Title : Love for You
Part : 1/end
Genre : Romance
Author : Adhitta_Eunsun
Cast :
~ Choi Eunsun a.k.a author
~ Kim Jejoon a.k.a Marcia Livia Devana
~ Lee Donghae SuJu
~ Kim Ryewook SuJu
>>>
Minahae kalo author lama ga muncul, maklumlah, tugas author banyak banget, serasa udah kuliah *padahal baru juga SMK, serasa anak kuliah*. Mian yah kalo ff.na telat, cz kmren jaringan internet authorna rusak. Yaudah, author mau ngasih info ga penting ajah, kalo skg author ganti nama jadi Choi Eunsun, bukan Kim Hyunsun lagi cz ada author lain yang namanya sama ma aku, jadi ganti ajah deh, kekekeke~
Kalo gitu langsung ajah yah, happy reading… ^^
>>>
And I will take
You in my arm
And hold you right when you belong
Till the day my life is trought
This I promise you
“Seandainya aja nih ya, kalau kamu udah besar nanti, mau jadi apa?” tanya seorang yeoja kecil berusia 6 tahun sambil memainkan kuncir rambutnya.
“Aku ingin jadi penyanyi!!!” jawab seorang namja berusia 5 tahun dengan senyum cerianya yang mengembang menghiasi pipi tembamnya. Ia memainkan tanaan yang ada di halaman rumah itu lalu memainkan rambut yeojanya. “Noona sendiri?”
“Aku hanya ingin, liat kamu, tersenyum besok, kalau sudah besar. Janji ya, kita akan tetap bersahabat dan tersenyum sampai kapanpun,” jawab yeoja itu sambil menarik tangan namjanya ke kepalanya.
“Ne, yeongweonhi…”
>>>
Aku terkesiap saat aku terbangun dan mendapati diriku ada di kamarku. Ternyata itu hanya mimpi. Tapi, na molla. Semua rasanya terasa begitu nyata, dan aku merasa pernah mengalaminya.
Tanpa banyak bicara aku langsung pergi ke kamar mandi dan segera turun ke ruang makan untuk menyiapkan sarapanku sendiri. Aku memang sudah terbiasa hidup sendiri seperti ini semenjak orangtuaku meninggal karena kecelakaan yang aku bahkan sudah lupa kapan.
“Eunsun-ah!!!” sebuah suara yang sangat kukenali menggema di rumahku dan pemiliknya segera menghampriku.
“Ya Junn-ah! Waeyo?” tanyaku sambil membuat dua buah roti panggang dan dua gelas susu vanilla. Kim Jejoon atau yang sering kupanggil Junn, adalah sahabat karibku sejak aku masuk Chungdam SHS. Ia adalah yeoja tingkat XI-1 yang baik dengan rambut hitamnya yang panjang dan wajah yang cantik serta kulit putih kemerahannya yang merona. Sejujurnya aku iri padanya karena ia juga terkenal sangat pintar.
“Hmm, aku hanya ingin menjemput sahabatku yang satu ini, boleh kan? Kekekeke~,” jawabnya sambil memakan roti panggang buatanku. Aku menganguk pelan.
“Hmm, kau terlihat cantik pagi ini,” pujiku padanya. Ya, aku memang jujur. Ia tampak cantik dalam kemeja putih dengan almameter hitam dan rok pendek kotak-kotaknya. Apalagi rambutnya diurai. Wow, ia semakin menarik. Sangat jauh berbeda denganku yang berkacamata tebal minus empat, rambut pendek sebahu dan hitam, serta kulit yang agak kecoklatan.
“Gomawo, kau juga cantik Sunnie-ya. Hmmm, masitta! Bolehkah aku setiap pagi mampir ke sini untuk sarapan bersamamu??? Masakanmu enak!” balasnya dengan penuh keceriaan dan mencubit pipiku. Aku hanya nyengir.
“Tentu saja, why not? Kalau mau tiap hari juga, gwaenchana. Sekalian aku mau nebeng, hehehehe,” kataku disambut lirikannya.
“Ahh, kau ini mengambil kesempatan dan kesempitan,” katanya melanjutkan makannya. Setelah selesai, kami pergi ke sekolah naik mobil silvernya. Begitu masuk, mataku terpana pada satu foto yang ia taruh di dekat radio tape.
“Ini apa?” tanyaku sambil menunjuk foto itu. Ia nyengir dengan wajahnya yang memerah.
“Itu fotonya pujaan hatiku,” katanya sambil nyengir nggak jelas membuatku merinding.
“Yang mana? Dua-duanya?” tanyaku polos.
“Kekeke, tentu saja tidak. Yang sedang membawa gitar itu, ia pujaanku. Namanya Donghae, Lee Donghae dari kelas XI-3,” jawab Junn. Kuperhatikan Donghae. Ia namja yang tampan dan menarik serta hmm, mungkin bisa dibilang perfect. Sama perfect-nya dengan Junn.
“Kalau yang main piano itu siapa namanya?”
“Itu Ryeowook, Kim Ryeowook dari kelas X-4. Meski ia hokbae, tapi ia ketua club music di sekolah, masa kau tak tahu?” jawab Junn heran. Aku hanya menggeleng.
“Kau kan tahu, aku murid pindahan yang sekelas denganmu,” ujarku sambil nyengir. Aku sendiri adalah wakil ketua club drama, padahal aku kan murid pindahan.
“Oh iya! Aku lupa, mianhae,” katanya sambil tetap konsentrasi menyetir hingga kami sampai di sekolah. “Ya Eun-ah! Kau masuk duluan saja, aku ada urusan dengan anggota club matematika,” suruh Junn lalu meninggalkanku. Aku hanya mengangguk.
Saat aku berjalan, aku merasa kalau aku telah menabrak seseorang. “Aww, uhm, mianhae,” kataku sambil berusaha melihat siapa yang kutabrak. Omona!!! Ini kan namja yang ada di fotonya Junn!
“Gwaenchana,” ujarnya ramah sambil menatapkuu, tepatnya memperhatikanku. “Sepertinya aku pernah mengenalmu. Hmm, ireumi mwoyeyo?”
“Choi Eunsun imnida dari kelas XI-1, kau sendiri?”
“Choi Eunsun??? Ahh, Kim Ryeowook imnida kelas X-4,” jawabnya agak terkejut saat mengetahui namaku. Aku juga memperhatikan tiap lekuk wajah dan tubuhnya, dan sumpah, aku sangat familiar dengan wajah ini.
“Hmm, waeyo?” tanyaku yang masih bingung dengan tingkahnya.
“Hmm, gwaecnhana. Apa kau masih tinggal bersama Shim ahjussi?” tanyanya. Aku mengernyitkan dahi. Aku menggeleng pelan.
“Aniyo, aku sudah tak tinggal bersamanya. Waeyo? Kau kenal dengan Keluarga Shim termasuk Changmin?” tanyaku. Ia mengangguk.
“Aku mengenal Changmin. Dia temanku waktu aku kecil,” katanya. Aku menautkan dua alis tebalku. Teman kecil? Tapi wae aku nggak kenal namja ini? Justru namja ini yang tahu banyak tentang aku.
“Hmm, begitu ya.”
“Oh iya, aku permisi dulu ya, mannasseo bangapseumnida. Kalau kau mau, bolehkah sepulang sekolah nanti aku menemuimu?” tanyanya sebelum benar-benar meninggalkanku. Aku menggangguk setuju. “Ok gomapta.”
Dan ia pergi. Tapi aku merasa aku mengenalnya.
>>>
~Eunsun’s POV end~
~Ryeowook’s POV~
Eunsun-ah, aku tak menyangka aku bakal bertemu dia di sekolah ini. Sejujurnya, aku sangat rindu padanya. Wajahnya yang lucu, hidung mancungnya, bibir mungilnya, dan matanya yang coklat. Aku sangat senang hari ini.
Choi Eunsun, ia temanku semasa kecil, ia adalah kakak sepupunya Shim Changmin. Saat usianya 12 tahun, ia mengalami kecelakaan hebat yang akhirnya merenggut nyawa kedua orangtuanya dan ia sendiri mengalami amnesia. Ia tinggal bersama keluarga Shim dan yang aku tahu sekarang, ia tak tinggal bersama mereka lagi.
Sejujurnya aku ingin ia tahu kalau aku adalah dongsaengnya saat ia masih kecil dulu. Tapi aku rasa, terlalu cepat untuk mengatakannya to the point. Aku harus bisa mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya langsung padanya.
Eunsun-ah, nae yeoja, kau tak berubah sampai sekarang.
>>>
“Hei Wookie-ya! Waeyo?” tanya Donghae yang melihatku sedari tadi senyum-senyum sendiri sambil memegang sebuah foto seperti orang gila. Aku langsung tersadar dari semua lamunanku dan segera memasukkan foto itu ke dalam laci. Terlambat, Donghae keburu mengambil fotoku dan melihatnya.
“Gwaenchanayo hyung,” jawabku agak ketus padanya. Aku langsung mengacak-acak rambutku yang pendek. Ia nyengir.
“Hmm, nuguseyo??? Sepertinya ia cantk,” komentar Donghae. Aku tersenyum tipis mendengar komentarnya.
“Choi Eunsun noona, murid tingkat XI-1” ujarku sambil membayangkan wajahnya yang semakin cantik tadi pagi. Donghae meperhatikanku.
“Hmm, kau suka yeoja itu? Hmmm, dongsaengku mulai jatuh cinta nih,” goda Donghae membuatku ingin membunuh makhluk itu.
“I think, the answer is YA! Hmm, kau mau apa ke kelasku?” tanyaku cuek. Donghae, sahabatku yang mbahkan sudah kuanggap hyung kandungku sendiri. Ia namja tingkat XI-3 yang usil. Tapi aku tak bisa memungkiri kalau aku jauh lebih usil darinya, hahahaha~.
“Waw, kau ini, suka sama yang lebih tua, kekeke. Gwaenchana, mau ke kantin? Kutraktir deh,” ajak Donghae. Aku menggeleng pelan.
“Aniyo hyung, aku sedang malas,” jawabku sambil menaruh kepalaku di meja. Donghae Cuma mendengus.
“Ireon!” kata Donghae langsung menarik tanganku.
>>>
~Ryeowook’s POV end~
~Eunsun’s POV~
Ryeowook, namja yang ada di foto itu. Sumpah, cute banget! Tapi jujur saja, wajahnya sangat familiar bagiku. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku saja.
“Eun-ah, waeyo? Neo gwaenchanayo?” tanya Junn saat melihatku melamun di kelas pada jam istirahat. Aku langsung terkesiap dan menggelengkan kepalaku.
“Gwaenchanayo Junn-ah, gomawo,” kataku berterimakasih karena ia masih mau memperhatikanku. Yeoja ini memang benar-benar dewasa.
“Hmm, kalau begitu khajja, kita ke kantin! Aku lapar,” katanya sambil membenarkan kacamataku lalu menarikku keluar kelas.
“Ya! Pelanlah sedikit,” protesku karena Junn menarikku begitu cepat. Junn hanya menoleh padaku sebentar, lalu nyengir tanpa dosa.
“Hmmm, ne,” jawabnya sambil tetap mempertahankan kecepatannya dan menguranginya sesampai di kantin. Aku hanya mendengus pelan. “Kyaaa, Donghae oppa!!!” pekik Junn saat kami bertemu dengan Donghae dan Ryeowook. Ahh, namja cute itu lagi!
“Ya Junn-ah!” kata Donghae saat melihatku dengan Junn. Mungkin ia mendengar pekikan Junn yang begitu keras.
“Ne oppa. Uhm, sudah lama di sini?” tanya Junn bersikap manis. Tentu saja, masa ia mau seperti cacing kepanasan saat bertemu Donghae???
“Ehm, baru saja. Kau mau makan ya? Duduklah denganku dan Wookie kecilku ini,” katanya sambil merangkul Ryeowook yang kupikir sedang memperhatikanku karena sedari tadi pandangannya tak lepas dariku.
“Tentu saja,” jawab Junn sambil menarikku ke sebuah meja yang letaknya berada di sudut kantin. Kuperhatikan Junn yang sepertinya sudah sangat akrab dengan Donghae. Sementara bagaikan dunia milik berdua, Junn dan Donghae sepertinya tak menganggapku dan Ryeowook ada.
“Ehm, Eun-sshi, aku belikan kau milkshake vanilla eskrim coklat,” tiba-tiba Ryeowook membelikanku minuman itu padaku. Aku terkesiap. Milkshake vanilla dengan eskrim coklat adalah minuman favoritku. Dan yang aku heran, kok bisa dia tahu kalau aku lagi ingin minum itu?
“Hmm, kok kau tahu kalau aku suka minuman ini?” tanyaku heran. Ia tersenyum jahil.
“Aku memang tahu,” jawabnya sambil nyengir. Aku hanya tersenyum padanya. “Kau nanti, pulang bersamaku ya?”
“Hmm, gwaenchanayo?”
“Ne, gwaenchana. Mau ya???”
“Ok.”
>>>
Akhirnya sampai juga aku di rumah. Aku keluar dari mobil ungu metalik milik Ryeowook dan menyuruhnya untuk mampir sebentar ke rumahku.
“Jadi kau tinggal di sini? Wow, jarak rumah kita tak terlalu jauh. Rumahku ada di blok F, kau ada di blok C,” katanya dengan riang. Aku tersenyum kecil.
“Ne, memang tak terlalu jauh,” kataku sambil membuka pntu pagar. “Ayo masuk.”
“Hmm, kupikir aku langsung pulang saja. Eun-ah, aku senang bisa mengenalmu dan aku berharap, kita bisa dekat selalu seperti ini,” katanya sambil menyentuh bahuku. Aku mengangkat kepalaku dan menatap wajahnya. Ia tersenyum manis padaku.
“Ne, na do.”
“Hmm, kalau begitu aku pulang dulu ya,” pamitnya lalu mulai meninggalkan rumahku. Tanpa terasa, bibirku mulai membentuk sebuah senyuman.
>>>
Sudah sebulan ini aku dekat dengan namja bernama Ryeowook itu. Ia benar-benar namja yang baik, pengertian, sabar, ramah, dan bersuara malaikat. Na molla, tapi aku sangat senang bila berada dekat dengannya.
Hmmm, Junn sendiri sekarang malah jadian sama Donghae dan mereka sudah pacarran sekitar dua minggu yang lalu. Tapi akibatnya, Junn dan Donghae terus-terusan membuatku malu gara-gara sering memanggilku dengan “BRONDONG LOVERS” dan sering sekali menjodoh-jodohkanku dengan Ryeowook. Argh!
Hmm, dan sekarang, aku hanya bisa berkomunikasi via sms dan telepon dengan Ryeowook. Juga via twitter. Wae? Karena ia mengikuti audisi SMEnt dan ia lolos untuk mengikuti trainee. Ya, Ryeowook sangat ingin bisa menjadi penyanyi. Dan ia juga pernah bilang, ia ingin orang yang ia cintai ingat padanya.
Dan kupikir, orang itu bukan aku. Dan rasanya, aku harus bisa melupakan ia karena hatinya untuk yeoja lain.
>>>
~Eunsun’s POV end~
~Ryeowook’s POV~
Sudah sebulan ini aku dekat dengan Eunsun. Tapi, sudah seminggu ini aku jauh darinya. Ya, meski aku jauh darinya, hatiku tetap dekat dengannya.
Wae aku jauh dengannya? Karena aku mengikuti audisi SMEnt dan aku lolos bersama Donghae. Aku harus mengikuti trainee untuk bisa menjadi anggota Super Junior. Yap, menjadi penyanyi, adalah impianku sejak aku kecil, dan sebenranya Eunsun noona tahu akan hal itu seandainya ia nggak amnesia.
Obsesiku adalah Eunsun noona, dan aku pikir dengan aku menjadi penyanyi, ia akan ingat, siapa aku dan janjiku dengannya saat di pantai dulu.
>>>
~Ryeowook’s POV end~
~Eunsun’s POV~
“Eun-ah!!!” Junn melambaikan tangannya padaku saat bertemu denganku. Yapp, sejak Ryeowook dan Donghae mengikuti trainee, jika dihitung, ia sudah meninggalkan kami selama enam bulan. Dan entahlah, dengan waktu singkat seperti itu, mereka resmi menjadi anggota Super Junior. Dan hari ini aku sangat ingat, ini adalah konser pertama mereka.
“Ya Junn-ah! Waeyo? Aku masih ingat sama hari ini kok,” jawabku. Ia mengangguk bersemangat.
“Reasanya aku sudah tak sabar untuk melihat penampilan Donghae oppa. Hmm, aku juga ingin melihat hokbae kita yang sangat kau favoritkan itu,” ujarnya disambut jitakan dariku.
“Sial! Aku hanya menganggapnya dongsaeng!”
“Jinjja? Tapi kau terlihat sedih saat kau tahu kalau ia menyukai yeoja lain,” sahut Junn membuatku terdiam. Memang, aku sangat ingin jujur sekarang! Aku memang MENCINTAI RYEOWOOK!!!!
“Aish, morrasseo,” kataku cuek lalu meninggalkan Junn yang masih ngikik di sampingku.
“Kalau memang ne, tembak saja ia.”
“MWOOOO???? ANDWAE!!!!!” teriakku kesal lalu meninggalkan Junn yang tetap tertawa melihat tingkahku.
>>>
Konser Super Junior dimulai pukul 19.00. Tapi, ini masih jam 17.00, dan yang mau nonton konsernya banyak banget!!!!
“Hmm, Eun-ah, panas banget ya,” komentar. Junn yang sepertinya merasa sumpek berdesak-desakakn seperti ini. Aku mengangguk.
“Ne, sangat panas,” kataku yang mulai merasakan pening di kepalaku. Junn menatapku dengan pandangan aneh.
“Eun-ah, kau sakit?” tanya Junn yang mulai khawatir dengan keadaanku. Ia merangkulku.
“Aniyo, gomawo,” jawabku sebisanya. “Ehm, jeongmal gomawo Junn-ah, kau masih peduli padaku,” kataku sambil tersenyum tipis.
“Kau ini, apa-apaan sih? Kau tahu, kau sudah kuanggap saudaraku sendiri,” katanya pura-pura marah. Wajahnya yang merah merona semakin terlihat cantik saat rambutnya diurai dan ia memakai jepit warna biru.
“Kau tak malu bersahabat denganku? Kau kan tahu, aku ini bukan anak orang kaya seperti kau, dan aku juga tak secantik kau,” kataku polos. Junn menjitakku.
“Kau ini! Justru sejujurnya, aku malah iri padamu. Kau ini yeoja yang kuat menghadapi hari-harimu,” kata Junn membuatku melongo.
“Mwo??? Hmm, Junn-ah, mianhae karena aku juga sangat iri padamu,” kataku sambil menunduk. Ia memelukku.
“Kekeke, cheonmane. Aku juga minta maaf ya. Kalau begitu, mulai sekarang nggak ada lagi iri-irian di antara kita, arrasseo?” kata Junn. Aku mengangguk mantap.
“Ne!”
>>>
Konser Super Junior akhirnya dimulai juga. Aku mendapat tempat di baris ketiga dari panggung. Hufht, padahal aku sangat ingin bisa melihat Ryeowook dari dekat.
Suara gemuruh dari para ELF membuat kepalaku semakin pening. Kulihat Junn yang tak hentinya meneriakkan nama Donghae dengan sangat bahagia. “Kau sangat bersemangat ya?”
“Tentu saja! Ya! Itu Wookie!” pekik Junn sambil menunjuk-nunjuk Ryeowook. Uhm, Wookie, jeongmal bogoshippo…
“Urineun Super Junior-yeyo! Annyeong ELF!” leader dari Super Junior, Leeteuk, menyapa kami, para ELF. Kutatap Ryeowook yang sedari tadi seperti mencari-cari seseorang. Ahh, mungkin yeoja yang ia sukai.
“Ya, uri Ryeowook ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian ELF,” kata Yesung sambil tersenyum. Kuperhatikan Ryeowok. Sepertinya ia berhasil melihatku.
“Ya ELF! Gomawo, kalian sudah mau menonton konser kami. Dan aku juga sangat ingin berterima kasih kepada seorang yeoja yang begitu special untukku,” kata Ryeowook lalu menghampiriku. Aku terkesiap. Beberapa ELF bahkan terpekik histeris dengan tatapan iri padaku.
“Wookie?” kataku pelan.
“Saranghaeyo, nae noona. Aku harap kau ingat padaku,” katanya sambil memegang tanganku. Kepalaku terasa agak pening saat aku berusaha mengingat sesuatu. Dan para ELF menambah rasa peningku karena menjerit histeris dan iri padaku.
“Mianhae, jeongmal mianhae Wookie-ya. Aku tak bisa ingat sesuatu,” kataku setelah berfikir cukup lama. Ada raut kecewa di wajah Ryeowook yang tak bisa ia sembunykan dariku.
“Gwaenchana, semoga lain kali kau mengingatnya,” katanya sambil tersenyum padaku. Tiba-tiba aku teringat pada pembicaran dua anak kecil di pantai, dimana si namja itu bercita-cita menjadi penyanyi. Aku menatap Ryeowook lekat-lekat. Hampir mirip wajahnya dengan namja kecil itu.
Ryeowook yang kembali ke stage menunjukkan aksinya yang menurutku sangat bagus. Aku terus menatap Ryeowook dengan perasaan bersalah.
>>>
-Seoul on December, 25th 2010-
Yap, christmast today! Aku memutuskan untuk pergi ke makam orangtuaku setelah aku pergi ke gereja dan berkunjung ke rumah Shim ahjussi. Tak kusangka, Changmin kini semakin tampan. Dan ia jauh lebih tinggi dari dua tahun yang lalu. Setelah itu, aku pulang ke rumahku yang dulu ramai karena masih ada kedua orangtuaku.
Natal kali ini menurutku biasa saja karena begitu sepi. Tak ada yang menemaniku. Sejak aku menonton debut pertamanya Ryeowook, sekitar sebualn yang lalu, ia tak pernah menghubungiku lagi. Sejujurnya aku sangat merindukannya.
And I will take
You in my arm
And hold you right when you belong
Till the day my life is trought
This I promise you
Lagu itu! Lagu itu adalah lagu favoritku dan sangat familiar di telingaku! Dan aku mulai ingat sesuatu. Aku pernah menyanyikan lagu itu saat aku kecil.
“Eottohke? Apa kau sudah ingat padaku noona?” tanya sebuah suara yag selama ini kurindukan. Ryeowook! Ya, ia kini ada di hadapanku!
“Kau, eottohke kau bisa ada di sini?” tanyaku gelagapan.
“Kau ingat, saat kau berusia 6 tahun, kau sering ke sini dan menyanyikan lagu itu. Dan saat itu, sedang natal,” jawab Ryeowook. “Noona, aku sudah bisa meraih mimpiku, dan kini, aku juga ingin kau meraihnya,” lanjutnya.
“Maksudmu apa?”
“Mimpimu, kau ingin melihatku tersenyum. Noona, aku bisa membantumu meraih mimpimu, tapi kau juga harus tersenyum,” kata Ryeowook sambil memegang bahuku. “Noona, jebal, ingatlah sesuatu.”
“Wookie-ya, kau persis seperti anak kecil yang waktu itu hadir di mimpiku,” kataku pelan. Ryeowook langsung sumringah.
“Ya noona! Itu aku! Itu memang aku!” pekik Ryeowook. Aku menatap Ryeowook lekat-lekat. Omona!!! Aku baru sadar sekarang!!! Selama ini, anak kecil yang ada di mimpiku adalah Ryeowook dan aku!!! Yap, kecelakaan lima tahun yang lalu membuatku hilang ingatan dan aku beruntung karena akhirnya aku bisa mengingat semuanya kembali.
“Ne Ryeowook, aku baru bisa mengingatnya sekarang,” kataku sambil tersenyum manis. Tuhan, terimakasih karena kau masih memberiku jalan untuk mengingat semuanya. “Sekarang, kau ingin kado natal apa?”
“Aku ingin kau,” jawab Ryeowook sambil membelai pipiku dengan lembut.
“Ne, geurae. Tapi aku ingin hatimu,” kataku sambil tersenyum jahil.
“Kau bisa mendapatkannya,” katanya riang. “Saranghae.”
“Na do saranghae, nae dongsaeng,” kataku sambil mengusap rambutnya yang hitam. Perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku, lalu menarik kacamataku. “Chagiya, kacamataku…,” belum selesai aku bicara, ia langsung mencium bibirku dengan mesra.
Sekitar sepuluh menit kami berciuman, hingga akhirnya ia melepaskan ciumannya karena aku sulit bernafas. “Jeongmal saranghae noona.”
“Dan kau sudah mengatakan itu lebih dari dua kali! Hmm, karena sekarang impianmu sudah tercapai, kau harus menyanyi bersamaku nanti sore di gereja,” kataku sambil menariknya ke dapur untuk memasak bersama.
The end of my love story. The happy end of all. ^^
And I will take
You in my arm
And hold you right when you belong
Till the day my life is trought
This I promise you
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>THE END<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Eottohke? Ceritanya aneh and ga nyambung yah? Hehehe, mianhae yah, sebenarnya author Adhitta ini nggak ngerayakan natal, tapi kan Ryeowook ngerayakan, jadi bikinnya aneh kyaka gini deh. Jangan lupa RCL ya, krn RCL itu sngat berarti buat author… ^^
Rabu, 18 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar