Title : Story in Rain
Part : 1/end
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Choi Nayoung a.k.a herself
~ Lee Donghae SuJu
~ Choi Sooyoung SNSD
~ Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Lee Minjung a.k.a Zara Amanda
>>>
Annyeong all, author balik lagi!!!! Kali ini author bikin FF request dari temen yang namanya Choi Nayoung. Nayoung-a, nih udah aku buatin FF jangan ngambek lagi yah, hehehe...
Buat kalian yang mau request FF boleh, tapi ya kalo ceritanya jelek maklum yah, hehehe...
Kalo gitu ini dia langsung sajah, cekidot...
>>>
Hujan yang turun rintik-rintik menemaniku dalam kesendirianku. Sore yang kuharap begitu cerah menjadi sore yang paling kubenci karena hujan. Mataku menatap keluar jendela, dan kudapati seseorang bermain sepak bola di dalam hujan. Aku benci melihat itu.
"Nayoung-a!" panggil namja itu. Aku hanya melempar senyum sementara ia melambaikan tangannya. "Kemarilah!" katanya. Aku menggeleng. ia mendekati jendelaku dan aku membuka jendelanya.
"Andwae, sangat dingin," kataku. Ia memasang tampang ngambek yang aku tahu itu hanya aktingnya. Aku suka melihat namja ini. Namanya
Lee Donghae. Ia seorang namja yang lucu, pengertian, lembut, dan ceria. Ia sudah bersahabat denganku sejak SMA, dan itu berarti aku dan dia sudah 4 tahun bersahabat.
"Aish, nggak akan dingin kok, beneran," katanya. Aku menggeleng. Aku sangat benci hujan. "Hmm, kau takut air ya?"
"Ani, hanya saja aku benci hujan," jawabku tanpa senyum. Ia menghentikan tawanya setelah melihat wajahku yang penh dengan keseriusan.
"Wae? Bukankah hujan itu sangat indah? Saat di mana kalau kau bersama kekasihmu, kau akan merasakan kehangatan hujan," katanya. Aku menggeleng.
"Itu salah. Karena hujan, semua yang kusayang pergi," kataku pelan. Entah mengapa air mataku tumpah begitu saja. Donghae yang sedang main hujan-hujanan terdiam. Aku menyuruhnya masuk ke rumahku.
"Rumahmu nyaman sekali, hmmm... Hufht, jangan menangis," katanya. Aku hanya tersenyum tipis.
"Kau tahu, hujan itu kejam," kataku. Ia menggeleng.
"Kau pasti punya masalah, ceritakanlah," katanya. Aku diam. Masih nggak sanggup untuk cerita. Setelah aku menghembuskan nafas berat, aku mulai menceritaknnya pada Donghae.
>>>
-FLASHBACK-
"Nayoung-a!!! Ireona!!!" sebuah suara membangunkanku yang masih berada di alam mimpi. Dengan malas aku membuka mataku dan mengambil handuk lalu segera mandi. Aduhhh, rasanya sangat ngantuk!
Setelah mandi dan bersiap ke sekolah, aku segera turun dan menyantap sarapanku. Di hadapanku sudah ada Sooyoung, onnie-ku yang cerewet tapi sangat perhatian padaku.
"Ottoke? Masitta?" tanya onnie. Aku mengangguk. Masakannya memang selalu enak. Dan aku sangat suka masakannya.
"Masitta," jawabku sambil menyantap sarapanku dengan lahap.
"Ya, hati-hati, nanti keselek loh. Oh iya onnie nggak bisa ngantar kamu sekolah pagi ini. Gwaenchana?" katanya sambil bersiap. Sooyoung onnie adalah seorang foto model dan aku rasa pagi ini akan ada pemotretan yang sangat melelahkan.
"Ne, gwaenchana. Onnie kerja saja, aku kan bisa berangkat bareng Eunhyuk. Oh iya chosimhae, dan jangan lupa bawa payung," pesanku yang juga tak kalah cerewet dari Sooyoung onnie.
"Ne, arraso. Kan hari ini akan turun hujan deras," katanya sambil membelai lembut kepalaku. Setelah mencium puncak kepalaku ia langsung pergi begitu saja. Molla, tapi feeling-ku berkata akan terjadi sesuatu yang buruk. Tapi aku tepis semua itu dan aku langsung menelepon Eunhyuk untuk mengantarku sekolah. Ne, Lee hyukjae alias Eunhyuk adalah namja-ku. Ia sama-sama sekolah di HwahSoh JHS.
Tak lama kemudian Eunhyuk datang. Seperti biasa, ia selalu datang dengan wajah ceria dan senyum lebar khasnya yang menampilkan gusinya itu. Ini sebabnya aku sangat menyayangi dan mencintainya, ia seorang ketua club dance sekaligus kapten sepak bola di sekolah yang berhati lembut dan lucu. Terkadang aku yang hendak memarahinya jadi nggak tega setelah melihat wajahnya yang konyol itu. Malah, kadang-kadang aku jadi tertawa sendiri.
"Annyeong my princess. Kau sudah siap? Kajja, waktu kita nggak banyak," kata Eunhyuk dan aku mengangguk sambil tersenyum.
"Ne! Aku siap kapten!" kataku sambil hormat padanya. Ia tertawa, mengacak-acak rambutku, dan akhirnya membawa pergi ke sekolah.
>>>
"Jagi, hari ini aku ada pertandingan sepak bola, kau nonton ya," kata Eunhyuk begitu kami sampai di sekolah. Aku mengangguk.
"Pasti!!! Kau hari ini sehat kan? Hmm, yang semangat ya, kalau tidak, aku akan marah besar!" ancamku pura-pura galak. Ia tertawa dan merangkulku.
"Ani jagi, aku pasti semangat! Kau kan nonton nanti, jadi aku harus semangat!" katanya sambil tertawa lebar. Aku mengangguk dan kami berjalan sampai ke kelas.
Waktu terasa begitu cepat mengiringi feeling-ku yang makin lama makin buruk. Aku terus menatap Eunhyuk yang duduk di sebelahku. Ia hanya tersenyum dan mengisyaratkan agar aku konsentrasi pada pelajaran.
Saat istirahat, aku berada di lapangan untuk melihat Eunhyuk latihan untuk pertandingan nanti. Tampak jelas para yeoja memanggil-manggil nama Eunhyuk dan Kibum, duo pemain di tim yang memang sangat tampan.
"Ya Nayoung-a! Wae kau tak menyemangati Eunhyuk?" tanya Minjung, sahabatku. Ia sendiri adalah kekasih Kibum dan dengan semangatnya ia terus meneriaki Kibum. Sedangkan aku yang merasa tak pantas diam aja, akhirnya ikut heboh juga. Setelah latihan selesai, Minjung langsung menyodorkan minuman pada Kibum dan Eunhyuk langsung duduk di sampingku.
"Aish, oppa keren sekali," kataku sambil mengelap keringatnya. Ia tersenyum. Lalu meraih kepalaku dan mengecup dahiku.
"Jagi, pokoknya kau harus nonton. Karena kalau kau nonton, aku pasti akan semangat!" katanya sambil mengacungkan tangannya seperti anak kecil.
"Ne. Aku pasti nonton kok," kataku sambil menggenggam tangannya. "Oppa, berjanjilah kau akan baik-baik saja," kataku tiba-tiba. Ia mengernyitkan keningnya.
"Ne, aku pasti akan baik-baik saja," katanya tenang. Namun dapat kurasakan, wajahnya berbeda dari yang biasanya. Ia lebih tenang hari ini, dan wajahnya agak pucat.
>>>
Sore yang kunanti tiba. Aku nonton bersama Minjung. Dan perasaanku makin nggak enak. Apalagi saat aku menghubungi Sooyoung onnie. Ponselnya nggak aktif.
"Waeyo??" tanya Minjung yang melihatku gelisah. Aku hanya tersenyum padanya. Aku rasa ia nggak punya feeling buruk.
"Ani. Kalaupun aku ceritakan, kau pasti nggak akan ngerti," kataku disambut jitakannya. Aku meringis.
"Kau ini! Ceritakan saja, gwaenchana," katanya. Aku lalu menceritakan semuanya padanya. Ia hanya tersenyum kecut. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
"Aigooo! Biganaerida!" kataku sambil memakai jaketku.
"Ne, padahal pertandingan baru dimulai 10 menit," kata Minjung setuju. "Tapi, persaanku juga agak nggak enak," kata Minjung.
"Omo, semoga nggak akan terjadi sesuatu yang buruk," kataku hampir menangis. Selama pertandingan memang baik-baik saja, bahkan Eunhyuk dan Kibum masing-masing menyumbang satu goal dan mereka menang.
"Aku menang jagiya!!!!!!!" teriak Eunhyuk sambil memelukku di bangku penonton. Aku memeluknya dan dapat kurasakan ia demam.
"Oppa demam ya?" tanyaku. Ia mengangguk.
"Mianhae, tapi aku baik-baik saja. Tenang saja," katanya sambil terus memelukku. Tiba-tiba saja petir menyambar tiang yang ada di dekat kami. Aku langsung menghindar. Sayangnya saat Eunhyuk hendak menghindar, ia malah terpeleset karena hujan. Kepalanya terbentur tiang dan mengeluarkan darah.
"Arghhhh!!!! OPPPAAAAAAAA!!!!!!" teriakku panic. Aku langsung mendekati tubuh Eunhyuk yang tak berdaya. Sayangnya petir menyambar lagi dan kali ini mengenai tiang yang ada di sampingnya. Dengan sukses, tiang itu menimpa tubuh Eunhyuk. "Opppaaa!!!!!" teriakku sambil menangis. Kibum dan Minjung serta orang yang melihat langsung menolong Eunhyuk.
"Nayoung-a, sabarlah" kata Minjung sambil menyuruhku tenang. Saat ini Eunhyuk sedang dibawa ke rumah sakit dan aku sedang berusaha menghubungi noona-nya. Begitu noona-nya datang aku langsung menelepon Sooyoung onnie. Tapi ponselnya mati. Aku memutuskan pergi ke studio tempat pemotretan Sooyoung onnie. Betapa terkejutnya aku saat aku melihat Sooyoung onnie hanya mengenakan rok mininya dan ada tiga namja yang mabuk. Sooyoung onnie menangis. Dan aku melihat ada banyak luka di tubuhnya terutama di kaki dan pahanya.
"Onnie, gwaenchanayo?" tanyaku terbata. Ia menggeleng dan langsung memelukku dengan wajah ketakutan. Aku langsung memakaikan jaket ke tubuhnya dan membawanya masuk ke taxi. Betapa sialnya kami, sebelum sempat aku menghentikan taxi, Sooyoung onnie tergelincir di jalan raya yang licin karena hujan masih turun dengan lebatnya dan ia sukses ditabrak mobil yang nggak bertanggung jawab.
>>>
Dua orang yang sangat kucintai saat ini terbaring lemah di rumah sakit yang sama. Mataku bengkak karena aku terus menangis. Seandainya saat itu nggak turun hujan... Seandainya nggak pernah hujan di saat kemarin...
"Nayoung-a," sapa Minjung yang langsung memelukku. Ia sepertinya prihatin melihat keadaanku yang hancur ini.
"Minjung-a," kataku pelan. Ia menyodorkan setermos coklat panas padaku. Aku langsung meminumnya.
"Apakah anda keluarga dari dua pasien yang ada?" tanya dokter ketika ia keluar dari ruangan. Aku mengangguk pelan. "Mianhamnida, kami sudah berusaha, tapi Tuhan yang berkehendak. Mereka berdua sudah dipanggil Yang Kuasa," kata dokter membuatku tercekik. Seketika hujan langsung turun dari mataku yang sipit. Penglihatanku kabur. Aku langsung menagis di pelukan Minjung. Hujan, kaulah yang telah mengambil mereka. Dan sejak saat itu, aku sangat benci jika hujan turun.
>>>
-FLASHBACK END-
Aku mengakhiri ceritaku dengan air mata yang tumpah. Donghae terdiam. Sepertinya ia bingung mau berkata apalagi.
"Nayoung-a, sudahlah, uljima," pinta Donghae sambil memelukku. Mungkin kejadian itu memang sudah terjadi lima tahun yang lalu, namun tetap saja rasa sakitnya masih ada sampai sekarang. Donghae lalu mengajakku keluar rumah dan menyuruhku duduk di sampingnya.
"Kau mau apa?"
"Nayoung-a, mungkin hujan itu telah membuatmu menangis," kata donghae sambil menatapku dalam-dalam. "Mungkin hujan juga yang telah mengambil semua keceriaanmu," lanjutnya. Aku terdiam. Menatap lantai. Menunduk membisu. Tak mengerti harus berkata apa.
"Ne, kau sangat benar. Hujan sudah mengambil semuanya dariku," kataku sambil menunduk. Donghae langsung menarik wajahku. Kini wajah kami sudah saling bertatapan.
"Lihat mataku. Lihatlah," kata Donghae sambil menatap mataku. Aku tak berani, tapi ia memaksa. Akhirnya kulihat juga matanya. Terang, bersinar, dan lembut. Aku hampir menangis lagi, tapi segera kutahan. "Jika kau ingin meangis, menangislah. Aku siap jadi sapu tangan yang bisa menghapus air matamu," katanya lalu menelungkupkan tangannya ke pipiku. Aku menatapnya dalam-dalam. "Saranghae," katanya.
"Na do," balasku. Ia memelukku. Aku menangis di dalam pelukannya yang hangat. Mungkin memang inilah yang kucari, mencari malaikat untuk menjagaku setelah Eunhyuk dan Sooyoung onnie pergi.
"Sekarang lihatlah hujan yang turun ini," kata Donghae. Aku menurut, Hujan yang turun selalu mengingatkanku pada mereka. Mengingatkanku pada mereka.
"Selalu membuatku sakit oppa," kataku pelan.
"Arraso," katanya sambil tetap memelukku. "Tapi kadang mereka juga membawa kebahagiaan loh."
"Jeongmal?"
"Ne!"
"Kok bisa???" tanyaku sambil berusaha menghindari melihat hujan. Aish, rasanya susah sekali menghindari melihat hujan.
"Lihat itu," kata Donghae sambil menarikku. Aish, ternyata ada pelangi yang sangat indah di langit sana! "Bagus kan?"
"Ne, sangat bagus oppa," kataku pelan.
"Jadi, kalau kau itu dapat masalah, pasti itu jalanmu untuk mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan," katanya lalu segera mngecup pipiku.
"Oppa kau ini!" kataku sambil mengejarnya. Aku tak peduli lagi, segera kukejar ia dan kutangkap ia. Kami tertawa di antara hujan yang turun dengan derasnya.
>>>
"Jagi, hujannya deras sekali ya," kata Donghae saat ia hendak latihan sepak bola. Ya, aku dan Donghae memang sudah setahun setengah berpacaran dengannya.
"Ne, kau masih mau ngotot main hujan-hujanan?" tanyaku galak. Ia mengangguk dan mengambil tasku lalu melarikan diri ke tengah lapangan yang basah terguyur hujan.
"Oppa kembalikaaaannnnn!!!" kataku sambil mengejarnya di antara hujan yang turun dengan derasnya. Ia malah menjulurkan lidahnya dan lari lagi.
"Andwae... Weeeeekkk," katanya sambil mengacungkan tasku dan lari lagi. Duhhh, dia memang menyebalkan! Tapi, justru itu yang selama ini membuatku makin cinta padanya.
"Yappp, kena kauuuuu!!!!" kataku saat berhasil menangkapnya. Ku tak peduli dengan bajuku yang basah. Ia tertawa, tapi diam sedetik kemudian.
"Saranghae yeowonhi," bisiknya lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Begitu wajah kami sudah dekat berjarak 3 cm...
"Hatchuuu!!!!!" aku bersin di hadapannya. Aku memejamkan mataku dan ketika membukanya, kulihat wajah tampan Donghae. Ia memejamkan matanya dan membukanya sedetik kemudian.
"Kau punya sapu tangan atau tisu?" tanyanya sambil tersenyum. Aku langsung mengeluarkan sapu tangan dari tasku dan mengelap wajahnya.
"Mianhae oppa," kataku pelan. Ia tertawa.
"Gwaenchana, my rain princess," katanya. Ya, hujan. Hujan kini bukan sesuatu yang buruk lagi bagku, tapi hujan, adalah sesuatu yang membuatku menemukan kebahagiaanku, pangeranku, Lee Donghae. Aku berharap, hujan kali ini adalah jalan untukku menjalani hidup bersamanya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>THE END>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Nah ottoke? Mianhae kalo jelek ceritanya, jangan lupa RCL yah, don't be silent readers! Coz saran dan kritik dari readers semua bisa membantu saya, hehehe... ^^ buat Nayoung, mianhae, aku lho mau ngtag kamu kok nggak bisa ya?
Part : 1/end
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
~ Choi Nayoung a.k.a herself
~ Lee Donghae SuJu
~ Choi Sooyoung SNSD
~ Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk SuJu
~ Lee Minjung a.k.a Zara Amanda
>>>
Annyeong all, author balik lagi!!!! Kali ini author bikin FF request dari temen yang namanya Choi Nayoung. Nayoung-a, nih udah aku buatin FF jangan ngambek lagi yah, hehehe...
Buat kalian yang mau request FF boleh, tapi ya kalo ceritanya jelek maklum yah, hehehe...
Kalo gitu ini dia langsung sajah, cekidot...
>>>
Hujan yang turun rintik-rintik menemaniku dalam kesendirianku. Sore yang kuharap begitu cerah menjadi sore yang paling kubenci karena hujan. Mataku menatap keluar jendela, dan kudapati seseorang bermain sepak bola di dalam hujan. Aku benci melihat itu.
"Nayoung-a!" panggil namja itu. Aku hanya melempar senyum sementara ia melambaikan tangannya. "Kemarilah!" katanya. Aku menggeleng. ia mendekati jendelaku dan aku membuka jendelanya.
"Andwae, sangat dingin," kataku. Ia memasang tampang ngambek yang aku tahu itu hanya aktingnya. Aku suka melihat namja ini. Namanya
Lee Donghae. Ia seorang namja yang lucu, pengertian, lembut, dan ceria. Ia sudah bersahabat denganku sejak SMA, dan itu berarti aku dan dia sudah 4 tahun bersahabat.
"Aish, nggak akan dingin kok, beneran," katanya. Aku menggeleng. Aku sangat benci hujan. "Hmm, kau takut air ya?"
"Ani, hanya saja aku benci hujan," jawabku tanpa senyum. Ia menghentikan tawanya setelah melihat wajahku yang penh dengan keseriusan.
"Wae? Bukankah hujan itu sangat indah? Saat di mana kalau kau bersama kekasihmu, kau akan merasakan kehangatan hujan," katanya. Aku menggeleng.
"Itu salah. Karena hujan, semua yang kusayang pergi," kataku pelan. Entah mengapa air mataku tumpah begitu saja. Donghae yang sedang main hujan-hujanan terdiam. Aku menyuruhnya masuk ke rumahku.
"Rumahmu nyaman sekali, hmmm... Hufht, jangan menangis," katanya. Aku hanya tersenyum tipis.
"Kau tahu, hujan itu kejam," kataku. Ia menggeleng.
"Kau pasti punya masalah, ceritakanlah," katanya. Aku diam. Masih nggak sanggup untuk cerita. Setelah aku menghembuskan nafas berat, aku mulai menceritaknnya pada Donghae.
>>>
-FLASHBACK-
"Nayoung-a!!! Ireona!!!" sebuah suara membangunkanku yang masih berada di alam mimpi. Dengan malas aku membuka mataku dan mengambil handuk lalu segera mandi. Aduhhh, rasanya sangat ngantuk!
Setelah mandi dan bersiap ke sekolah, aku segera turun dan menyantap sarapanku. Di hadapanku sudah ada Sooyoung, onnie-ku yang cerewet tapi sangat perhatian padaku.
"Ottoke? Masitta?" tanya onnie. Aku mengangguk. Masakannya memang selalu enak. Dan aku sangat suka masakannya.
"Masitta," jawabku sambil menyantap sarapanku dengan lahap.
"Ya, hati-hati, nanti keselek loh. Oh iya onnie nggak bisa ngantar kamu sekolah pagi ini. Gwaenchana?" katanya sambil bersiap. Sooyoung onnie adalah seorang foto model dan aku rasa pagi ini akan ada pemotretan yang sangat melelahkan.
"Ne, gwaenchana. Onnie kerja saja, aku kan bisa berangkat bareng Eunhyuk. Oh iya chosimhae, dan jangan lupa bawa payung," pesanku yang juga tak kalah cerewet dari Sooyoung onnie.
"Ne, arraso. Kan hari ini akan turun hujan deras," katanya sambil membelai lembut kepalaku. Setelah mencium puncak kepalaku ia langsung pergi begitu saja. Molla, tapi feeling-ku berkata akan terjadi sesuatu yang buruk. Tapi aku tepis semua itu dan aku langsung menelepon Eunhyuk untuk mengantarku sekolah. Ne, Lee hyukjae alias Eunhyuk adalah namja-ku. Ia sama-sama sekolah di HwahSoh JHS.
Tak lama kemudian Eunhyuk datang. Seperti biasa, ia selalu datang dengan wajah ceria dan senyum lebar khasnya yang menampilkan gusinya itu. Ini sebabnya aku sangat menyayangi dan mencintainya, ia seorang ketua club dance sekaligus kapten sepak bola di sekolah yang berhati lembut dan lucu. Terkadang aku yang hendak memarahinya jadi nggak tega setelah melihat wajahnya yang konyol itu. Malah, kadang-kadang aku jadi tertawa sendiri.
"Annyeong my princess. Kau sudah siap? Kajja, waktu kita nggak banyak," kata Eunhyuk dan aku mengangguk sambil tersenyum.
"Ne! Aku siap kapten!" kataku sambil hormat padanya. Ia tertawa, mengacak-acak rambutku, dan akhirnya membawa pergi ke sekolah.
>>>
"Jagi, hari ini aku ada pertandingan sepak bola, kau nonton ya," kata Eunhyuk begitu kami sampai di sekolah. Aku mengangguk.
"Pasti!!! Kau hari ini sehat kan? Hmm, yang semangat ya, kalau tidak, aku akan marah besar!" ancamku pura-pura galak. Ia tertawa dan merangkulku.
"Ani jagi, aku pasti semangat! Kau kan nonton nanti, jadi aku harus semangat!" katanya sambil tertawa lebar. Aku mengangguk dan kami berjalan sampai ke kelas.
Waktu terasa begitu cepat mengiringi feeling-ku yang makin lama makin buruk. Aku terus menatap Eunhyuk yang duduk di sebelahku. Ia hanya tersenyum dan mengisyaratkan agar aku konsentrasi pada pelajaran.
Saat istirahat, aku berada di lapangan untuk melihat Eunhyuk latihan untuk pertandingan nanti. Tampak jelas para yeoja memanggil-manggil nama Eunhyuk dan Kibum, duo pemain di tim yang memang sangat tampan.
"Ya Nayoung-a! Wae kau tak menyemangati Eunhyuk?" tanya Minjung, sahabatku. Ia sendiri adalah kekasih Kibum dan dengan semangatnya ia terus meneriaki Kibum. Sedangkan aku yang merasa tak pantas diam aja, akhirnya ikut heboh juga. Setelah latihan selesai, Minjung langsung menyodorkan minuman pada Kibum dan Eunhyuk langsung duduk di sampingku.
"Aish, oppa keren sekali," kataku sambil mengelap keringatnya. Ia tersenyum. Lalu meraih kepalaku dan mengecup dahiku.
"Jagi, pokoknya kau harus nonton. Karena kalau kau nonton, aku pasti akan semangat!" katanya sambil mengacungkan tangannya seperti anak kecil.
"Ne. Aku pasti nonton kok," kataku sambil menggenggam tangannya. "Oppa, berjanjilah kau akan baik-baik saja," kataku tiba-tiba. Ia mengernyitkan keningnya.
"Ne, aku pasti akan baik-baik saja," katanya tenang. Namun dapat kurasakan, wajahnya berbeda dari yang biasanya. Ia lebih tenang hari ini, dan wajahnya agak pucat.
>>>
Sore yang kunanti tiba. Aku nonton bersama Minjung. Dan perasaanku makin nggak enak. Apalagi saat aku menghubungi Sooyoung onnie. Ponselnya nggak aktif.
"Waeyo??" tanya Minjung yang melihatku gelisah. Aku hanya tersenyum padanya. Aku rasa ia nggak punya feeling buruk.
"Ani. Kalaupun aku ceritakan, kau pasti nggak akan ngerti," kataku disambut jitakannya. Aku meringis.
"Kau ini! Ceritakan saja, gwaenchana," katanya. Aku lalu menceritakan semuanya padanya. Ia hanya tersenyum kecut. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
"Aigooo! Biganaerida!" kataku sambil memakai jaketku.
"Ne, padahal pertandingan baru dimulai 10 menit," kata Minjung setuju. "Tapi, persaanku juga agak nggak enak," kata Minjung.
"Omo, semoga nggak akan terjadi sesuatu yang buruk," kataku hampir menangis. Selama pertandingan memang baik-baik saja, bahkan Eunhyuk dan Kibum masing-masing menyumbang satu goal dan mereka menang.
"Aku menang jagiya!!!!!!!" teriak Eunhyuk sambil memelukku di bangku penonton. Aku memeluknya dan dapat kurasakan ia demam.
"Oppa demam ya?" tanyaku. Ia mengangguk.
"Mianhae, tapi aku baik-baik saja. Tenang saja," katanya sambil terus memelukku. Tiba-tiba saja petir menyambar tiang yang ada di dekat kami. Aku langsung menghindar. Sayangnya saat Eunhyuk hendak menghindar, ia malah terpeleset karena hujan. Kepalanya terbentur tiang dan mengeluarkan darah.
"Arghhhh!!!! OPPPAAAAAAAA!!!!!!" teriakku panic. Aku langsung mendekati tubuh Eunhyuk yang tak berdaya. Sayangnya petir menyambar lagi dan kali ini mengenai tiang yang ada di sampingnya. Dengan sukses, tiang itu menimpa tubuh Eunhyuk. "Opppaaa!!!!!" teriakku sambil menangis. Kibum dan Minjung serta orang yang melihat langsung menolong Eunhyuk.
"Nayoung-a, sabarlah" kata Minjung sambil menyuruhku tenang. Saat ini Eunhyuk sedang dibawa ke rumah sakit dan aku sedang berusaha menghubungi noona-nya. Begitu noona-nya datang aku langsung menelepon Sooyoung onnie. Tapi ponselnya mati. Aku memutuskan pergi ke studio tempat pemotretan Sooyoung onnie. Betapa terkejutnya aku saat aku melihat Sooyoung onnie hanya mengenakan rok mininya dan ada tiga namja yang mabuk. Sooyoung onnie menangis. Dan aku melihat ada banyak luka di tubuhnya terutama di kaki dan pahanya.
"Onnie, gwaenchanayo?" tanyaku terbata. Ia menggeleng dan langsung memelukku dengan wajah ketakutan. Aku langsung memakaikan jaket ke tubuhnya dan membawanya masuk ke taxi. Betapa sialnya kami, sebelum sempat aku menghentikan taxi, Sooyoung onnie tergelincir di jalan raya yang licin karena hujan masih turun dengan lebatnya dan ia sukses ditabrak mobil yang nggak bertanggung jawab.
>>>
Dua orang yang sangat kucintai saat ini terbaring lemah di rumah sakit yang sama. Mataku bengkak karena aku terus menangis. Seandainya saat itu nggak turun hujan... Seandainya nggak pernah hujan di saat kemarin...
"Nayoung-a," sapa Minjung yang langsung memelukku. Ia sepertinya prihatin melihat keadaanku yang hancur ini.
"Minjung-a," kataku pelan. Ia menyodorkan setermos coklat panas padaku. Aku langsung meminumnya.
"Apakah anda keluarga dari dua pasien yang ada?" tanya dokter ketika ia keluar dari ruangan. Aku mengangguk pelan. "Mianhamnida, kami sudah berusaha, tapi Tuhan yang berkehendak. Mereka berdua sudah dipanggil Yang Kuasa," kata dokter membuatku tercekik. Seketika hujan langsung turun dari mataku yang sipit. Penglihatanku kabur. Aku langsung menagis di pelukan Minjung. Hujan, kaulah yang telah mengambil mereka. Dan sejak saat itu, aku sangat benci jika hujan turun.
>>>
-FLASHBACK END-
Aku mengakhiri ceritaku dengan air mata yang tumpah. Donghae terdiam. Sepertinya ia bingung mau berkata apalagi.
"Nayoung-a, sudahlah, uljima," pinta Donghae sambil memelukku. Mungkin kejadian itu memang sudah terjadi lima tahun yang lalu, namun tetap saja rasa sakitnya masih ada sampai sekarang. Donghae lalu mengajakku keluar rumah dan menyuruhku duduk di sampingnya.
"Kau mau apa?"
"Nayoung-a, mungkin hujan itu telah membuatmu menangis," kata donghae sambil menatapku dalam-dalam. "Mungkin hujan juga yang telah mengambil semua keceriaanmu," lanjutnya. Aku terdiam. Menatap lantai. Menunduk membisu. Tak mengerti harus berkata apa.
"Ne, kau sangat benar. Hujan sudah mengambil semuanya dariku," kataku sambil menunduk. Donghae langsung menarik wajahku. Kini wajah kami sudah saling bertatapan.
"Lihat mataku. Lihatlah," kata Donghae sambil menatap mataku. Aku tak berani, tapi ia memaksa. Akhirnya kulihat juga matanya. Terang, bersinar, dan lembut. Aku hampir menangis lagi, tapi segera kutahan. "Jika kau ingin meangis, menangislah. Aku siap jadi sapu tangan yang bisa menghapus air matamu," katanya lalu menelungkupkan tangannya ke pipiku. Aku menatapnya dalam-dalam. "Saranghae," katanya.
"Na do," balasku. Ia memelukku. Aku menangis di dalam pelukannya yang hangat. Mungkin memang inilah yang kucari, mencari malaikat untuk menjagaku setelah Eunhyuk dan Sooyoung onnie pergi.
"Sekarang lihatlah hujan yang turun ini," kata Donghae. Aku menurut, Hujan yang turun selalu mengingatkanku pada mereka. Mengingatkanku pada mereka.
"Selalu membuatku sakit oppa," kataku pelan.
"Arraso," katanya sambil tetap memelukku. "Tapi kadang mereka juga membawa kebahagiaan loh."
"Jeongmal?"
"Ne!"
"Kok bisa???" tanyaku sambil berusaha menghindari melihat hujan. Aish, rasanya susah sekali menghindari melihat hujan.
"Lihat itu," kata Donghae sambil menarikku. Aish, ternyata ada pelangi yang sangat indah di langit sana! "Bagus kan?"
"Ne, sangat bagus oppa," kataku pelan.
"Jadi, kalau kau itu dapat masalah, pasti itu jalanmu untuk mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan," katanya lalu segera mngecup pipiku.
"Oppa kau ini!" kataku sambil mengejarnya. Aku tak peduli lagi, segera kukejar ia dan kutangkap ia. Kami tertawa di antara hujan yang turun dengan derasnya.
>>>
"Jagi, hujannya deras sekali ya," kata Donghae saat ia hendak latihan sepak bola. Ya, aku dan Donghae memang sudah setahun setengah berpacaran dengannya.
"Ne, kau masih mau ngotot main hujan-hujanan?" tanyaku galak. Ia mengangguk dan mengambil tasku lalu melarikan diri ke tengah lapangan yang basah terguyur hujan.
"Oppa kembalikaaaannnnn!!!" kataku sambil mengejarnya di antara hujan yang turun dengan derasnya. Ia malah menjulurkan lidahnya dan lari lagi.
"Andwae... Weeeeekkk," katanya sambil mengacungkan tasku dan lari lagi. Duhhh, dia memang menyebalkan! Tapi, justru itu yang selama ini membuatku makin cinta padanya.
"Yappp, kena kauuuuu!!!!" kataku saat berhasil menangkapnya. Ku tak peduli dengan bajuku yang basah. Ia tertawa, tapi diam sedetik kemudian.
"Saranghae yeowonhi," bisiknya lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Begitu wajah kami sudah dekat berjarak 3 cm...
"Hatchuuu!!!!!" aku bersin di hadapannya. Aku memejamkan mataku dan ketika membukanya, kulihat wajah tampan Donghae. Ia memejamkan matanya dan membukanya sedetik kemudian.
"Kau punya sapu tangan atau tisu?" tanyanya sambil tersenyum. Aku langsung mengeluarkan sapu tangan dari tasku dan mengelap wajahnya.
"Mianhae oppa," kataku pelan. Ia tertawa.
"Gwaenchana, my rain princess," katanya. Ya, hujan. Hujan kini bukan sesuatu yang buruk lagi bagku, tapi hujan, adalah sesuatu yang membuatku menemukan kebahagiaanku, pangeranku, Lee Donghae. Aku berharap, hujan kali ini adalah jalan untukku menjalani hidup bersamanya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>THE END>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Nah ottoke? Mianhae kalo jelek ceritanya, jangan lupa RCL yah, don't be silent readers! Coz saran dan kritik dari readers semua bisa membantu saya, hehehe... ^^ buat Nayoung, mianhae, aku lho mau ngtag kamu kok nggak bisa ya?
0 komentar:
Posting Komentar