Rabu, 18 Mei 2011

ff/1S/Thinking of You

Diposting oleh thata eunsun di 16.55
Title    : Thinking of You
Part    : 1/end
Genre    : Romance, Angst
Author    : Me
Cast    :
~ Hana Hosokoawa a.k.a Kim Hyunsun a.k.a me
~ Kim Ryeowook SuJu

>>>

Request-nya sementara dipending dulu gapapa yah??? Saya lagi pengen bkin yang angst tapi saya nggak mau bikin angst story buat FF request, takutnya pada kecewa ntar n aku juga nggak enak bikin angst story buat request-an orang, hehehehe~.

Oh iya, ide ini milikku, tapi aku dapet inspirasi dari Katy Perry dengan lagunya yang berjudul sama kayak judul FF ini. Don’t copy this FF tanpa seijin saya. Yasuda langsung saja, cekidot…

>>>
Aku terbangun dari tidurku dan mengulet sebentar. Kudapati diriku tertidur dengan pulas dan sendirian. Aku tersenyum pahit. Aku mulai meraba-raba bantal yang ada di sampingku dan bangkit dari kasurku. Biasanya akan ada yang memberikanku kecupan selamat pagi di bibirku.

Aku membuka jendela kamarku. Udara segar dengan aroma coklat langsung masuk ke hidungku. Aku kembali tersenyum pahit. Saat aku membuka jendela seperti ini, biasanya ada yang memelukku dari belakang dan mencium tengkukku lalu mengajakku melihat pemandangan indah ini dari dalam kamar ini.

Tanpa terasa air mataku mengalir dari mataku yang bulat. Semua kenangan indah itu rasanya terlalu menyiksaku. Terlalu berat bagiku untuk mengingatnya lagi. Aku duduk di kursi meja riasku dan menatap cermin yang memantulkan diriku dengan seksama. Kalung manis berbentuk hati yang unik itu masih terpasang di leherku. Kalung pemberiaannya, hadiah ulang tahun pernikahanku dengannya yang kedua, sebelum ia pergi jauh, meninggalkanku selamanya. Yeobo, jeongmal bogoshippo…

>>>

-FLASHBACK- 

“Kau mahasiswi baru yang dari Jepang itu ya?” tanya seorang namja padaku yang sedang membaca buku di sudut kantin. Aku tersenyum pada namja super imut itu dan mengangguk.

“Ne, aku mahasiswi baru di sini. Kau pasti mahasiswa lama ya?” jawabku tetap berusaha ramah. Tak mudah bagiku untuk bersikap ramah pada orang lain, apalagi yang baru kenal.

“Ne. Oh iya, kenalkan, naneun Kim Ryeowook imnida. Panggil saja aku Wookie,” katanya sambil menyodorkan tangannya. Aku membalasnya sambil tersenyum. Ia juga tersenyum ramah. Namja ini benar-benar menggoda iman.

“Naneun Hana Hosokoawa imnida. Panggil saja Hana,” kataku sambil mengisyaratkannya duduk di sampingku. “Duduklah.”

“Hana ya? Dalam Bahasa Jepang, itu artinya bunga kan?” katanya setelah duduk di sampingk. Aku mengangguk membenarkan.

“Ne, kau tahu juga ya? Kalau dalam Bahasa Korea hana itu satu kan?”

“Ne. Hmm, bunga, kau memang cantik seperti bunga,” pujinya membuat pipiku bersemu merah.

“Jeongmal? Kekekeke, kau bisa saja, kamsahamnida atas pujiannya,” kataku akhirnya. Ia tertawa kecil lalu memperhatikan sekelilingnya.

“Kau tahu, pemandangan di Universitas Inha ini sangat bagus loh,” katanya sambil menunjuk sudut kampus yang memang indah. “Aku sangat suka melihat pemandangan di sini. Oh iya, ottoke dengan Jepang?”

“Sama saja dengan Korea, semua indah,” kataku singkat karena aku masih terpana dengan wajah tampannya. “Kalau aku boleh tahu, apa kau sudah lama kuliah di sini?”

“Ne, aku sudah semester 6, itupun mau naik semester. Jadi satu tahun lagi aku lulus. Setelah aku lulus nanti aku akan bekerja selama enam tahun, lalu ikut wamil,” terangnya panjang lebar.

“Wamil? Apa itu?” tanyaku. Aku masih belum tahu istilah wamil karena memang di negaraku nggak ada hal seperti itu.

“Wajib militer. Yah semacam tentara gitu, pokoknya militer-lah. Namja Korea wajib ikut militer ini, batas usianya 30 tahun, itu sudah harus ikut wamil. Wamilnya dua tahun, jadi nanti aku keluar dari wamil usiaku 32 tahun,” katanya. “Arraseo?”

“Ne arra. Hmmm, kau suka coklat ya?” tanyaku saat hidungku menghirup aroma coklat dari parfumnya. Ia nyengir.

“Ne. Aku sangat suka coklat. Kau juga suka coklat? Semua orang pasti suka coklat,” katanya sambil mengeluarkan sebatang coklat dari tasnya lalu ia sodorkan padaku.

“Ne, sangat suka malah. Hmm, kamsahamnida,” kataku sambil memakan coklatku.

“Hmm, ucapkan saja gomawo, tak usah seformal itu, kita sekarang teman kan?”

“Hmmm, ne, kita teman,” kataku malu-malu lalu mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya yang panjang itu.

“Kau cantik, Hana,” katanya sambil mengelus pipiku yang terkena coklat. Aku jadi malu sendiri karena coklatnya belepotan di pipiku.

>>>

Perkenalan setahun yang lalu itu nggak hanya sampai di situ. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya kami pun berpacaran. Hubungan kami ini sudah bertahan 10 bulan lamanya. Aku sangat bahagia menjadi yeojachingu-nya.

“Jagi, kau mau kan hari ini menemaniku pergi ke toko music?” tanyanya sambil bergelayut manja di bahuku. Aku mengangguk sambil mencium aroma parfumnya. Aroma coklat yang segar.

“Tapi nanti ajak aku ke kedai eskrim ya?”

“Ok kapten! Kekekeke~”

Dan begitulah, mungkin kami berdua terlihat seperti anak kecil, tapi ia benar-benar namja yang sangat dewasa, dan aku suka akan hal itu. Ia juga sangat penyayang dan lucu. Masalah jail, sangat! Tapi semua itu membuatku makin jatuh cinta padanya.

“Ottoke? Mashitta?” tanyanya saat aku dengan lahapnya memakan waffle chocolate ice cream favorite-ku.

“Jeongmal mashitta! Gomawo oppa,” kataku. Ia tertawa sambil membelai lembut kepalaku lalu membersihkan sudut bibirku yang belepotan eskrim dengan jempolnya. Aku jadi malu sendiri… >///<

“Kau ini, anak kecil,” katanya sambil tertawa. Aku cemberut mendengar ejekannya. Ia malah tertawa dan mencum pipiku. Ya ampun, wajahku makin merah!

“Ya Wookie-a! jangan begitu! Malu tahu!”

“Kekekeke~, tapi suka kan, nae Hana?”

“Ne…,” jawabku malu-malu. Ni orang selalu saja begitu!

>>>

Sudah hampir dua tahun aku dan Wookie membina rumah tangga. Tapi mungkin semua ini adalah takdir Tuhan, sampai saat ini kami berdua belum dikaruniai anak. Padahal aku sangat menginginkan seorang anak.

“Oppa, apa kau tak ingin punya anak?” tanyaku suatu hari saat kami sedang bersantai di ruang tengah. Ia tersenyum dan membelaiku.

“Tentu saja oppa ingin. Tapi jika Tuhan belum memberi, ya apa boleh buat. Kita harus sabar,” katanya. “Hana pasti sudah pengen punya anak,” katanya lagi.

“Ne,” kataku pelan. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja ia mengangkat tubuhku dan membawaku ke kamar. Dan yah, terjadilah sesuatu di kamar yang hanya boleh diketahui kami berdua saja, hehehehe.

>>>

-Seoul, June 11th 2008-

Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanku dengan Wookie yang ke-2. Aku memang tidak memasak makan malam karena Wookie mengajakku makan di luar. Akhirnya setelah aku mengobrak-abrik seluruh pakaianku yang ada di lemari, aku temukan juga gaun yang bagus. Aku memakai dress warna merah yang glamour, high heels warna merah yang bling-bling tapi nggak mencolok, dan tas kecil warna senada.    Betapa kagetnya aku saat aku melihat Wookie oppa memakai tuxedo hitam dengan warna putih di bagian kerah kirinya. Ia terlihat sangat tampan dan aku hampir tak mengenalinya. Tanpa buang waktu lagi, ia langsung mengajakku ke sebuah restoran Jepang yang terbuka di alam.

“Hana senang? Hana terlihat cantik sekali hari ini,” katanya sambil mencium punggung tanganku. Aku tersenyum manis.

“Ne oppa. Hana saaaaaangat senang hari ini. Gomawo oppa, ternyata oppa masih ingat dengan tanggal ini,” kataku sambil menegak teh hijau-ku.

“Hana-a, mianhae kalau selama ini aku nggak bisa jadi suami yang baik untukmu. Aku hanya bisa berikan ini untukmu,” katanya sambil membuka sebuah kotak sedang berisi kalung hati yang unik. Aku sangat kaget akan hadiahnya hingga air mataku menetes.

“Oppa, gomawo. Kau sudah lebih dari suami yang baik oppa,” kataku. Ia memelukku dan mengalungkan kalung itu di leherku. “Aku akan selalu menjaga kalung ini.”

“Kekekeke, aku percaya itu. Oh iya, kau mash ingat tentang wamil itu kan?” tanyanya. Aku mengangguk. Tentu saja, ottoke aku bisa lupa? Itu kan kewajiban semua namja Korea. Dan aku tahu apa yang akan dikatakan Wookie oppa. “Tanggal 15 aku akan berangkat wamil. Doakan aku berhasil ya,” katanya sambil menggenggam tanganku. Aku mengangguk dan memeluknya.

“Tapi oppa belum 30 tahun. Oppa masih 27.”

“Kan oppa pernah bilang, 30 itu batasannya yeobo.”

“Ne, geurae. Oppa, sebelum kau pergi, bolehkan aku menciummu?” tanyaku . Ia mengangguk. Dan chu~, aku langsung mencium bibirnya sebentar. Ia terlihat tak rela berpisah dariku, tapi ini memang sebuah kewajiban dan harus dilakukan. Oppa, aku harap kau baik-baik saja.

>>>

Kekejaman Israel membuat Korea Selatan tergerak hatinya untuk mengirim bantuan pada Palestine berupa pasukan perang. Salah satu orang yang dikirim adalah Wookie oppa. Sebenarnya niatnya itu baik tapi aku takut terjadi sesuatu padanya.

“Oppa, apa kau akan berangkat hari ini?” tanyaku saat ia hendak berangkat ke Palestine. Ia mengangguk dan mengecup keningku lama.

“Ne. Doakan aku berhasil ya yeobo… Oppa sayang Hana, saranghae,” katanya sambil tersenyum.

“Oppa, berjanjilah padaku kau akan pulang dengan selamat,” kataku sambil menggenggam tangannya dengan erat. Ia mengangguk.

“Oppa janji oppa baik-baik saja. Kau harus hati-hati juga ya. Kalau kau sehat, kau pasti bisa punya si kecil, hehehehe. Kalau oppa pulang nanti oppa pengen denger suara bayi nangis,” katanya sambil membelai kepalaku.

“Ne oppa, chosimhae,” kataku dan ia pergi dari Korea.

>>>

-Gaza and Seoul, July 17th 2009-

Hari ini tanggal 17 Juli adalah hari ketiga perang Korea Selatan dengan Israel. Omona, aku bisa melihat sosok Wookie oppa di sana, meski itu adalah rekaman hari pertama.Ia nyaris saja terkena tembak. Aku menutup wajah dan mematikan TV. Jantungku berdegup kencang dan keringat dingin mengalir di tengkukku. Telingaku rasanya sakit. Mataku berkunang-kunang. Lalu semua gelap.

Begitu aku tersadar, kulihat sosok umma duduk di sampingku sambil menangis. Lalu aku juga melihat Nynonya Kim ada di sampingku dalam keadaan menangis. Dan yang jjelas ini bukan di rumahku!

“Umma, ada apa?” tanyaku bingung. Nyonya Kim langsung memelukku. “Umma ada apa?”

“Hana-a, ikhlaskan ya, Wookie sudah dipanggil Yang Kuasa,” jawab Nyonya Kim membuatku hampir mati berdiri. Oppa? Wookie oppa?

“Jeongmal? Geotjinmal!” teriakku frustasi dan langsung kabur keluar kamar. Tapi apa yang dikatakan umma maupun mertuaku bukanlah sebuah kebohongan. Aku melihat sebuah peti mati di ruang tengah yang terbuka dan sosok jenazah itu adalah Wookie!

“Hana, kau harus bisa terima kenyataan,” kata Tuan Kim sambil mengelus rambutku. Aku menutup wajahku. Setelah aku siap aku mulai mendekati Wookie yang terbujur kaku namun tersenyum.

“Oppa, kau pergi secepat itu, meninggalkanku sendirian. Mana janji oppa?” kataku pelan. “Oppa, tapi aku sungguh bangga padamu. Kau membela mereka, dan semoga pembelaanmu ini bisa membawamu ke surga,” kataku menyentuh pipinya yang dingin. Aku hanya bisa menangis saat itu juga.

“Oppa, kalung pernikahan kita, akan aku simpan selamanya. Jika aku rindu padamu, aku pasti akan melihat kalung itu lagi. Saranghae,” kataku dan tangisanku benar-benar tak bisa dibendung lagi. Aku terduduk lemas di samping petinya.

>>>

-FLASHBACK END-

Mataku basah kalau aku mengingat kejadian itu. Kuputuskan untuk melihat kalender dan hari ini tanggal 17 Juli. Itu berarti sudah setahun kepergiannya. Aku langsung bangkit dan mandi lalu memakai pakaian hitam. Aku akan pergi ke makam Wookie oppa.

Sesampainya di makam, ternyata ramai sekali pelayat yang datang. Aku tersenyum tipis. Banyak orang yang masih mengahrgai jasanya itu. Aku mendekat dan mendapati Nyonya Kim juga datang dalam upacara ulang tahun setahun meninggalnya Wookie oppa.

“Umma,” kataku. Nynya Kim menoleh dan langsung merangkulku.

“Ne, umma yakin Wookie pasti mendapatkan tempat yang baik di sana,” katanya seolah mengerti apa yang akan kukatakan. Ia menangis. Aku juga menangis dan menaruh sebuket bunga di makamnya.

“Oppa, aku datang lagi untuk upacara-mu. Kau baik-baik saja? Yeobo, bogoshipo,” kataku sambil berjongkok di makamnya dan mengusap-usap nisannya. “Kau dapat tempat yang bagus bukan? Oh iya, banyak sekali yang datang untuk memperingati setahun kematianmu, itu berarti jasamu dihargai oppa,” kataku lagi dan air mataku mulai menetes lagi.

“Aku harap oppa bahagia di sana. Aku yakin jika sudah saatnya, kita pasti akan bersatu oppa,” kataku lalu berdiri dan meninggalkan makamnya. Oppa, saranghae, bogoshipo…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>THE END<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Ottoke? Mian kalo ceritanya jelek n nggak menyedihkan sama sekal. Jangan lupa RCL ya, gomawo… ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Note of Complicated Girl Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei