Rabu, 18 Mei 2011

FF/Chapter/Chapter 2/Angel and Demons in Me

Diposting oleh thata eunsun di 17.13
Title : Angel and Demons in Me
Part : 2
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
- Lee Sangwoo a.k.a Siti Syifazalia
- Lee Donghae SuJu
- Park Jungsoo a.k.a Leeteuk SuJu
- Jessica Jung SNSD
- Choi Siwon SuJu
- Taeyon SNSD
- Sooyoung SNSD
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Yeah, comeback again with me, hehehe… Okelah, ini terusan dari FF sebelumnya, mian kalo cerita yang kemaren pada nggak suka. Aku masih belum tau mau bikin berapa part nih, tapi mungkin cuma part tiga. Okelah tanpa banyak alasan lagi buat mudik *?* dan karena saya sudah di cariin Lupus ma Lulu *?*, ini dia langsung aja… PRIKITIEW…

:) :) :)

Setelah pembicaraan semalam dengan Sooyoung, aku jadi berpikir lagi atau tepatnya menyesali, wae Donghae nggak bisa jadi Siwon? Ah, molla, biarkan saja hal itu terjadi. Jujur, aku bingung dengan perasaanku sendiri. Apa aku benar-benar serius ya dengan kata-kataku semalam? Kalau aku menyukai Siwon? Kurasa jawabannya ANIYO!!!



Pagi ini aku berangkat ke kantor diantar Donghae. Sepanjang perjalanan dengan motornya aku bisa merasakan ketulusan hatinya. Menjemputku, mengantarku, mengajak jalan-jalan. Aku melingkarkan tanganku ke pinggang Donghae. Pagi ini aku menyesal membandingkan Donghae dengan Siwon.

“Sudah sampai cantik,” kata Donghae membuyarkan lamunanku. Ia menyentuh pundakku lembut. Aku tersenyum. Tiba-tiba mataku menangkap sosok Siwon dan Jessica. Mereka tampak mesra sekali. Satunya cantik *jujur, author sebenernya nggak mau ngakuin* dan satunya perfect. Uh, bikin ngiri!

“Ah, ne jagi. Gomawoyo,” kataku. Ia merangkulku. Parfumnya biasa saja, tak semewah parfum Siwon.

“Kau melihat apa sih?” tanya Donghae heran. Aku menatap Donghae dan menggeleng. Donghae melihat arah tatapanku. “Namja itu siapa? Bos baru-mu?” tanya Donghae. Tak tersirat sedikitpun kecemburuan apalagi kemarahan dari bibir Donghae.

“Ani. Dia tunangan Jessica,” jawabku. Donghae mengangguk.

“Arra. Hmm, aku berangkat bekerja dulu ya,” kata Donghae mengecup pipiku lalu pergi. Aku menatap punggung Donghae. Sepertinya Donghae tak tahu kalau aku tertarik pada Siwon. Semoga ia benar-benar nggak tahu.

:)

“Sangwoo-sshi, ottoke? Sudah kau buat schedule-nya?” tanya Jessica begitu memasuki ruanganku.

“Ne madame,” jawabku takut-takut.

“Aku kemari untuk mengatakan padamu kalau besok aku pergi ke Australia selama seminggu. Sebagai gantinya, Siwon akan menjadi bosmu selama seminggu ini. Dengar, jangan permalukan aku! Bekerjalah dengan benar!” kata Jessica tegas dan menekankan kata permalukan dan bekerja dengan benar. Aku menciut.

“N-ne madame. Aku akan bekerja dengan benar,” kataku menyanggupi. Dalam hati aku senang juga ditinggal Jessica yang cerewet itu. Namun hatiku tak dapat diam di tempat mendengar Siwon jadi bosku.

“Baiklah, kalau begitu cepat periksa kostum pemotretan di bagian kostum, setelah itu laporkan keadaannya padaku. Letakkan di mejaku,” kata Jessica meninggalkan ruanganku. “Oh iya, kapan waktunya Taeyon dan Leeteuk pemotretan?” tanya Jessica sebelum meninggalkan ruanganku meski badannya sudah berbalik menghadap pintu.

“Errr, Taeyon hari ini besok sedang Leeteuk hari Kamis. Katanya hari Selasa ia ada pemotretan di Eve magazine,” kataku menjelaskan. Jessica mengangguk.

“Arraso. Eve magazine? Oh Tuhan aku baru sadar kalau Siwon kemarin mengontrak Leeteuk juga,” kata Jessica. Aku hanya diam. “Baiklah tolong pesankan ke café biasa, aku mau makan kimbab dan minum strawberry juice. Jangan lupa pudding strawberry vla vanilla. Aku sedang ingin strawberry dan antarkan ke ruanganku pada jam makan siang,” kata Jessica sebelum benar-benar meninggalkan ruanganku. Aku menghela nafas panjang. Jessica memang akan pergi, namun monster yang lebih membahayakan nyawaku. Monster itu, Siwon.

:)

Jessica tampak uring-uringan sendiri karena laporanku. Ia benar-benar kecewa karena kualitas pakaian yang ia pesan untuk pemotretan jauh berbeda ketika ia hunting pakaian itu.

“Aishhh! Ottoke ini!? Pakaian macam apa ini? Aku kan sudah bilang, pesan yang putih dengan hiasan warna silver, bukan hijau yang seperti ini!” kata Jessica memarahi bagian kostum. Memang gaun pesta itu terlihat norak dengan warna hijaunya. Tentu saja Jessica marah.

“Mianhamnida madam, aku pikir yang hijau ini lebih bagus daaripada yang silver,” kata salah satu pekerjanya. Jessica makin marah. Kau mau mati ya membantah Jessica, batinku.

“Kau ini babo atau ottoke??? Kau berani membantah ya!? Huh sudahlah tukarkan gaun yang ini dengan yang warna silver! Selain itu sepatu ini, kembalikan saja, tukar dengan yang merah! Sudah terlihat jelas yang putih ini terlalu sederhana,” kata Jessica mulai lunak. Nggak mau mati di tangan Jessica mereka semua pergi.

“Sabar madame,” kataku hati-hati.

“Sudahlah, aku tahu kau memang penulis, namun hasil dandanmu pada Taeyon kemarin bagus. Mulai sekarang, kau adalah perias Taeyon dan Leeteuk. Mereka adalah model terbaikku. Masalah gaji, aku akan menaiknya lima puluh persen,” kata Jessica lalu pergi karena Siwon sudah menanti Jessica di luar. Ake menurut. Menolak sama saja mati.

“Hmmm, Sangwoo-a, aku memakai baju yang mana?” tanya Taeyon pelan. Aku menghampirinya dan mencari baju yang bagus untuknya.

“Ini bajunya,” kataku sambil menyerahkan baju untuknya. Atasan putih tanpa lengan bergambar teddy bear kecil-kecil, celana jeans coklat, dan high heels putih. Rambutnya yang berwarna pirang membuatnya makin cantik, makanya ku-ikalkan rambutnya. Sebagai pemanis aku pasangkan kalung berwarna senada yang menjuntai sampai dada. Aku pun mendandaninya tak terlalu tebal. Natural saja.

“Hmm, Sangwoo-sshi, Jessica mau kemana?” tanya Taeyon sambil membenahi poninya. Aku yang melihat benar-benar iri pada kecantikannya *lagi, author nggak mengakuinya*.

“Ke Australia,” jawabku singkat lalu menyuruhnya ke studio untuk difoto.

“Kau menyukai Siwon tidak?” tanya Taeyon tiba-tiba. Aku nyaris tersedak permen yang sedang kukulum *Sangwoo bukan Lupus, jadi yang dikulum permen sugus, bukan permen karet*.

“Hee??? Kok tahu-tahu kamu tanya gitu?” jawabku kaget. Ia tertawa.

“Aneh jika kau tak tertarik padanya. Aku heran, wae Siwon mau sama Jessikat gigi ya?” kata Taeyon polos meembuatku hampir ngakak karena ia bilang Jessikat gigi.

“Molla. Hufht, ia beruntung,” kataku.

“Bukankah kau juga punya kekasih? Ia sangat tampan,” kata Taeyon sambil menyentuh bahuku.

“Kau tahu darimana?”

“Tentu saja aku tahu, aku melihat kau dicium dia tadi pagi,” kata Taeyon. Jadi Taeyon tadi pagi melihatku bersama Donghae.

“Oh begitu,” gumamku nyaris tak terdengar.

“Kau ada masalah? Ceritakanlah padaku, tenang saja aku bukanlah mulut ember,” kata Taeyon. Aku tahu Taeyon ini anak baru yang sangat lugu dan aku percaya omongannya.

“Hmmm, datanglah ke apartemenku saja,” kataku sambil menyerahkan alamat apartemenku. Sedetik kemudian ia membelalak.

“Hei kita satu apartemen! Ottoke aku bisa tak mengenalmu ya? Hehehe,” kata Taeyon tertawa. Aku kaget namun ikut tertawa.

“Baiklah, aku akan mengenalkanmu pada temanku nanti. Kutunggu kau di apartemenku pukul 19.00. Sekarang bersiaplah ke studio,” kataku senang. Ia juga tampak sama denganku.

:)

“Jagi, kau sudah berapa lama di sini?” tanyaku begitu melihat Donghae. Ia tersenyum manis dan tanpa basa-basi langsung mencium bibirku.

“Hmm, baru tiga puluh menit yang lalu. Ayo naik, sepertinya kau sudah sangat lelah,” kata Donghae menyuruhku naik ke motornya. Lagi-lagi saat aku mau pulang mataku menangkap Siwon naik mobil bersama Jessica. Namun untuk saat ini sepertinya Jessica tidur dan mataku tanpa sengaja saling bertatapan dengan mata Siwon. Ia tersenyum padaku. Begitu manis. Tanpa terasa aku juga tersenyum padanya. Namun dengan segera aku memalingkan wajahku.

“Donghae oppa, ayo segera pulang,” kataku membeuat kening Donghae berkerut. Mungkin ia berpikir tak biasanya aku begini.

“Kau tak ingin jalan-jalan dulu kemana gitu?” tanya Donghae dengan wajah berharap. Aku tertawa kecil sambil mencubit pipinya.

“Maksudku ayo kita segera jalan. Kau ingin kita menginap di sini?” tanyaku. Ia mengangguk mengerti dan kami meninggalkan kantorr Flame magazine. Aku melirik Siwon. Jessica terbangun dan aku rasa Siwon langsung mencurahkan seluruh perhatiannya pada Jessica.

“Jagi kau mau pesan apa?” tanya Donghae begitu kami sampai di sebuah café. Ia menggenggam tanganku. Aku merasakan tangannya hangat.

“Hmmm, cappuccino saja,” jawabku. Ia lallu memesan satu cappuccino untukku dan satu vanilla latte untuknya.

“Akhir-akhir ini kau berubah,” kata Donghae tiba-tiba. Wajahnya tampak serius. Aku terdiam. Entah mengapa jantungku berdetak dengan keras sekali.

“Berubah? Ottoke?” tanyaku bingung. Aku tak berani menatap wajahnya. Aku pura-pura sibuk mengaduk cappuccino-ku.

“Hmmm, sulit untuk menjelaskannya, namun akhir-akhir ini kau sering melamun. Terlebih setelah kedatangan tunangan bosmu itu,” kata Donghae. Kalau saat ini aku berada di dunia kartun, mungkin mataku sudah berada di lantai karena terlepas dari posisinya.

“Mwo? Aku merasa semua biasa saja. Sama seperti biasanya,” elakku. Tiba-tiba Donghae menatapku tajam. Aku jadi salah tingkah sendiri.

“Kau suka namja itu ya? Kau selingkuh dariku ya?” tanya Donghae. Secara reflex aku langsung menggeleng.

“Waeyo dengan dirimu??? Kau tak percaya lagi padaku?” tanyaku penuh selidik. “Atau jangan-jangan kau malah…”

“Cukup, aku tak mau membahas masalah ini lagi,” kata Donghae tegas. Tersirat sedikit kemarahan dari wajah Donghae. Aku diam. Aku tak menyangka reaksinya akan jadi begini. Kami tenggelam dalam diam selama beberapa menit.

:)

“Sangwoo-sshi!!!” seru Taeyon begitu aku membuka pintu apartemenku. Ia langsung memelukku. Aku nyengir dan memperslahkannya masuk.

“Ne, kau menepati janjimu,” kataku lalu menyuruhnya duduk di kursi tamu. “Kenalkan ini Sooyoung,” kataku memperkenalkan Sooyoung. Sooyoung memperhatikan yeoja itu sebelum…

“Taeyon-sshi!!! Lama nggak ketemu rupanya kau tetangga kami,” kata Sooyoung. Aku bengong. Taeyon tertawa dan memeluk Sooyoung.

“Ne Sangwoo-a, hmm, aku panggil kau Sangwoo-a nggak pa-pa kan? Sooyoung itu dulu bekerja bersamaku di Vogue magazine, dan aku juga dikeluarkan karena bos di sana tak memperhitungkan keahlian yang kumiliki, ia hanya melihat pekerjanya dari tampang saja. Ah aku malas jika harus begitu,” kata Taeyon. Aku mengangguk.

“Gwaenchana, lagipula kau tak perlu memanggilku sshi. Kita sudah dekat. Hmmm, arraso,” kataku. Sooyoung lalu beranjak ke dapur dan kembali dengan tiga botol besar bird.

“Kau dapatkan bird itu darimana?” tanyaku heran. Ia tersenyum sok mikir. Aku melempar bantal ke wajah Sooyoung. Ia tertawa.

“Tentu saja aku membeli di bar, memang kau pikir aku ini mencuri ya?” jawab Sooyoung. Aku tak sabar ingin meminum bird itu.

“Ottoke kau dengan namjachingu-mu itu, siapa namanya?” tanya Taeyon tiba-tiba. Aku hampir saja memuntahkan bird-ku lagi dari mulutku.

“Donghae. Lee Donghae. Waeyo?” jawab Sooyoung cepat. Aku mengangguk. “Kau kenal?”

“Ani. Hanya saja melihat tadi pagi. Kau tampak mesra dengan Donghae-mu itu,” goda Taeyon. Aku hanya tersenyum.

“Aku sedang bermasalah dengannya. Aku pikir ia tahu kalau aku tetarik pada Siwon. Molla, maksudku yah, sejak kapan ia tahu, molla,” kataku. Sooyoung memutar kedua bola matanya. Taeyon tertawa.

“Aku pikir kau memang pantas mendapatkan tunangan Jessica itu,” kata Taeyon mulai mengacaukan pikiranku.

“Ne! Aku setuju padamu!” kata Sooyoung. Aku diam berpikir. Sebenarnya memang benar, aku sudah tiga tahun bekerja di Flame magazine, dan aku pikir kenapa tidak aku mendapatkan namja seperti Siwon.

“Namun satu hal, kau bisa mati jika mendekati Siwon secara langsung!” kata Taeyon sambil mencoba menakutiku dengan mencekikku. Aku malah kegelian.

“Aku sudah tahu soal itu. Jessica itu bukan orang yang mudah dilawan,” kataku sambil menyesap bird-ku. Sumpah, aku ingin meminum anggur merah untuk malam ini. Tapi tak apalah, ini juga enak.

“Ya, memang benar. Lagipula bukankah besok Jessica akan pergi ke Australia selama seminggu dan Siwon yang akan menggantikannya selama seminggu? Kau manfaatkan saja!” kata Taeyon. Sooyoung yang sedang meneguk bird-nya hampir tersedak.

“Mwo??? Jeongmal??? Ya Sangwoo-a! Kau harus bisa mencuri hati Siwon dalam waktu seminggu!” kata Sooyoung mulai memanasiku.

“Hei kau gila apa?? Ottoke kalau Leeteuk dan Donghae tahu?” kataku. Yap, Leeteuk adalah teman dekat Donghae. Saat aku mencari model untuk pemotretan minggu lalu, aku sempat menawari Donghae, namun Donghae tak bisa karena hari itu ia ada jadwal mengajari les dan ia pun menyuruh Leeteuk menggantikannya. Aku beruntung karena Leeteuk jarang ke kantor dan kami bertemu sebatas perias dengan modelnya.

“Ne, itu perkara gampang. Putuskan saja,” kata Taeyon enteng disambut anggukan setuju dari Sooyoung. Aku bergidik. Kehilangan Donghae??? Itu sama saja aku membuang emas ke laut. Mereka tak tahu apa, aku sangat mencintai Donghae, meski kuakui aku juga menyukai pria lain?

“Mwo??? Hei, kalian sudah gila ya???” kataku sambil menuangkan bird lagi ke gelasku. Aku meminumnya hingga tandas dan menuangkannya lagi.

“Ne, wae aniyo???” kata Sooyoung. “Kau berhak atas masa depanmu. Jika kau hanya mengandalkan guru les gitar, kau akan dapat apa? Hidup di Seoul hanya dengan cinta, kau bisa mati kelaparan,” kata Sooyoung lagi menekankan Seoul, cinta, dan mati kelaparan. Kuakui, hidup di ibukota itu sulit dan hanya dengan cinta mungkin kau takkan bertahan karena yang kau butuhkan itu uang.

“Ne, kau benar,” kataku. “Hmm, tapi aku nggak yakin kalau Siwon juga tertarik padaku,” kataku lagi. Sooyoung tertawa. Kali ini wajah memerah karena mabuk.

“Kau bilang apa? Tak tertarik padamu??? Kau lupa dia pernah memanggilmu sweety?” tanya Sooyoung menunjuk-nunjuk hidungku seakan-akan ia sedang mengajari anak TK membaca.

“Ne, tapi buka berarti ia tak tertarik padaku kan? Siapa tahu ia hanya berusaha membuatku GR,” kataku lagi dengan wajah memerah juga karena mabuk.

“Oh ya??? Lihat saja nanti, ia pasti akan bertekuk lutut padamu. Aku yakin itu,” kata Taeyon yang sepertinya lebih kuat minum dari kami. Wajahnya masih sama, belum memerah.

“Ne, lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya,” kataku pasrah. Mereka tertawa dan minum lagi, sampai kami benar-benar mabuk dan tidur.

:)

Kantor pagi ini sangat gaduh. Tentu saja karena Siwon. Jessica sudah berangkat ke Australia kemarin dan hari ini Siwon menggantikannya.

“Sangwoo-sshi, bisakah kau membantuku dalam seminggu ini?” tanya Siwon memasuki ruanganku. Ia tampak heran. Tentu saja, itu karena aku tak pernah menaruh barang pribadiku dalam ruanganku. Paling banter, aku hanya menaruh novel dan komikku.

“Ne, tentu saja sir,” kataku sambil membungkukan tubuhku. Ia tersenyum. Hari ini ia mengenakan kemeja putih dengan jas hitam dan dasi merah plus celana hitam. Hanya dengan penampilan seperti itu ia tampak sangat tampan dan cool.

“Kau tampak cantik hari ini,” puji Siwon. Hari ini aku mengenakan blazer merah dan rok ketat merah 10cm di atas lutut. Tak lupa aku memakai kaos pink u can see dan high heels warna senada. Rambutku kugelung dengan poni miring dan beberapa helai rambut yang tak ikut tergelung menjuntai di wajahku.

“Kamsahamnida sir,” kataku masih menjaga kesopanan. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.

“Panggil aku oppa, setua itukah aku hingga dipanggil sir?” kata Siwon membuat mataku membelalak. Hah??? Oppa???

“Mwo? Oppa? Kau kan bosku,” kataku pelan lalu menatap wajah tampannya. Ia mendekatiku lalu mengambil kacamataku. Sebelum aku menghindar, ia mencium bibirku.

“Aniyo, untuk sekarang dan saat ini,” kata Siwon lembut meremas jari-jariku. Hah??? Bosku sendiri menciumku??? Kalau Jessica tahu, aku bisa mati di tangannya!

“T-tapi oppa… Ak-aku…”

“Manfaatkanlah, aku tahu kau sudah punya namja itu. Selama Jessica tak ada di sini, aku ingin kau yang menggantikannya,” katanya tanpa rasa berdosa lalu mulai menciumku lagi. Sebelum ia melakukannya lagi aku menahannya.

“Oppa ini kantor! Dan kau tahu disini ada kamera CCTV,” kataku panik. Nyawaku bisa melayang kalau Jessica melihatnya. Aigoooo, babonya diriku!

“Tenanglah, aku sudah mematikan kameranya,” kata Siwon lalu menciumku lagi. Tangannya memegang punggungku sedangkan tanganku mencoba cari golok untuk memenggal kepalanya. Hahaha, tentu saja tidak. Aku malah membiarkannya terus menciumku selama limabelas menit meski setelah itu aku teringat Donghae lagi. Aigoooooo, oppa, mianhae…

+++++++++++++++++++++++++++++++TBC++++++++++++++++++++++++++

Mian kalo ceritanya gejhe gitu dan agak dewasa, cz yang aku baca itu chicklit dan komik yang kebetulan ada *sensor*. Hehehe. Wogkeiiiih, RCL dan gomawo ya bagi yang sudah Read, hehehe… ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Note of Complicated Girl Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei