Title : My Ice Girl
Part : 3
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Kim Hyunsun a.k.a me
~ Nathan Kim a.k.a Kim Ryeowook SuJu
~ Spencer Lee a.k.a Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Aiden Lee a.k.a Lee Donghae SuJu
~ Faith Lee a.k.a CL 2ne1
~ Jeremy Kim a.k.a Kim Jongwoon a.k.a Yesung SuJu
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mian ya, postingnya lama, okelah, langsung ajah ya… Ini dia, cekidot…
Happy reading… ^^
>>>
“Oh jadi ceritanya begitu,” kata Faith mengangguk mengerti. Aku mengangguk pelan sembari menghapus air mataku yang tumpah. Aku menatap langit agar air mataku berhenti.
“Ne, aku masih merasa sangat bersalah dan itu sebabnya aku pindah ke London meski aku di sini tinggal sendirian,” kataku pelan. Faith merangkulku dan mencoba menenangkanku.
“Tenanglah, aku, Nathan, Jeremy, dan Aiden sebenarnya sudah tahu kalau Spencer meninggal karena kecelakaan. Tapi aku baru tahu kalau kejadian yang sebenarnya ia jatuh dari bukit,” kata Faith. “Jujur saja, kau beruntung pernah memiliki namja sebaik Spencer,” kata Faith lagi.
“Mwo? Beruntung katamu?” tanyaku heran. Ia memang baik, lucu, dan selalu isa membuatku tersenyum. Spencer Lee, aku benar-benar kangen padamu…
“Ne, buktinya ia rela mati demi kau. Hmmmpfht. Sudahlah, lebih baik sekarang kau segarkan pikiranmu, ok? Cobalah terbuka dengan kami semua,” kata Faith mengajakku ke kelas. Aku menurut. Jujur, aku ingin pulang.
>>>
~Hyunsun POV end~
~Nathan POV~
Saat ini aku sedang berada di café milik Jeremy yang begitu asri. Kulihat Faith dan Aiden tampak mesra-mesraan di depanku membuatku iri setengah mati.
“Ya! Kalian jangan bermesraan gitu dong!” protesku disambut tawa dari Faith dan Aiden. Jeremy lantas merangkulku.
“Kau denganku saja, ottoke?” tanya Jeremy manja. Aku langsung melepaskan tangannya dari leherku.
“Andwae! Aku hanya mau Hyunsun!” kataku sebal. Jeremy cekikikan.
“Ya rupanya sahabat kita yang satu ini lagi falling love,” goda Aiden membuat wajahku semakin panas.
“Ne! Aku rasa itu wajar-wajar saja,” kataku. “Ehm, btw kapan latihan untuk drama musical-nya?” tanyaku pada Faith. Faith sepertinya mengerti maksudku.
“Mungkin sekitar seminggu lagi. Rupanya acara diundur sampai tanggal 13 November,” jawab Faith. “Ya! Kau pasti ingin berlatih bersama si Ice Girl itu kan? Kurasa kau harus memberinya waktu,” kataku. Sontak aku dan kedua sahabatku mendelik.
“Mwo?” tanya Aiden tak mengerti maksud Faith.
“Ia sedang terpukul karena kepergian kekasihnya,” kata Faith menghela nafas penjang. “Aku tahu mungkin salah memberitahu kalian hal ini,” lanjutnya.
“So, sekarang Hyunsun itu single?” tanya Jeremy. Faith mengangguk.
“Tapi aku rasa ia butuh waktu untuk melupakan hal itu. Kalian pasti tahu jika sudah saatnya. Aku hanya bisa member informasi sampai di sini,” kata Faith menyeruput vanilla latte-nya.
“Ne, arraso,” kataku. Aku masih bingung, sebenarnya ada apa sih? Waeyo feelingku mengatakan ia mantan kekasih Spencer Lee, sahabatku yang sudah meninggal itu?
>>>
Hari ini ada pelajaran yang amat kusukai, yaitu olahraga. Dengan bersemangat aku langsung mengganti seragam biru kotak-kotakku dan celana panjang putihku dengan satu stel kaos coklat dan training putih bergaris hitam. Setelah itu aku berlari ke lapangan.
Mataku menangkap sesosok makhluk Tuhan yang sudah lama membuatku beku penasaran karena dinginnya ia. Yap, Hyunsun. Ia mengenakan kaos merah dan training hitam selutut. Ia tampak begitu menggoda meski raut dingin dan kesedihan masih menghiasi wajahnya.
“Annyeong Hyunsun-sshi,” sapaku padanya. Ia menatapku lekat-lekat. Aku merasa aneh padanya.
“Ne, annyeong,” katanya dingin. Aku benar-benar merasa tak dianggap olehnya. Ia benar-benar dingin sedingin es batu, bahkan mungkin Puncak Wijaya di Papua, Indonesia.
“Kau suka pelajaran olahraga?” tanyaku berbasa-basi sedikit padanya. Ia menatapku dalam. Lalu mengangguk kecil.
“Ne. kau sendiri?”
“Aku sangat menyukainya. I really love it,” kataku. Ia mengangguk mengerti sembari tersenyum kecil. Wow, ia sungguh membuat jantungku sprint.
“Kau sangat menggoda,” kataku. Ia terdiam. Matanya sedikit berkaca-kaca. Ia hanya tersenyum kecut.
“Kau sangat mirip dengannya,” desahnya lalu meninggalkanku begitu saja. Aku bengong. Mungkinkah ia kekasih Spencer?
>>>
“Ya Hyunsunnie-a! Tangkap ini!” kata Faith sambil melempar bola basket ke arah Hyunsun. Hyunsun menangkapnya dengan cepat lalu memasukkannya ke dalam ring. Pandai juga ia bermain basket.
“Ya kau hebat!” puji Aiden.
“Gomawo,” katanya datar.
“Kau jadi ikut drama tidak?” tanya Faith. Ia mengangguk. Faith langsung merangkulnya. Aku begitu senang karena ia juga ikut drama. Itu berarti kesempatan mendekatinya sangat terbuka lebar untukku.
“Ya Nathan-a! Ayo bermain lagi,” ajak Aiden lalu melempar bola basket ke arahku. Aku langsung menerimanya dan memasuki lapangan. Aiden beusaha merebut basket itu dari tanganku namun nggak berhasil.
“Hei! Kemarikan!” paksa Aiden. Aku memeletkan lidahku.
“Andwae!” kataku memasukkan bola ke ring. Masuk! Hehehe, aku menang…
“Ya, ayo ganti pakaian,” ajak Jeremy. Sepertinya Jeremy sudah benar-benar kelelahan. Aku dan Aiden menurut dan mengikutinya ke dalam untuk berganti baju.
“Hmm, kau merasa senang?” tanya Aiden padaku. Aku mengangguk mantap. Tentu saja aku sangat senang dan bahagia.
“Ne! Tentu saja,” kataku. Jeremy tertawa.
“Berarti kesempatan emasmu untuk mendekatinya sangat terbuka lebar. Benar begitu kan?” kata Jeremy sambil meneguk minumannya.
“Tentu saja, aku yakin aku mampu melelehkan si Ice Girl itu. Ia benar-benar menggoda,” kataku membayangkan wajahnya.
“Yap, fighting!” kata Aiden. Aku menepuk bahunya. Ia tertawa. Aku dan Jeremy sontak tertawa juga.
>>>
Mataku lagi-lagi menangkap sesosok makhluk cantik yang membuatku dimabuk asmara. Hyunsun tampak begitu cantik dalam balutan seragamnya. Wajahnya tampak lebih segar setelah berolahraga.
“Hei, kau jangan menganga seperti itu. Nanti nyamuk bisa kau telan,” kata Aiden menutup mulutku. Aku hanya bisa tertawa kecil.
“Ne ne, arraso. Hmm, she’s so cool and beautiful,” kataku sambil mencari tempat duduk yang nyaman di kantin itu. Sepertinya Aiden menghampiri Faith untuk mengajaknya duduk bersama kami. Dan aku rasa itu hal yang sungguh baik.
“Annyeong,” kata Faith sambil tersenyum. Hyunsun hanya menunduk. Aku menatapnya lekat-lekat. Ia begitu wangi, sepertinya ia baru saja membersihkan diri di ruang ganti. Aku makin menyukainya.
“Annyeong,” balasku sambil tersenyum manis. Hyunsun terus terdiam, seperti es. Aku terus memandanginya dengan tatapan yang sangat menginginkannya. Ia menatapku lekat-lekat seperti menyimpan sesuatu. Ah, yeoja manis ini memang sangat misterius.
“Jangan lupa ya, besok kita akan mulai latihan drama-nya,” kata Faith. Aku mengangguk. Hyunsun mengangguk kecil.
Lama kami tenggelam dalam diam *kecuali Aiden dan Faith tentunya* akhirnya Hyunsun memutuskan untuk kembali ke kelas. Aku mengikutinya. Tampak ia pergi ke lorong tempat lokernya ditaruh. Ia membuka lokernya, dan di pintu loker tampaklah seorang namja yang wajahnya amat sangat familiar bagiku. Ne, Spencer Lee! Tampak sangat jelas di foto itu kalau Spencer sedang tersenyum lebar memperlihatkan gusinya sambil merangkul Hyunsun dengan senyum manis di bibir merahnya. Tampaknya Hyunsun sadar kalau aku terus memperhatikannya. Ia segera menutup pintu lokernya. Aku menghampirinya.
“Apa maumu?” tanyanya dengan nada sangat dingin. Aku menelan ludah. Aku nggak tahu ia marah atau tidak tapi yang jelas ia sepertinya keberatan kalau aku sempat memata-matainya.
“Ani, kau jangan emosi dulu,” kataku menenangkannya. “Aku hanya ingin dekat denganmu dan berkawan denganmu,” kataku lagi.
“Aku nggak emosi dan aku pikir, lebih baik kau pergi saja. Banyak yeoja yang bersikap manis padamu daripada aku,” katanya pelan. Aku melihat matanya sedikit berkaca-kaca. Aku mendorongnya sampai tubuhnya menempel ke lokernya sedangkan aku merapatkan tubuhku padanya.
>>>
~Nathan POV end~
~Hyunsun POV~
“Aku nggak emosi dan aku pikir, lebih baik kau pergi saja. Banyak yeoja yang bersikap manis padamu daripada aku,” kataku pelan. Aku merasakan mataku sedikit berkaca-kaca. Ia mendorongku sampai tubuhku menempel ke lokerku sedangkan ia merapatkan tubuhnya padaku.
“Hei! Apa yang kau lakukan?” kataku kaget. Aku tak menyangka ia akan melakukan ini padaku. Mungkin ia sudah terlalu emosi dengan sikapku.
“Apa yang kulakukan??? Tentu saja aku mendorongmu,” katanya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca juga.
“A-apa maumu?” tanyaku gemetaran. Ia hanya bisa tersenyu pahit. Aku nggak habis pikir, namja imut seperti Nathan bisa juga emosi seperti ini.
“Mauku??? Kau mau tahu??? Mauku adalah menjadi milikmu!!!” katanya sambil merapatkan tubuhnya padaku. Nafasku makin sesak. Ia manatapku tajam, lalu segera melumat bibir merahku. Aku menolak, tapi tak kuasa karena ia langsung menggigit bibir bawahku dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku kehabisan nafas.
“Nathan-a, k-kau… Aishhh,” kataku berusaha berkata-kata. Aku ini yeoja biasa, jadi ya aku juga menikmatinya.
Bibirnya lalu turun ke leherku. Ia segera mencium dan mejilat leherku dengan super ganas *mentang-mentang Super Junior, jadi kata-katanya ditambah SUPER… Reader : woiii minggir!!! *asah golok* Author : ne… ampunnn!!!*. Tangannya mengelus punggungku. Aku secara reflex melepaskannya dan mendorongnya menjauhiku. Aku merapikan bajuku lalu menghampirinya dan segera menamparnya.
“Aish!!! Kau ini berani sekali melakukan itu padaku!!!” kataku dengan emosi yang meningkat. Aku merasakan wajahku panas. Ia menatapku dengan perasaan penuh rasa bersalah.
“Mianhae Hyunsun-sshi, aku nggak sengaja,” katanya pelan. Aku menangis dan segera berlari menjauh dari Nathan. Nathan mengejarku dan menarik tanganku. Aku terpental ke dalam pelukannya, tapi aku langsung menjauhinya.
“Aniyo!!! Kau jahat padaku!!!” kataku sambil berlari menjauhinya. Kali ini ia tak berusaha mengejarku. Ia hanya menatapku dari jauh sambil terus berkata…
“Hyunsunnie-sshi!!! Mianhae!!!”
>>>
“Ya Hyunsun-a! Waeyo?” tanya Faith begitu melihat tampanaku yang kusut. Aku langsung menangis dipelukan yeoja yang tomboy ini.
“Nathan-sshi, ia…,” jawabku sambil menutup wajahku. Faith bingung. Ia membelai rambutku lembut.
“Ceritakan padaku,” katanya. Aku mengangguk. Setelah mengambil satu tarikan nafas panjang, aku menceritakan semuanya pada Faith. Tanpa kusangka Faith malah terdiam dan berusaha menyembunyikan tawanya.
“Hei, waeyo kau tertawa?” tanyaku. Ia menggeleng pelan sambil membelai rambutku. Ia tersenyum tipis.
“Kau ini, sebenarnya Nathan nggak punya maksud apapun padamu. Ia hanya lelah karena ka uterus cuek padanya. Kau tahu, ia itu menyukaimu, ia sangat mencintaimu,” kata faith lagi. Aku tetap diam sebelum bisa berkata lagi.
“Kau tahu, aku juga menyukainya, tapi aku masih punya…”
“Stop it Hyunsun-a!!! Dia sudah meninggal!!! Dia nggak akan kembali padamu!!!” kata Faith memotong kata-kataku dengan nada tinggi. Ia sepertinya kesal kalau aku masih mengharapkan Spencer.
“Kau tahu, aku nggak mau menghancurkan hidup orang lain lagi,” kataku pelan sambil menunduk.
“Waktu yang akan menjawab, kau takkan menyakitinya. Hmmm, baiklah, kalau begitu kau harus ikut latihan besok. Aku nggak mau tahu, pokoknya harus ikut. Kau akan tahu sifat Nathan sebenarnya,” kata Faith memaksa. Aku mengangguk tanpa suara.
>>>
“Ya latihan hari ini, hmmm… Nathan Kim, kau menjadi pangerannya, sang putri-nya Kim Hyunsun. Aku dan Aiden adalah orangtua Hyunsun , Jeremy dan Jenny Park adalah orangtua Nathan. Hmm, kita mulai saja latihannya, sambil menunggu anak-anak kelas sebelas yang lain yang menjadi pengawal,” kata Faith. Aku menatap Nathan. Nathan tampak memandangiku dengan wajah penuh penyesalan.
“Geurayo,” kata Aiden singkat lalu memulai perannya. Ia adalah appa-ku yang tidak mengizinkanku pacaran dengan Nathan karena kerajaanku, Lee Kingdom, sedang bertempur dengan Kim Kingdom. Aku berusaha meraih cintaku dengan jalan kabur bersama Nathan. Jujur, aku merasa aneh saat dekat dengan Nathan. Pikiranku melayang-layang.
“Ya Nathan-a! Kau tak boleh menjalin hubungan lagi dengan Natasha Lee!” kata Jeremy mulai memainkan perannya. Yap, tentu saja namaku diganti disini.
“Appa kejam! Ia kan tak tahu apa-apa tentang perang ini!” kata Nathan. Aku bisa melihat sepertinya ia tak memainkan perannya, melainkan itu semua adalah isi hatinya.
>>>
Akhirnya sudah satu bulan dua minggu kami latihan, dan aku mulai terbiasa dengan Nathan meski aku nggak pernah ngobrol dengannya dan tetap mendapat gelar Ice Girl. Drama ini akan berlangsung sebulan lagi, dan kami memutuskan untuk latihan langsung di panggung.
Aku melihat ada salah satu lampu yang berada tepat di atasku. Sepertinya lampu itu yang akan menyorotku. Saat latihan berlangsung semua baik-baik saja, hingga akhirnya Nathan berlari ke arahku.
“Hyunsun-a!!! Wihomhae!!!” teriak Nathan mendorongku hingga aku terjatuh. Tadinya aku mau marah, tapi semua kata-kataku tertelan kembali. Nathan, ia pingsan sementara tubuhnya tertimpa lampu yang tepat berada di atasku tadi. Ia berdarah. Aku hanya bisa terdiam seperti dipaku.
>>>
~Hyunsun POV end~
~Nathan POV~
“Hyunsun-a!!! Wihomhae!!!” teriakku mendorong Hyunsun hingga ia terjatuh. Aku merasa sebuah benda besar, berat dan sedikit panas menimpa tubuhkuku. Aku sempat menatap Hyunsun.
“Kau tak apa-apa? Mianhae, jeongmal mianhae,” kataku lirih dengan nafas terputus. Entah menapa rasanya sesak dan aku kesulitan bernafas. Kudengar isak tangisnya. Lalu semua gelap.
>>>
“Dimana aku? Tanyaku setelah sadar. Mataku menangkap sosok Faith, Jeremy, Aiden, dan HYUNSUN!!! Aigo, aku melihat mata Hyunsun merah dan bengkak. Pasti ia menangis terus.
“Kau di rumah sakit. Kau saat itu tertimpa lampu panggung. Kata dokter, tulang rusukmu patah dan akhirnya menusuk paru-parumu,” kata Faith. Aku meringis. Benar saja, masker oksigen-ku masih menutup wajahku.
“Berapa lama aku akan tetap disini?” tanyaku.
“Satu bulan,” jawab Aiden. Omo, itu berarti aku nggak bisa ikut drama??? Tak terasa air mata berlinang di mataku.
“Tenanglah, dramanya di undur sampai kau sembuh,” kata Faith yang sepertinya bisa membaca pikiranku.
“Oppa mianhae,” kata Hyunsun tiba-tiba dan langsung mengahambur padaku. Ia menangis di dadaku. Aku meringis karena sedikit sakit tapi kutahan demi ia.
“Gwaenchana, jal jinaepida,” kataku sambil berusaha membelai rambut hitam Hyunsun. Ia terus menangis. Aku melihat wajahnya yang sendu. Aku memberi kode pada Aiden, lalu semua pergi meninggalkan ruanganku.
“Oppa, akhirnya kau sadar juga. Mianhae,” kata Hyunsun lagi.
“Memang sudah berapa lama aku pingsan?” tanyaku tetap membelai rambutnya yang begitu lembut.
“Satu bulan. Hmmpfht, mian oppa, karena aku kau jadi begii,” katanya tetap memelukku. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya. Hatiku terasa perih melihat tangisnya.
++++++++++++++++++++++++++++++TBC++++++++++++++++++++++++++++++
Mian ya chingu, udah post-nya lama, masih pake acara TBC pula… Mohon RCL-nya, gomawo chingu… ^^
Rabu, 18 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar