Title : My Ice Girl
Part : 2
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Kim Hyunsun a.k.a me
~ Nathan Kim a.k.a Kim Ryeowook SuJu
~ Spencer Lee a.k.a Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Aiden Lee a.k.a Lee Donghae SuJu
~ Faith Lee a.k.a CL 2ne1
~ Jeremy Kim a.k.a Kim Jongwoon a.k.a Yesung SuJu
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mian ya, postingnya lama, okelah, langsung ajah ya… Ini dia, cekidot…
Happy reading… ^^
>>>
“Hufht, kendalikan pikiranmu. Hmm, kalau begitu, ceritakanlah dari awal saja, karena kau hanya bilang namjachingu-mu itu meninggal empat bulan yang lalu,” kata Faith. Aku mengambil ponselku dari saku bajuku, lalu menatap sebuah foto yang kujadikan wallpaper ponselku. Aku mengambil nafas berat, dan mulai menceritakannya pada Faith.
--FLASHBACK--
“Yoboseyo? Spencer oppa ya?” tanyaku saat aku menerima panggilan dari namjachingu-ku itu.
“Ne. Bisakah kau sekarang menjemputku di Incheon Airport? Sekarang,” jawabnya. Aku membelalak kaget.
“Mwo??? Oppa ke Seoul? Geuraeyo, tunggu aku ya,” kataku lalu melesat segera ke Incheon Airport. Sesampainya di sana aku bertemu dengan Spencer Lee, sang pujaan hatiku. Aku dan dia telah berpacaran selama setahun lebih tiga bulan. Pertama kali aku bertemu ia, saat ia berkunjung ke Seoul saat liburan musim panas setahun yang lalu. Dan hubungan pertemanan kami berlanjut.
“Jagi!!!” panggilnya saat ia melihatku. Sepertinya ia nggak tahu kalau aku sudah melihatnya duluan.
“Ya oppa! Kau ini kemari nggak bilang-bilang aku,” kataku pura-pura kesal. Ia malah mencubit pipiku. Aku meringis lalu menatapnya. Wow, ia sungguh berbeda. Rambutnya yang agak kecoklatan disisir rapi dan ia hanya mengenakan kaos berwarna kuning bergambar pisang. Aku tak heran kalau ia dipanggil monkey karena ia memang konyol seperti monyet *author kabur*.
“Kan mau bikin surprise buat jagiya-ku yang paling imut ini,” kata Spencer. Aku Cuma nyengir sambil memegang pipiku yang tadi ia cubit. Aku langsung mengajaknya ke mobilku dan mengantarnya sampai ke rumah neneknya yang kebetulan adalah tetanggaku.
“Kau sudah sampai ya?” tanya nenek Lee sambil tersenyum. Spencer mengangguk.
“Nde nek. Aku sudah sampai. Bogoshipo,” kata Spencer memeluk neneknya. Memang ini yang suka dilakukan Spencer, ia sangat menyayangi neneknya.
“Ya Eunhyuk-a, kau masuklah. Hmm, Hyunsun, mampir dulu,” kata nenek Lee. Aku mengangguk dan masuk ke rumahnya yang sejuk itu. Aku memasakan makan siang untuk nenek Lee dan membantunya merapikan dapur hingga sore. Setelah Spencer membereskan kamarnya, ia keluar dan menemui kami berdua.
“Ya nek, aku ingin berjalan-jalan dengan Hyunsun,” kata Spencer lalu duduk di sebelahku. Nenek Lee tersenyum. Aku rasa nenek Lee sudah mengetahui hubunganku dengan Spencer karena kedua orang tuaku dan orang tua Spencer sudah mengetahuinya.
“Ne, tapi jangan pulang terlambat ya, pukul 21.00 kau sudah harus pulang. Kasihan Hyunsun, ia kan seorang yeoja,” kata nenek Lee. Aku tersenyum tersipu.
“Ne. tentu saja aku takkan membawanya pulang terlambat. Aku bisa domarahi calon mertuaku nanti,” canda Spencer membuat pipiku merah.
“Kalian ini memang serasi ya? Hehehe,” kata nenek Lee menggoda kami. Pipiku terasa hangat, mungkin sekarang sudah memerah.
“Ah, biasa saja,” kataku malu-malu. Aku memandang Spencer dan member isyarat untuk pergi sekarang.
“Hmm, aku pergi dulu ya nek,” kata Spencer.
“Ne Eunhyuk-a, jaga Hyunsun-mu itu,” kata nenek Lee lalu aku pulang sebentar untuk mengganti pakaianku. Aku pergi dengan Spencer hanya mengenakan kaos putih dengan rompi merah, celana jeans coklat, dan sepatu kets coklat muda. Aku benar-benar merasa senang.
“Oppa, nenekmu selalu memanggilmu Eunhyuk ya?” tanyaku saat diperjalanan. Karena Eunhyuk tidak mungkin membawa mobil, kami pergi dengan mobilku namun yang menyetir ia.
“Ne. Waeyo? Kalau kau mau kau juga boleh memanggilku Eunhyuk,” jawabnya sambil membelai rambutku. Aku malah asyik memakan kripik kentangku.
“Hmm, Eunhyuk oppa, nama yang bagus,” kataku lalu menyuapinya dengan kripik kentang. Aku tahu ia suka makan cemilan, jadi lebih baik aku menyuapinya daripada aku kehabisan makananku *evil laugh*.
“Ne, jadi kita mau kemana ini?”
“Ke taman saja, nanti malam akan ada festival musim panas di sana,” jawabku. “Ada kompetisi dance juga lho,” lanjutku.
“Jinjja? Kalau begitu ayo kesana,” kata Spencer bersemangat. Ia lalu mengarahkan mobilku ke sebuah taman yang cukup besar. Di taman ini setiap tahunnya pasti mengadakan festival musim panas. Ada banyak makanan tradisional maupun modern di festival ini, ada juga konser-konsernya serta dance competition. Sangat menyenangkan karena aku tahu Spencer sangat suka menari.
“Acaranya dimulai pukul 18.00,” kataku setelah mendaftarkan Spencer ke bagian dance competition. Ia mengangguk.
“Masih ada waktu setengah jam, kau mau berjalan-jalan dulu atau ottoke?” tawar Spencer. Aku berpikir sebentar.
“Baiklah, ayo kita duduk dulu di sebelah sana,” ajakku sambil menunjuk ke sebuah bangku panjang yang terletak di bawah pohon. Di sini kami asyik mengobrol dan mengganti waktu yang hilang. Memang sudah lima bulan ini kami tidak salin bertemu. Alasannya tentu saja jarak yang memisahkan.
“Kapan-kapan kau ke London ya? Aku ingin sekali mengenalkan kau pada teman-temanku,” kata Spencer. Aku mengangguk. Membayangkan betapa indahnya di London bersamanya.
“Ne, memangnya temanmu itu seperti apa?” tanyaku. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto saat ia berada di sekolah bersama teman-temannya. Yap, teman-temannya memang tampan semua. Ada satu orang yeoja di sana. Ia sangat cantik. Lalu ada juga temannya yang berwajah imut.
“Yang yeoja itu siapa” tanyaku sambil menunjuk yeoja di dalam foto itu.
“Yang itu namanya Faith. Ia pintar nge-rap sepertiku. Ia ketua cheerleaders. Orangnya tegas. Kau pasti akan menyukainya,” jelas Spencer.
“Kalau yang ini?” tanyaku menunjuk seorang namja berwajah imut-imut itu. Kuakui ia lebih imut daripada Spencer.
“Namanya Nathan, ia anak dari pemilik hotel yang terkenal di England. Hmmm, ia juga baik, dan punya banyak fans. Kalau yang tampan yang sedang tersenyum itu namanya Aiden. Ia sangat dekat denganku. Kami sudah seperti saudara kandung. Kalau yang terakhir yang punya kepala besar *oppa mian* ini namanya Jeremy. Ia dekat sama aku, tapi lebih dekat lagi dengan Nathan,” jawabnya panjang lebar.
“Hmm, kau dekat dengan Faith?”
“Lumayan, tapi yang jelas, aku inginnya ia dekat denganmu,” katanya lalu melirik arloji hijaunya. “Sudah hampir dimulai kompetisinya,” kata Spencer menarikku lembut. Aku ikut saja.
“Hmm, hwaiting oppa!” seruku dari kejauhan saat Spencer mulai naik ke stage dan memulai aksinya. Aku benar-benar terpana melihatnya. Ia sangat jago nge-dance.ia tampak sangat keren di atas stage. Tanpa sadar aku mulai berteriak menyemangatinya. Aku nggak heran kalau banyak yeoja yang histeris melihatnya.
“Ottoke dengan penampilanku?” tanya Spencer setelah selesai beraksi di atas stage. Aku mengacungkan dua jempolku.
“Sangat keren. Kau benar-benar keren,” kataku. Ia memelukku. Sepertinya banyak yeoja yang melihatnya dan mereka iri padaku. Hahaha, tapi aku yakin Spencer takkan berpaling dariku.
“Ya, sekarang saatnya pengumuman pemenangnya,” kata sang MC. Aku sangat deg-degan. “Juara tiga diraih oleh Park Jungsoo, lalu disusul runner up adalah Jung Yunho, dan inilah saat yang paling kalian tunggu-tunggu. The winner is…,” kata MC itu. Aku merasa makin deg-degan namun lega setelah ia mengucapkan satu nama yang kuharapkan. “Spencer Lee!!! Kami persilahkan bagi tiga orang pemenang ini untuk naik ke stage,” kata MC itu. Lumayan juga, karena Spencer mendapatkan uang sebesar 100.000 won.
“Kau memang hebat,” pujiku. Ia tampak tersenyum dan banyak sekali yeoja yang meliriknya dan sepertinya mau menggodanya. Aku manyun karena ternyata ada seorang yeoja yang berani menggodanya. Spencer lalu menarik tanganku sampai ke dalam mobilku.
“Kau ngambek?” tanya Spencer. Aku menggeleng. “Geojinmal! Kau cemburu ya?” kata Spencer sambil mengemudikan mobilnya.
“Ani,” jawabku ketus. Ia tampak berpikir.
“Kau boleh marah hari ini, tapi tidak dengan besok. Aku yakin kau akan mencair,” katanya. Aku tak peduli. Aku lebih memilih tidur di jok maobilku.
>>>
-Seoul, April 14th 2010-
“Good morning jagiya-ku tercinta,” kata Spencer saat aku membuka mataku. Aku sangat kaget melihat ia duduk di sampingku dan membangunkanku. Aku tersenyum tipis padanya karena aku masih mengantuk.
“Lho, oppa kok bisa di sini? Sejak kapan?” tanyaku sambil mengucek-ngucek mataku. Ia tertawa kecil dan mengacak-acak rambutku yang sudah berantakan itu.
“Sejak dua jam yang lalu aku nemenin kamu tidur di sini. Aku pikir kau bakal bangun jam 06.00, ternyata kau malah bangun pukul 08.00. Kau kalau tidur terlihat lucu, hehehe,” jawab Spencer sambil merangkulku yang jujur saja, masih ingin tidur. Tapi kuurungkan niatku karena ini sudah jam 08.00. hufht, memalukan, bangun siang di depan kekasih sendiri. >///<
“Oh begitu. Mian oppa aku sangat lelah semalam jadi aku tidur sampai jam segini,” kataku malu-malu.
“Baiklah, kalau begitu kau mandi dulu, aku sudah siapkan air untuk kau mandi. Aku mau menyiapkan sarapan untukmu. Kau sendirian di rumah, tadi ahjumma adan ahjussi Kim bilang ada dinas mendadak yang mengharuskan mereka pergi selama seminggu. Mereka berangkat jam 05.00 tadi,” kata Spencer sambil mengecup dahiku. Aku melongo. Pergi???
“Kok nggak bilang aku seh???” tanyaku dengan wajah sedikit kecewa. Namun Spencer malah tertawa kecil dan mengacak-acak rambutku lagi.
“Ya kau tadi masih tidur, jadi mereka tidak pamit padamu,” jawabnya. Yah, rugi juga bangun siang-siangan gini. Udah ditnggal tanpa pamit, ketahuan pacar kalau aku ini sebenarnya sangat malas bangun pagi, dan aku ketinggalan nonton SpongeBob!!! Aduhhh, aku nggak bakal deh bangun siang lagi.
>>>
Setelah aku mandi, aku bisa melihat kalau Eunhyuk oppa alias Spencer sedang menghidangkan sarapan untukku. Ia membuatkanku nasi goreng dan susu coklat kesukaanku. Aku tersenyum.
“Oppa, kau pintar masak juga ya,” kataku sambil memakan nasi gorengku. Ia tersenyum kecil sambil memandangiku dengan aneh dan memakan nasi gorengnya.
“Ani, aku hanya bisa sedikit. Aku diajari Nathan masak,” jelasnya sambil terus memperhatikanku makan. Aku nyengir. Nathan, yap itu temannya yang berwajah imut-imut nan innocent itu.
“Oh begitu. Hei oppa, kau dari tadi memperhatikanku ada apa?” tanyaku. Ia hanya bisa tersenyum tipis. Aku nggak tahu apa maksudnya tapi jujur saja ia sangat berbeda hari ini.
“Kau sangat cantik hari ini, aku nggak mau kehilangan dirimu,” katanya. Hah??? Tumben amat ia bilang begitu padaku.
“Maksud oppa apa? Aku nggak akan pergi,” kataku pelan. Aku memperhatikannya diam-diam. Ia bertingkah lebih diam hari ini. Kejutan ini, memasak untukku, sarapan berdua untukku. Tapi ia tak ramai seperti biasanya.
“Ya, kau akan tahu jawabannya nanti,” katanya lalu segera menghabiskan nasi gorengnya. Aku sudah selesai makan dan hendak mencuci piring, namun ia menahanku dan merebut piringku. Ia yang mencuci piring untukku.
“Jagi, aku mau mengajakmu jalan-jalan kau mau tidak?” tanyanya penuh harap. Aku mengangguk mantap. Setelah itu ia mengajakku pergi ke sebuah taman dan ia mengajakku duduk di sebuah batuan yang cukup besar. Aku mulai mengobrol dengannya sambil memperhatikannya. Ia mengenakan kaos hitam dan itu membuat wajahnya semakin terlihat pucat.
“Kau sakit oppa?” tanyaku. Ia menggeleng dan memegang tanganku. Tatapannya benar-benar serius. Feeling-ku buruk. Entah mengapa, yang jelas perasaanku nggak enak.
“Jika aku tiada kau harus bisa jaga dirimu sendiri ya,” katanya. Aku terdiam. Hah??? Apa maksudnya??? Ia selingkuh? Atau mau putus denganku?
“Kau ingin kita putus?” tanyaku sambil menatap matanya. Ia tesenyum menampakkan gusinya.
“Aniyo. Aku hanya ingin memperingatkanmu,” jawabnya lalu mengajakku pergi ke atas bukit. Di atas bukit aku bisa melihat ada taman bunga berbentuk hati. Lalu dibawahnya ada tulisan saranghae. Aku hampir menangis melihatnya. Begitu indah.
“Bagus oppa,” komentarku.
“Kau menyukainya?”
“Ne, tentu saja. Aku nggak mungkin nggak menyukainya. Gomawo oppa,” kataku lalu meliriknya. Aku kaget. Ia nggak ada. Aku melihat sekitar. Pandanganku menyapi sekelilingku. Namun aku nggak melihat dia sama sekali. “Oppa!!! Oppa!!!” panggilku. Aku mulai panic.
Aku berjalan berhati-hati menuruni bukit itu. Siapa tahu aku bertemu Spencer oppa. Kuhubungi ponselnya tapi nggak aktif. Aku bingung.
“Oppa!!!” teriakku sampai akhirnya aku berjalan mendekati taman bunga berbentuk hati yang kulihat dari atas itu. Lalu di atas sebuah bung aku menemukan pesan singkat dari Spencer oppa.
Mianhae jagi. Aku harus pergi meninggalkanmu. Yeowonhi. Aku janji aku akan memuatmu bahagia jika sudah tiba waktunya. Saranghae.
Darahku berdesir. Pergi? Selamanya? Kemana? Tak sengaja aku melihat seorang penjaga taman sedang sibuk membersihkan pot-pot bunga yang terkena darah. Pikiranku makin kacau.
“Mianhae ahjusshi, apa kau melihat seorang namja berambut coklat berkebangsaan luar Korea melintas di sini? Ia tadi pergi bersamaku kemari,” tanyaku. Ia tampak bingung.
“Jinjja? Ah aegesshi, tak mungkin anda pergi bersamanya. Ia sudah meninggal,” jawab penjaga taman itu. Aku menautkan kedua alisku.
“Jinjja? Ah ahjusshi pasti bercanda,” kataku menahan air mata yang hampir keluar dari kedua mataku.
“Ne aegesshi, saya serius. Namja itu kemarin memang kemari, menyusun taman ini hingga kalau dari atas akan berbentuk hati. Namun sialnya, saat ia hendak turun dari atas bukit itu, ia terjatuh dan mengenai beberapa pot hingga pot-nya terkena darahnya. Ia akhirnya meninggal tadi pagi tepat pukul 05.00,” jelasnya. Merasa disambar geledek, aku langsung berlutut lemas.
“Ne, gomawo informasinya,” kataku mencoba berdiri. Tiba-tiba ponselku berdering. Umma menelponku rupanya. “Yoboseyo?”
“Ya Hyunsun-a! Umma sudah mencoba membangunkanmu dari tadi! Kau di mana? Kau bisa segera ke bandara sekarang?” kata umma begitu aku menerima panggilannya.
“Memang ada apa?” tanyaku pelan.
“Spencer-a sudah meninggal sejak pagi tadi pukul 05.00 makanya umma dan appa pergi sejak pukul 05.00. Segera kemari, umma sudah mengemasi bajumu, kita akan ke London karena jenazah Spencer akan dibawa ke London,” kata umma lalu memutus sambungan teleponnya. Jadi ini maksudnya ia bilang ia tak ingin kehilanganku? Tanpa terasa air mata terus mengalir di pipiku dan aku hampir pingsan.
“OPPA!!!!!!!!!! KAU JAHAT MENINGGALKANKU SENDIRIAN DI SINI!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku frustasi.
>>>
-London, April 15th 2010-
Akhirnya sampai juga aku dan kedua orangtua-ku di London. Ternyata umma dan appa memang sudah mengemasi bajuku. Jujur aku tak bisa menahan rair mataku sepanjang di pesawat. Janjinya, senyumnya, candanya, tingkahnya, tawanya. Masih terngiang di otakku. Aku masih belum percaya kalau ia meninggal.
“Ayolah Hyunsun, percepat sedikit jalanmu,” kata umma. Aku mempercapat langkahku. Setelah menemukan hotel yang cocok untuk menginap selama seminggu, kami segera menuju makam Spencer.
“Yang sabar ya,” kata appa pada tuan Lee. Nenek Lee terlihat sangat terpukul. Aku mendekati nenek Lee.
“Nenek, mianhae,” kataku sambil menangis. Ia memelukku.
“Gwaenchana, ini bukan salahmu. Ia hanya ingin membuatmu tersenyum dan ingin memberimu surprise agar kau tak ngambek lagi padanya. Jadi ini bukan salahmu,” kata nenek Lee. Aku mempererat pelukkanku pada nenek Lee.
“Spencer oppa,” kataku terisak. Nenek Lee membelai rambutku. Setelah semua pergi, aku masih menyendiri di makam Spencer. Aku mengelus-elus nisan Spencer. “Oppa, kau tahu, aku kini di London, tempat tinggalmu,” kataku sambil terisak. “Kau tahu, kau dulu berjanji mengajakku ke sini,” kataku lagi.
“Kau tahu oppa, aku sangat sedih. Kau sudah meninggalkanku,” kataku lagi sambil menutup wajahku. “Kau tahu oppa, aku sangat sayang padamu. Aku sangat mencintaimu oppa. Tapi kenapa kau malah meninggalkanku,” kataku lagi. Aku memeluk diriku sendiri. Hujan turun dengan derasnya. Aku tak peduli.
“Oppa kau jahat!!! Tapi gomawo atas semuanya oppa. Saranghae,” kataku sambil menatap langit yang menurunkan hujan dengan derasnya.
“Oppa, aku ingin menyusulmu,” kataku lagi sampai ada seseorang yang menepuk pundakku.
“Sudahlah nak, ayo pulang, sudah hujan,” kata nyonya Lee lalu memelukku. “Yang tabah nak,” kata nyonya Lee.
“Seharusnya aku yang bilang itu pada ahjumma,” kataku terus menitikkan air mata. “Mianhae ahjumma, karena aku ia pergi,” kataku lagi. Sepertinya air mataku lebih deras daripada hujan yang turun membasahi aku dan nyonya Lee. Nyonya Lee memeluk tubuhku.
“Aku sudah menganggapmu anakku sendiri. Sudahlah, ini bukan kesalahanmu. Ini murni kecelakaan,” kata nyonya Lee menarikku pulang. Sejak saat itu, aku jadi menutup diri pada semua orang. Aku tak mau jadi penghancur hidup orang. Sudah cukup Spencer yang kuhancurkan.
>>>
--FLASHBACK END--
+++++++++++++++++++++++++++++++TBC+++++++++++++++++++++++++++++
Mian yah kalau gejhe gitu, jangan lupa RCL yah… Mungkin ada yang nggak aku tag, maian lagi ya.. Gomapta... ^^
Rabu, 18 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar