Selasa, 24 Mei 2011

ff/2S/Part 1/November in Paris

Diposting oleh thata eunsun di 08.57
Title : November in Paris
Part : 1
Genre : Romance
Author : Me
Cast :
- Natasha Kim a.k.a Kim Hyunsun a.k.a me
- Kim Ryeowook SuJu
- Cho Kyuhyun SuJu

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Happy reading chingudeul…
^^

++>

~Natasha POV~

Pagi di musim dingin ini membuatku malas kuliah. Namun karena namjachingu-ku, Kyuhyun, sudah meneleponku dan akan menjemputku jadi mau tak mau aku harus bersiap untuk pergi kuliah. Saat aku menunggu Kyuhyun, tanpa sengaja aku menemukan sebuah buku kecil yang isinya gambar-gambar diriku. Di halaman terakhir ada gambar seorang namja yang sepertinya sangat akrab denganku. Aku terus memandangi gambar namja itu. Di sudut gambar ada tanggal pembuatan gambar itu.



Paris, le 15 Novembre 2008

Mwo? 2008? Apakah aku dulu punya namjachingu selain Kyuhyun ya? Entahlah, aku tak mengerti. Kini rasa sakit mulai kurasakan di kepalaku. Aku memutuskan menunggu namja Korea itu sambil bersandar di sofa.

“Natasha noona,” panggil Kyuhyun. Aku hanya berteriak pelan menyuruh Kyuhyun masuk ke rumahku karena aku masih belum bisa berdiri. Ia lalu masuk dan aku tahu ia sangat kaget. “Jagi? Kau kenapa?” tanya Kyuhyun sambil mencari obatku. Setelah menemukan obatku ia meminumkannya padaku. Setelah merasa baikan aku duduk dan ia menarik kepalaku masuk ke dadanya.

“Jal jinaepida Kyuhyun-a,” kataku. Yap, Kyuhyun setahun lebih muda dariku. Usiaku saat ini 23 tahun, dan ia 22 tahun.

“Hufht, kau pasti teringat sesuatu lagi,” katanya lalu matanya tertumbuk pada subuah buku yang kuletakkan di atas meja tamu.

“Kyuhyun-a, apa kau yang memberiku buku itu?” tanyaku pelan. Aku melihat ia tersenyum setan lalu mengangguk.

“Ne, tentu saja jagi.”

“Merci beau coup,” kataku. Ia lalu membelai rambutku dengan penuh kasih sayang persis seseorang. Hufht, lagi-lagi aku terbayang seseorang.

“Baiklah ayo berangkat,” kata Kyuhyun lalu menarikku. Aku keluar duluan, namun aku bisa melihat Kyuhyun yang ada di dalam aprtemenku memegang buku kecilku itu.

“Shit, aku pasti akan mengalahkanmu dan gadis Perancis itu akan jadi milikku,” gumam Kyuhyun pelan. Aku tak mengerti apa maksudnya Kyuhyun.

++>

---FLASHBACK---

“Tasha!” seru seorang namja yang sedari tadi kucari. Aku tersenyum dan menghampirinya. Ia adalah Ryeowook, seorang mahasiswa L’Etoille University berdarah Korea. Kadang aku memanggilnya Nathan, namun entah mengapa aku lebih suka memanggilnya Wookie.

“Salut Wookie! Kau kemana saja, aku mencarimu sedari tadi,” kataku. Ia tersenyum dan segera mencium pipiku.

“Mianhae medamoiselle-ku yang paling kucinta. Aku tadi ada tambahan kuliah,” kata Ryeowook lalu memelukku dari belakang. Aku berpacaran dengan Ryeowook selama setahun dan selama itu juga, ia banyak mengajariku Bahasa Korea.

“Oui, kali ini kumaafkan,” kataku berpura-pura menjadi seorang ibu yang menghukum anaknya. Ia malah tersenyum dan mempererat pelukannya padaku.

“Kau sudah makan?” tanya Ryeowook lembut di telingaku membuatku geli karena nafasnya. Musim dingin ini membuatku mudah lapar jadi aku rasa Ryeowook harus sering-sering mempertemukanku dengan makanan.

“Belum,” kataku pelan. Tentu saja aku lemas karena sedari pagi aku tak sarapan plus menunggu Ryeowook selama satu jam lebih!

“Baiklah, untuk menebus kesalahanku, aku mengajakmu ke café dekat apartemenku. Kau belum pernah kesana kan?” ajak Ryeowook sambil merangkulku. Aku menurutinya karena aku benar-benar kelaparan.

++>

Aku memakan pizza-ku dengan cepat karena aku kelaparan. Ryeowook yang melihat tingkahku tertawa sambil mengacak-acak rambutku. Bahagianya aku memiliki Ryeowook karena ia namja yang pengertian, lucu, imut, dan berhati lembut. Hanya saja kadang ia sering mengeluarkan wajah innocent-nya kalau aku ngambek padanya. Dan kalau sudah begitu aku pasti akan meleleh dan mencubit pipinya.

“Kau benar-benar kelaparan ya jagi?” tanya Ryeowook. Aku hanya mengangguk malu-malu. Aku melihat arloji. Sudah siang namun udara tetap dingin.

“Hehehe, aku benar-benar lapar oppa. Hmmm,” jawabku beberapa menit setelah pizza dalam mulutku habis. Ia tertawa dan menyuruhku menghabiskan makananku. Setelah selesai dan ia membayar semua menu yang kami pesan, ia mengajakku pergi ke apartemennya. Aku baru sekali ke apartemennya, jadi ini adalah kali kedua aku ke apartemennya. Sedangkan ia sendiri sangat sering main ke apartemenku.

“Hmmm, aku kangen apartemen ini,” kataku membuka jendela unit 1311 ini. Pemandangan indah langsung menyembul begitu aku membuka jendela. Meski aku yeoja Perancis, aku jarang keluar rumah untuk pergi bermain.

“Jadi nggak kangen yang punya nih?” tanya Ryeowook sambil memelukku dari belakang. Aku menyandarkan tubuhku padanya. Aku tertawa.

“Tentu saja aku kangen padamu. Tapi mungkin kau tak kangen padaku ya?” tanyaku sambil melihat pemandangan yang tertutup salju namun tetap indah.

“Kau ini, masih saja suka menggodaku seperti itu,” kata Ryeowook lalu memutar tubuhku. Aku menatap Ryeowook jahil seakan-akan hendak mengerjainya. Tiba-tiba HP-ku bordering.

“Yoboseyo,” kataku setelah menerima panggilan itu.

“Noona, ini aku, Kyuhyun,” kata suara seberang. Aku mengernyit. Kyuhyun? Mau apa lagi dia menelponku?

“Oui monsieur Kyuhyun. Ada apa?” tanyaku. Aku hanya menganggap Kyuhyun sebagai dongsaengku sendiri karena ia sama-sama berasal dari Korea, seperti Ryeowook. Namun ia ternyata menyukaiku, dan sejak saat itu aku berusaha menyuruhnya melupakanku. Sepertinya ia tak mau melupakanku, dan buntutnya ia tidak suka Ryeowook.

“Kau sedang apa? Aku hanya ingin bilang… Je suis amoreux de toi,” kata kyuhyun. Aku menghirup nafas panjang.

“Kyuhyunnie, sampai kapan kau menyukaiku? Aku sudah punya seorang namjachingu,” kataku. Sepertinya Ryeowook tahu kalau Kyuhyun yang menelponku, tapi ia diam saja seakan menyuruhku menyelesaikan masalahku dengan Kyuhyun. Setelah lama aku berdebat dengan Kyuhyun, akupun mematikan HP-ku itu.

“Kyuhyun ya?” tanya Ryeowook sambil mendekatiku.

“Oui. Hmmm, sampai kapan ia mau menyukaiku?” tanyaku pelan. Wajahku tertekuk.

“Kau ga akan berpaling sama Kyuhyun kan?” tanya Ryeowook. Aku mendelik.

“Ya oppa! Kau ini apa-apaan??? Kau tak percaya lagi padaku?” tanyaku agak emosi. Entah kenapa aku jadi suka uring-uringan sendiri.

“Aniyo, tapi aku rasa kau menyukainya,” kata Ryeowook polos. Aku menatapnya dan tamparan pun mendarat di pipinya.

“Apa maksudmu??? Jadi kau tak percaya lagi padaku??? Tega kau!!!” kataku segera meninggalkan apartemen Ryeowook. Ryeowook tak berusaha mengejarku, sepertinya ia membiarkanku menyelesaikan pikiranku yang kacau ini.

++>

-Paris, le 15 Novembre 2008-

Seminggu setelah kejadian itu aku tak pernah bertemu Ryeowook. Ponselnya tak bisa di hubungi. Menurut beberapa sumber, ia pulang ke Seoul. Aku sangat sedih tak bisa bertemu dengannya. Aku memutuskan pergi ke taman dekat L’Etoille University sambil melihat jalanan putih penuh salju. Tiba-tiba seseorang memelukku pinggangku dari belakang. Aku menoleh ke belakang. Ryeowook. Namja itu kembali.

“Kau kangen padaku ya sehingga pergi ke tempat ini?” tanya Ryeowook tersenyum jahil. “Mianhae Tasha-a, saat itu aku menuduhmu menyukai Kyuhyun. Aku saat itu benar-benar jealous,” kata Ryeowook. Aku memutar tubuhku. Aku memeluknya.

“Wookie, jangan pergi lagi,” kataku pelan. Tangan Ryeowook membelaiku lembut.

“Oui medamoiselle, ayo duduk,” kata Ryeowook lalu menarik tanganku agar duduk di sebuah bangku kayu.

“Wookie-a, suka salju?” tanyaku meminum coklat hangat buatan Ryeowook yang ia berikan padaku tadi.

“Ne, tentu saja. Kau juga suka kan?” jawabnya. Aku mengangguk. Ia lalu mengambil sebongkah salju berbentuk segi enam. Ia memberikannya padaku.

“Buat apa?” tanyaku polos.

“Kau tahu, salju itu indah kan? Banyak orang yang suka salju,” kata Ryeowook. Aku mengangguk tanda mengerti. “Sama sepertimu, bagiku kau adalah saljuku. Saljuku yang paling indah, yang takkan meleleh meski musim berubah dan matahari berusaha melelehkanmu menjadi air yang mudah terbawa arus,” kata Ryeowook menggenggam tanganku. Tangannya dingin, begitu juga tanganku. Lalu ia mendekapku.

“Kau ini selalu bisa meredam amarahku dan menggombaliku ya,” kataku sambil tertawa kecil dalam pelukannya. Ia membelaiku sambil tersenyum.

“Itu memang kenyataannya. Kau adalah saljuku yang paling indah,” kata Ryeowook lalu melepaskan pelukannya. Ia memebelai pipiku lalu bibirku. Ia lalu mengecup bibirku membuatku meleleh. Ya emang sih tadi katanya aku nggak bisa leleh karena matahari, aku kan orang bukan es batu. Tapi kalau matahari yang ini, baru bisa bikin aku meleleh.

“Matahari yang bisa melelehkanku adalah kau,” kataku setelah ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Ia tertawa. Aku merasakan bibirnya yang hangat kembali mencium bibirku. Aku tak menolak, tapi aku melihat, sepertinya Kyuhyun melihatku berciuman dengan Ryeowook, makanya ia segera pergi dengan wajah merah padam.

“Tasha,” panggil Ryeowook pelan. Aku menatap wajahnya.

“Ne, ada apa? Kau mau pulang?” godaku. Ia malah manyun dan menggembungkan pipinya. Aku mencubit pipinya.

“Buku ini untukmu,” kata Ryeowook menyodorkan buku kecil berisi gambar-gambar diriku padaku. Gambarnya benar-benar nyata.

“Kau menggambarnya sendiri?” tanyaku. Ia mengangguk. Aku memeluk buku itu. “Oppa, kau bisa kan menggambarku sekarang?”.

“Oui medamoiselle. Sini kugambar di buku itu,” katanya sambil meminta bukuku. Lalu ia mulai menggambar wajahku di buku itu. Setelah selesai, ia menunjukkannya padaku. Gambarnya benar-benar bagus.

“Perfect,” kataku. “Gomawo oppa,” kataku lagi.

“Cheonmaneyo,” jawabnya. Lalu aku ganti menggambar Ryeowook di buku itu. “Kau berbakat menggambar juga ya,” komentar Ryeowook. Ia lalu membubuhkan tanggal di sudut gambarnya yang kugambar di belakang sendiri.

“Paris, le 15 Novembre 2008,” gumamnya.

“Aku takkan melupakan hari ini oppa. Merci beau coup,” kataku memeluk Ryeowook erat. Ia tertawa dan membelai rambut panjang coklatku.

"Oui, de rien medamoiselle."

++>

Setelah puas duduk-duduk melihat pemandangan, Ryeowook mengantarku pulang. Di dalam apartemenku ia menonton TV di ruang tamu. Aku membuatkannya teh hangat.

“Natasha-a, kau beli teh ini dimana?” tanya Ryeowook. Sepertinya ia menyukai teh itu.

“Itu beli di toko sebelah. Teh itu asli dari Indonesia. Kebetulan aku suka teh Indonesia,” jawabku. Ryeowook mengangguk mengerti lalu mengeluarkan PS3 ku.

“Ayo main game,” kata Ryeowook. Aku heran, sejak kapan Ryeowook suka main PS3? Pikiranku melayang pada Kyuhyun. Biasanya yang suka menemaniku main game adalah Kyuhyun. Tapi tu dulu sebelum aku menjadi yeojachingu Ryeowook dan sebelum ia menyukaiku.

Setelah puas bermain game bersamaku, Ryeowook pamit pulang. Tak lupa ia berpesan agar aku berhati-hati. Aku mengangguk. Tak lama bel apartemenku berbunyi. Kupikir Ryeowook kembali karena ada barang yang ketinggalan, ternyata tidak. Rupanya Kyuhyun yang datang ke apartemenku ini.

“Bonsoir Natasha noona,” kata Kyuhyun. Aku membalas dengan senyuman dan menyuruhnya masuk. Sore ini lumayan dingin, jadi ia terus memakai jaketnya.

“Ada apa?” tanyaku sambil menyuguhinya teh Indonesia itu.

“Aku hanya ingin kau menerima cintaku,” kata Kyuhyun dingin. Aku membeku.

“Mianhae Kyuhyunnie, aku masih milik Ryeowook,” kataku pelan. Ia lalu mencengkram lenganku.

“Noona! Aku bisa menggantikan Ryeowook! Aku bisa menjadi Ryeowook!” katanya. Aku berusaha berontak, karena memang aku tak menyukai Kyuhyun.

“Kau ini kasar sekali!” teriakku. Ia lalu melepaskan cengkramannya. Aku merapikan bajuku. “Kau pasti bisa mendapatkan yang lebih dari aku,” kataku pelan. Ia lalu berusaha memelukku, namun aku menjauh.

“Tapi aku hanya mencintaimu,” kata Kyuhyun. Aku menggeleng.

“Aku hanya mencintai Ryeowook,” kataku pelan. Ia tersenyum kecut.

“Baiklah, aku pulang saja. Merci beau coup, noona,” kata Kyuhyun yang terlihat kecewa. Aku kasihan padanya, namun aku tak bisa berpaling dari Ryeowook. Karena matahariku adalah Ryeowook, bukan Kyuhyun.

++>

-Paris, le 17 Novembre 2008-

Malam minggu itu datang. Aku pergi ke berkencan bersama Ryeowook. Tak lupa aku menyiapkan banyak uang hasilku menulis cerita untuk membeli banyak makanan, hehehe.

“Hmmm, kau mau kesana?” tanya Ryeowook menunjuk Eiffel. Aku menggeleng.

“Aku lebih suka di sini saja,” kataku duduk manis di mobil sambil memakan kripik kentangku. Ia juga memakan kripik kentangku.

“Lain waktu, aku ingin mengajakmu ke Seoul,” kata Ryeowook. Mataku berbinar.

“Jinjja? Wow, aku sudah lama ingin ke Seoul,” kataku menatap wajah Ryeowook, terfokus pada mata sipit khas orang Korea. Ini yang aku suka dari Ryeowook, ia sipit, sehingga kalau tertawa seperti memejamkan mata. Dan aku suka menjahilinya saat ia tertawa.

“Matamu benar-benar indah. Hmm, bella ochi,” kata Ryeowook menyentuh bawah mataku.

“Gomawo pujiannya, kau sipit sekali ya, hahaha,” kataku membuat Ryeowook menggembungkan pipinya sambil memakan kripik kentangku *maklum, keduanya lagi kelaperan*.

“Hufht, kau suka sekali menjahili mataku yang sipit ini ya,” katanya menjitak kepalaku pelan. Aku malah tertawa.

“Tapi kau memang sipit,” kataku. “Dan di Paris jarang kutemukan orang sipit berwajah innocent dan kekanakan seperti kau,” kataku membuatnya tertawa.

“Hmm, dan di Seoul sulit mencari gadis nakal nan jahil sepertimu,” kata Ryeowook membuatku pura-pura ngambek.

“Kau ini, mulai deh,” kataku tetap makan kripik kentang yang sudah hampir habis.

“Tapi cinta ma aku kan?” godanya lagi. Aku mengangguk malu-malu. Ia lalu pergi membawaku ke sebuah café kecil dekat Eiffel. Di café itu ia memainkan piano sambil menyanyikan lagu “My All Is In You”. Aku suka lagu itu, dan suara Ryeowook benar-benar membuatku meleleh. Tak hanya aku, tapi semua orang yang ada di café itupun bertepuk tangan untuknya. Aku sangat senang memilikinya. Ia tak hanya pintar menggambar dan membuatku tertawa, namun juga pintar bermain piano dan menyanyi.

“Kau benar-benar menarik,” kataku setelah ia duduk di hadapanku.

“Kau suka itu?” tanyanya sambil memperhatikan mataku berwarna hijau kebiruan.

“Oui. Aku sangat menyukainya. Suaramu bagus,” pujiku. Ia berterima kasih lalu memakan makannya. Aku dan dia sepertinya sama-sama lapar, jadi makannya cepet-cepetan gitu deh… Setelah puas, kami pulang.

“Aku takkan lupakan hari ini,” kata Ryeowook membelai pipiku.

“Aku juga,” kataku pelan. Aku sangat mengantuk. Tiba-tiba ban mobil berdecit dan aku merasakan kalau mobil ungu Ryeowook ditabrak. Aku terbangun dan benar saja, sebuah truk semen menabrak mobil yang kami tumpangi. “Oppa!!!!!’ teriakku sebisanya. Mobil kami masuk jurang. Aku merasakan kepalaku sangat sakit dan darah mengucur deras dari kepalaku. Ryeowook sendiri hampir tak sadarkan diri.

“Tasha,” panggilnya pelan. Aku berusaha menolongnya, sayangnya semua keburu gelap.

++>

“Kau sudah baikan?” tanya seseorang yang tidak kukenali. Ia tersenyum manis padaku.

“Nuguseyo?” tanyaku membuat ia kaget.

“Kau tak ingat aku? Ini aku, Kyuhyun,” katanya. Aku menggeleng.

“Aku tak ingat apapun, aku hanya ingat namaku Natasha Kim,” kataku. Aku linglung. Ia tersenyum setan.

“Aku Kyuhyun, aku kekasihmu,” katanya lalu memelukku. Aku kaget. Perasaanku bahkan mengatakan, namja ini berbohong padaku.

“Tapi, apa benar kau ini namjachingu-ku?” tanyaku linglung. Ia mengangguk meyakinkanku.

“Kau Natasha Kim, kau sangat suka coklat, es krim, permen, dan pizza. Kau suka warna biru dan ungu. Kau lahir tanggal 2 Juni 1987,” kata Kyuhyun. Aku berusaha mengingat sedikit tentang diriku. Ya, aku memang suka permen, coklat, es krim, dan pizza. Aku memeluknya. Tampaknya ia senang bisa mendapatkanku.

++>

---FLASHBACK END---

+++++++++++++++++++++++++++++TBC++++++++++++++++++++++++

Ottoke? Aneh? Mian kalo bahasanya aneh, maklumlah kosakata Prancisku udah lupa semua, hehehehe. Jangan lupa RCL ya *nggak maksa*… Sekian, gomapta… ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Note of Complicated Girl Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei