku sadar akan kenyataan, dan aku tahu apa yang terbaik padaku. Aku segera menulis artikel tentang cinta dan kekayaan untuk Flame magazine. Itu mungkin artikel terakhir yang kutulis.
:)
“Mwo??? Aku pulang dari Australia ingin bertemu denganmu Sangwoo-a, waeyo kau memberiku petir???” tanya Jessica shock saat aku memberi surat pengunduran diri padanya. Jujur, aku tak tahan bekerja lebih lama di Flame magazine. Teerlalu banyak godaan di sini. Dan aku tak ingin bertemu Siwon selamanya.
“Ne madame, mianhae.Jeongmal mianhae,” kataku menunduk. Tampak sekali Jessica sangat kecewa dengan keputusan yang aku ambil.
“Aku menghargai keputusanmu Sangwoo-a, tapi waeyo???” tanya Jessica. Dan hal ini yang kutakutkan. Akhirnya kejadian juga.
“Karena saya ingin men…,” kataku ter[otong.
“Banyak yang keluar dari Flame magazine dengan alasan mencari pekerjaan lebih layak ataupun ingin mencari pengalaman kerja baru di tempat lain. Aku yakin bukan itu alasanmu,” potong Jessica. Aku menunduk.
“Ne madame, ini semua karena Siwon,” jawabku takut.
“Oh, mantanku itu, kau diapakan dia?” tanya Jessica. Mwo, mantan??? Apa ia tak salah bicara? Mantan?
“Mwo? Mantan madame?” tanyaku. Jessica mengangguk enteng seolah tak terjadi apa-apa.
“Ne, ia menyukaimu. Kau tahu itu?” jawab Jessica. Aku mengangguk.
“Mianhae madame. Tak seharusnya aku menghianatimu,” kataku menunduk takut. Tapi ia malah tersenyum.
“Kau tahu, aku telah menemukan penggantinya. Aku telah berpacaran dengan namja Australia dan kami akan menikah. Hmm, masalah itu, aku sudah memaafkannya,” kata Jessica. Aku tak mengerti apa yang terjadi padanya.
“Ne madame. Chukkae,” kataku.
“Baiklah, kau belum jawab pertanyaanku. Waeyo dengan Siwon? Dia menyakitimu?” tanya Jessica. Aku menggeleng lalu menceritakan semua kejadiannya pada Jessica. Aku tak menyangka di saat sepert ini, Jessica bisa menjadi tempat curhatku.
:)
“Oh jadi begitu. Hmmm,“ kata Jessica. Aku mengangguk.
“Memang begitu,” kataku. “baiklah, aku rasa sudah sangat siang madame. Aku masih ada urusan. Kamsahamnida karena selama ini madame bersikap baik padaku,” kataku mengakhiri pertemuan kami.
“Ne, cheonmaneyo. Mianhae kalau selama ini aku cerewet padamu. Kamsahamnida kau mau bekerja untukku,” kata Jessica memelukku. Aku mengangguk.
“Gwaenchana, na do mianhae kalau aku pernah melakukan kesalahan besar padamu,” kataku lalu merapikan bajuku.
“Ne, semoga kau dapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini dan tentu saja, jagalah Donghae-mu itu. Jangan sakiti dia lagi,” pesan Jessica. Aku mengangguk.
Aku berjalan menuju ruanganku. Merapikan ruangan yang akan kutinggalkan dan mengambil komik dan novelku lalu memasukkannya ke dalam ranselku. Aku masih bisa mengingat saat siwon masuk dan langsung menciumku dengan seenaknya. Kini aku ingin melupakan semua dosaku itu. Aku segera membereskan ruanganku dan keluar ruangan.
Saat aku berjalan di koridor, aku menangkap sosok Siwon dalam penglihatanku. Omo, untuk apa ia kemari?
“Sangwoo-a,” panggilnya lalu menarik tanganku. Aku kaget. Ia tersenyum.
“Kau mau apa lagi?” tanyaku ketus. Ia tertawa kecil.
“Apa kau yakin kau tak mau meninggalkan Donghae?”
“NE!!!!!” seruku agak keras.
“Waeyo?” tanyanya. “Aku sudah putus dengan Jessica, jadi kupikir kau…”
“Aniyo, aku akan tetap menikah dengan Donghae. Lupakan saja semua impianmu itu,” kataku ketus lalu meninggalkannya begitu saja. “Oh iya, satu lagi, aku sudah mundur dari pekerjaanku, jadi jangan pernah ganggu aku lagi,” kataku lagi sebelum benar-benar meninggalkannya. Ia bengong. Aku tak peduli.
“Ottoke? Kalau kau keluar, kau mau kerja di mana?” tanya Donghae begitu aku menghampirinya.
“Aku bisa bekerja di café atau menjadi penulis di majalah yang lain. Atau aku juga bisa menjadi seorang karyawan perusahaan,” kataku lalu mengambil berkas-beras dari tas-ku. “Ini,” kataku menyerahkan berkas itu pada Donghae.
“Kau bekerja di ELLE magazine? Wow, apa kau yakin?” tanya Donghae. Aku mengangguk.
“Tentu saja,” kataku tersenyum puas. “Aku bahkan mempromosikanmu agar kau bisa jadi bintang terkenal,” kataku.
“Jinjja?” tanya Donghae tak percaya. Aku mengangguk.
“Kau akan jadi model majalah itu,” kataku. Ia tersenyum dan memelukku.
:)
-2 years later-
“Donghae oppa!!! Kyaaaa!!! Saranghae!!!” beberapa yeoja yang masih remaja mengejar Donghae dan mendekati Donghae ingin meminta tanda tangan. Yap, Donghae kini sukses menjadi seorang model, bahkan SM entertainment memintanya bergabung bersama sebuah boyband bernama Super Junior bersama Leeteuk. Aku sendiri kini sukses menjadi seorang penulis. Tak hanya artikel ELLE magazine, tapi juga novel-novel laris di Seoul.
“Hufht, selalu,” kataku sebal. Sooyoung dan Taeyon yang saat itu menemaniku berbelanja hanya tertawa.
“Meski begitu, ia tetap milikmu,” kata Sooyoung yang sudah resmi menjadi istri Leeteuk. “Aku juga merasa begitu kok. Kadang aku tidak rela Leeteuk oppa dikerubungi banyak yeoja. Tapi itu memang resikonya kan?” lanjutnya.
“Ne, kau benar,” kataku. “Meski begini aku masih bersyukur karena Donghae masih menganggapku istrinya,” kataku. Yap, aku memang sudah menikah dengan Donghae. Jessica, mantan bosku itu, juga telah memiliki anak hasil pernikahannya dengan namja Australia itu sedang Taeyon masih berpacaran dengan Seungri, seorang member Big Bang. Taeyon kan model, jadi tak heran kalau ia punya kekasih yang juga selebriti.
“Hmm, baiklah, aku pulang dulu ya, oppa sudah menunggu rupanya,” kata Sooyoung lalu pulang ke rumahnya disusul Taeyon.
“Jagi kau nggak apa-apa kan?” tanya Donghae tiba-tiba.
“Ne, gwaenchana. Hmmm, penggemarmu banyak sekali,” kataku pura-pura ngambek. Ia tertawa.
“Ini berkat kau karena kau yang mempromosikanku untuk model majalah itu bersama Leeteuk hyung. Jeongmal gomawo,” kata Donghae memelukku. Aku segera melepasnya. Wajahku memerah. Donghae tertawa. “Kau malu ya?” tanya Donghae. Aku mengangguk pelan. Ia malah mencium keningku dan mengajakku pulang. Kini aku hidup bahagia karena aku telah menjadi milik Donghae seutuhnya dan aku tahu, apa yang kumiliki sekarang adalah hasil kerja keras bersama. Dan aku menghargai kesetiaan Donghae. Aku percaya ia takkan berpaling dariku ketika harta dan kejayaan menerpanya.
+++++++++++++++++++++++++++++THE END+++++++++++++++++++++++++++++++
Mian ya kalau part terakhirnya ini gejhe berat, nggak nyambung ma ceritanya, hehehe. Baiklah, mian kalau kecewa ma ceritanya, RCL ditunggu… Sekian kamsahamnida… ^^
Rabu, 18 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar